|01| Name board

11.6K 595 7
                                    


Langkah dengan penuh emosi itu berjalan dengan hentakan kaki yang menimbulkan suara cukup keras saat sepatu miliknya membentur ubin. Mengapa paginya sangat buruk hari ini, bahkan lebih buruk dari pagi-pagi sebelumnya, jika biasanya ia hanya akan merasa tidak nyaman saat sarapan di meja makan dengan keluarganya. Pagi kali ini justru ia di buat sangat muak ketika Ayahnya membahas soal perusahaan dan ini—Baek tidak, maksudnya putra dari kedua orang tuanya.

Panggilan dari sang Ayah tidak membuat langkahnya berhenti ataupun bahkan untuk sekedar menoleh.

Apa yang akan kalian lakukan saat kenyataan yang tidak ingin kalian terima datang dan menghancurkan kebahagiaan kalian dalam sekejap.

"Noona, tunggu aku!"

Panggilan tersebut berhasil menghentikan langkahnya, hanya berhenti tidak ada niat untuk menoleh pada sosok yang kini telah berdiri di sebelahnya dengan napas ngos-ngosan setelah berlari untuk menyusul dirinya.

"Kenapa menyusulku?" gadis itu bertanya dengan nada dingin. Tatapannya menyorot tajam pada pemuda berseragam yang memiliki tubuh jauh lebih tinggi

"Aku ingin berangkat bersama Noona,"

Gadis itu mendecih, tersenyum sinis menanggapi ujaran pemuda tersebut.

"Seharusnya kau berangkat dengan mobil yang sudah di sediakan oleh Ayahmu!" serunya

"Kalau begitu, Noona juga harus ikut."

Helaan napas keluar melalui kedua bilah bibir gadis itu.

"Berhenti mengikutiku, jangan pernah berbicara lagi padaku." gadis itu berbalik, dan berlari sekencang mungkin untuk menghindari pemuda yang kini menatap kepergiannya, ingin menyusul, tetapi tidak ingin membuat kakaknya jauh lebih marah.

"Tuan muda ayo naik."

Seruan tersebut mengalihkan atensi pemuda tersebut dari gadis berseragam yang telah hilang di balik bangunan minimarket.

Seorang pria paruh baya yang bekerja sebagai supir sudah sangat lama sekali menatapnya dari dalam mobil yang berhenti di sampingnya.

"Bagaimana dengan Noona?"

"Nona Demi sudah terbiasa berangkat sendiri, jadi tuan muda tidak usah menghawatirkannya."

Pria paruh baya itu tahu, sangat tahu bahkan. Ia sudah mengabdikan diri selama dua puluh tahun pada keluarga Baek, waktu yang tidak singkat itu membuat ia cukup tahu apa saja yang pernah terjadi pada keluarga itu, termasuk kedekatan kakak beradik Ini—Baek Demi dan Baek Soobin, namun kedekatan itu sudah tidak terlihat di antara keduanya lagi setelah Demi mengetahui fakta yang selama ini di sembunyikan agar Demi tidak merasa sedih.

Akhirnya Soobin masuk ke dalam mobil dan mobil itu pun melaju dengan kecepatan normal menuju sekolah baru Soobin sebagai pelajar di Korea. Selama ini Soobin di kirim untuk menjalankan pendidikannya di New York dan baru pulang kemarin, dan saat itulah Soobin dikejutkan dengan sikap kakaknya yang berbeda dari terakhir kali mereka saling berpelukan saat perpisahan sebelum dirinya pergi ke New York.

Kakaknya Baek Demi yang lembut dengan kehangatan yang selalu ia dapatkan dulu telah hilang dalam kurun waktu enam tahun mereka berpisah, tentu Soobin sangat menyayangkan hal itu. Ia pikir setelah pulang dirinya akan disambut dengan pelukan hangat sang kakak yang sangat di dirindukannya, namun ekspektasi itu tidak sesuai dengan realita yang ada ketika ia disambut dengan sorotan dingin dari kedua iris Demi yang selama ini tidak pernah diperlihatkan padanya, dan setelah beberapa menit menatap dengan sorotan dingin yang berhasil membuat Soobin mengurung niat saat hendak memeluk Demi, kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun Demi pergi menaiki anak tangga menuju kamar, Soobin tidak mendapat sambutan selamat datang seperti apa yang ia harapkan. Ia penasaran mengapa kakaknya itu berubah menjadi sosok asing.

SOLITUDE  (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang