|26| Disappointment

4.3K 358 11
                                    

Sinar sang surya menembus kaca jendela, tirai telah tersibak sepenuhnya sehingga sinarnya menembus bingkai kaca memenuhi seluruh ruangan tersebut hingga membuat sosok yang masih bergelut di bawah selimut mulai menampakkan irisnya yang telah terkatup selama sepuluh jam.

Setelah terbangun sepenuhnya Jimin menilik jam di dinding, meringis kecil melihat jarum yang menunjuk pada angka sepuluh. Sepasang obsidiannya menyapu seluruh sudut kamar, tak ada sosok yang ia cari. Lantas Jimin mulai menapakkan kaki telanjangnya di ubin kamar, lalu melangkahkan kedua tungkai ke kamar mandi. Nihil, tak juga ia temukan Demi setelah membuka pintu kamar mandi.

Satu tepukan cukup keras mendarat di keningnya. Pelakunya adalah Jimin sendiri, sebab pria itu baru sadar bahwa hari sudah siang juga ini bukan hari libur yang pertanda bahwa Demi sudah berangkat ke sekolah pagi tadi. Pening mendadak menghantam kepalanya sehingga Jimin kembali ke ranjang dan mendudukan diri di bibir ranjang sembari memegang kepalanya yang berdenyut nyeri ketika memaksa diri untuk mengingat apa yang telah terjadi semalam selama ia mabuk.

Terakhir kali yang Jimin ingat, ketika ia mendapati dirinya di sebuah club malam setelah Seungwu menawarkannya untuk pergi ke tempat itu, katanya bisa meringankan beban pikiran untuk sesaat, dan memesan beberapa botol wine, entah berapa banyak yang ia minum. Namun, setelah itu Jimin tidak dapat mengingat apa-apa lagi.

Menepis nyeri di kepalanya ketika merasakan kerongkongannya yang kering dan itu sangat tidak nyaman sehingga kini Jimin telah mendapati dirinya di dapur; membuka kulkas dan meraih sebotol air mineral. Usai meneguk hingga tersisa setengah botol, Jimin dudukan diri di kursi yang berhadapan dengan pantry.

"Kepalaku sakit sekali... " pun akhirnya Jimin memilih kembali ke kamar untuk menidurkan kepala di atas bantal empuk agar pening di kepalanya sedikit menghilang.

Ketika tungkainya hendak melangkah meninggalkan dapur tiba-tiba maniknya tak sengaja melihat sesuatu di atas meja makan, ada semangkuk sup dan kopi yang mungkin sudah dingin. Namun, yang membuat niatnya lebih terurung untuk meninggalkan dapur adalah secarik kertas yang terletak di sebelah piring. Jimin pun mengambil kertas tersebut dan membaca tulisan pada kertas tersebut.

"Maaf tidak membangunkanmu, sepertinya kau butuh banyak tidur karena semalam kau pulang larut malam dengan kondisi mabuk. Makanlah sup yang ada di sebelah kertas ini untuk menghilangkan mabukmu. Setelah itu, istirahat jika kau tidak berniat bekerja. Sekali lagi, aku minta maaf, dan soal semalam aku akan melupakannya jika kau menginginkannya. Untuk sementara waktu aku tidak akan pulang ke apartemen kita. Aku akan tinggal beberapa hari di rumah Ibu."

Selesai membacanya kertas dalam genggamannya sudah kusut karena Jimin meremat kertas itu, rahangnya terlihat mengeras usai membaca pesan yang tertulis di atas kertas tersebut. Tungkainya melangkah cepat menuju kamar dan membuka lemari pakaian.

Hembusan napas lega keluar dari ceruk bibir Jimin saat mendapati pakaian Demi yang tidak berkurang dari sebelumnya yang ia lihat, itu berarti pemikirannya tentang Demi yang mungkin saja kabur meninggalkannya adalah kesalahan. Setidaknya gadis itu akan kembali lagi untuk tinggal bersamanya. Namun, tak bisa menepis rasa gelisah yang menyelubungi Jimin, jelas Jimin menakutkan hal yang sempat terbesit dalam isi kepala; Demi yang mungkin saja tak akan kembali setelah beberapa hari tinggal di rumah mertuanya untuk menjauhinya.

"Arghhh sial!" Jimin mengerang frustasi dengan menarik rambutnya yang semakin terlihat berantakan. Ingin sekali mengingat apa yang telah ia lakukan atau ucapkan pada Demi semalam sehingga gadis itu jelas-jelas tengah menghindarinya dengan alasan tinggal di rumah orang tuanya untuk sementara yang mungkin saja bisa berubah menjadi tidak akan kembali lagi ke apartemen mereka.

SOLITUDE  (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang