|43| Kiss me

4.4K 325 36
                                    


Seseorang yang dihubungi Soobin ternyata adalah Kim Seokjin mantan guru kesehatan di sekolah Demi dulu. Saat ini mereka sedang memperhatikan bagaimana Seokjin mengobati luka yang ada di bagian kepala belakang Jimin, sekarang Jimin dalam posisi tidur miring membelakangi mereka dan Demi membantu menahan punggung Jimin agar tetap pada posisi miring.

Demi yang duduk di samping tubuh Jimin menatap cemas, sedangkan Soobin berdiri menghadap mereka. Soobin sesekali akan meringis melihat luka kakak iparnya, ada Choiry di dalam gendongannya—tangannya sedari tadi terus bergerak mengelus bulu kucingnya. Rasa bersalahnya bertambah setelah mengetahui penyebab luka-luka yang di dapatkan oleh kakak iparnya, luka yang di dapatkan karena berusaha untuk menolong kucingnya. Ia mendengar ucapan Demi yang mencoba menjelaskan bagaimana kronologi kejadian yang membuat Jimin sampai terluka seperti itu pada Seokjin, sebab itulah ia mengetahuinya.

Karena itu, ia ingin berterima kasih dengan membantu kakak iparnya untuk mendapat perhatian dari noona-nya dengan sedikit berakting sebagai bumbu utama rencana mereka.

"Hyung?"

Jimin menoleh dan memperlihatkan ekspresi terkejutnya yang tertangkap oleh sepasang obsidian kembar Soobin. Namun, wajahnya berubah ketika salah satu sudut bibirnya tertarik penuh arti.

"Kapan Hyung datang? Pasti untuk menemui Demi Noona ya?" nada suara Soobin terdengar seperti menggoda di akhir kalimat, tak lupa senyum usilnya.

"Memangnya siapa lagi yang akan ku temui di sini jika bukan Noona-mu, Ayah Ibumu juga tidak ada di rumah." sahut Jimin

"Kemarilah," Jimin melambai meminta Soobin untuk mendekat.

"Ada apa? Apa Hyung mau memberiku uang jaastaga ada apa dengan tanganmu?!" terkejut melihat perban dan darah yang mulai mengering di telapak tangan Jimin.

"Ini karena kucingmu yang bernama Choiry."

"Memangnya apa yang Choiry lakukan padamu sampai Hyung terluka seperti itu?"

"Akan ku ceritakan nanti, sekarang kau harus membantuku untuk meluluhkan Noona-mu, aku ingin diperhatikan olehnya dia sudah mengabaikanku selama beberapa hari ini, aku tidak tahan."

"Apa yang harus aku bantu?"

Jimin menunjukkan senyum menangnya. "Kau hanya perlu sedikit berakting seolah kau baru datang dan melihatku terbaring tak sadarkan diri, dan... ini, kau harus menghubungi nomor ini dan minta dia untuk datang mengobatiku." Jimin menunjukkan nomor bernama kontak Seokjin Hyung kepada Soobin. "Catat nomor ini di ponselmu." titah Jimin dan Soobin hanya menuruti.

Begitulah dirinya membantu Jimin dan membuat noona-nya cemas hingga menangis, dan sekarang Soobin merasa bersalah pada sang kakak.

"Tidak apa-apa, dia hanya pingsan karena terkejut." tukas Seokjin setelah selesai mengobati Jimin yang masih belum sadarkan diri ralat, lebih tepatnya pura-pura belum tersadar. "Kurasa dia akan segera sadar." lanjutnya sambil menatap Jimin yang sudah diketahuinya tengah berpura-pura pingsan, sebelumnya adik Demi—Baek Soobin sempat mengirimnya pesan dan memberitahunya untuk ikut dalam rencana yang didalangi oleh Park Jimin. Entah apa yang membuat Jimin sampai melakukannya, Seokjin hanya menurutinya saja sebagai hyung yang baik.

"Benarkah dia akan baik-baik saja?" Demi bertanya dengan raut wajah yang terlihat khawatir, sehingga membuat Seokjin sedikit merasa bersalah karena membohongi gadis yang dulunya merupakan salah satu mantan muridnya. "Lukanya sudah di obati, jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan hanya perlu menunggu Jimin tersadar." setidaknya Seokjin mengatakan sesuatu untuk mengurangi kekhawatiran Demi pada Jimin yang sebenarnya memang baik-baik saja, luka di kepala belakangnya memang sedikit menghawatirkan karena tergores bagian kayu yang tajam, untung saja goresannya tidak terlalu panjang dan dalam.

SOLITUDE  (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang