|48| Cankered

3.7K 319 64
                                    


Hai, mau nanya ke kalian, siapa aja yang udah nungguin aku up cerita ini? Acungkan kaki kalian
🤸‍♂️🤸‍♂️🤸‍♂️

___________


Terbangun tepat saat jarum pendek menunjuk angka lima, Jimin bangun dalam posisi duduk kemudian menoleh dan mendapati Demi yang masih terlelap dengan posisi terlentang. Senyumnya mengembang melihat wajah damai si gadis saat tertidur, Jimin mendekatkan wajah guna menjatuhkan kecupan di kening sang istri selama lima detik sebelum menjauhkan wajah dan mulai bergegas menuju kamar mandi.


Tentu saja Jimin masih sakit hati karena pembicaraan mereka dalam perjalanan pulang kemarin yang membuatnya bersikap dingin dan selalu menghindari Demi yang mau berbicara. Jimin tidak bisa mengelak bahwa dirinya merasa amat bersalah karena bersikap demikian pada Demi, tetapi sakit hatinya saat itu lebih mendominasi dan masih terasa hingga sekarang. Namun, jika Demi meminta maaf hari ini, ia pasti akan memaafkannya bahkan sebelum Demi meminta maaf, pun sudah ia maafkan. Akan tetapi, sepertinya saat ini hingga malam nanti dirinya tidak akan mendengar permintaan maaf Demi karena dirinya harus segera berangkat ke kantor dan baru akan pulang malam nanti karena jadwalnya cukup padat hari ini, sebab kemarin ia menelantarkan pekerjaannya yang tidak semua bisa diserahkan pada Seulgi. Jika bisa, ia akan mengusahakan pulang lebih cepat.

Sepertinya hari ini dirinya cukup beruntung setelah Seulgi memberitahu apa saja jadwalnya hari ini seusai meeting dengan klien dari perusahaan yang ada di Daegu. Pukul sembilan nanti ia akan bertemu dengan kepala sekolah SMA Yehwa untuk membicarakan seputar keperluan sekolah yang memang telah menjadi tanggung jawabnya selama ia menanam saham di sana, ralat, ayahnya lah yang menanam saham sejak tujuh tahun yang lalu.

Mobil yang mengantarkannya baru saja memasuki halaman sekolah dan berhenti tepat di depan pintu masuk gedung sekolah, terlihat seorang supir yang terburu-buru keluar membukakan pintu untuk atasannya.

Jimin menatap gendung yang berdiri kokoh di depannya dengan seksama setelah keluar dari dalam mobil, gedung yang mengantarkannya pada ingatan masa-masa sekolahnya dulu. Begitu banyak sekali kenangan selama hampir tiga tahun ia sekolah.

"Kepala sekolah sudah menunggu Anda di ruangannya," ucap Seulgi yang ikut mendampinginya untuk bertemu kepala sekolah hari ini.

Lantas Jimin mulai melangkah memasuki gedung sekolah, meninggalkan si supir yang bergegas masuk ke dalam mobil untuk memarkirnya di tempat parkir khusus mobil.

"Bukankah ruang kepala sekolah di lantai dua?" tanya Seulgi ketika sadar bahwa mereka telah melewati lantai dua menuju lantai tiga.

"Ini belum jam istirahat, bukan? Aku mau melihat-lihat suasana sekolah terlebih dulu." sebenarnya bukan hanya itu alasan mengapa Jimin melewati ruang kepala sekolah, sebab dirinya berhenti di lantai tiga di mana menjadi lantai kelas dua yang berarti salah satunya adalah kelas Demi. Ia ingin melihat gadis itu yang mungkin saja saat ini sedang belajar di dalam kelas.

Matanya menyipit saat mendapati dua sosok yang berdiri di depan kelas yang ia ketahui adalah kelas Demi, berdiri dengan kedua tangan yang terangkat, juga ada pena yang menyumpal mulut keduanya. Sepertinya tengah menjalani masa hukuman guru Lee. Jimin ingat, dulu ada dua teman kelasnya yang dihukum serupa oleh guru Lee karena ketahuan berbicara saat jam pelajaran berlangsung. Yang menarik perhatiannya adalah salah satu dari dua gadis tersebut yang sangat familiar, dan benar saja dugaannya ketika gadis itu menoleh ke arahnya.

Baek Demi dan temannya yang bernama Minjoo jika ia tidak salah mengingat.

Melihat wajah Demi, entah mengapa dirinya jadi teringat pembicaraan mereka kemarin sehingga rasa sakit hatinya kembali naik ke permukaan dan mendominasi dirinya untuk bersikap seperti semalam, dingin dan menghindari kontak mata saat tatapan mereka saling bersirobok, itu terjadi secara spontan dan lagi-lagi Jimin menyesalinya ketika dirinya telah melewati Demi.

SOLITUDE  (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang