|38| Cook

3.6K 307 26
                                    

Selamat malam minggu!

Happy Reading!

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, akhirnya mereka telah sampai di apartemen. Jika saja mereka tadi mampir ke restoran untuk mengisi perut karena hampir seharian mereka di pantai karena permintaan Demi yang ingin melihat sunset. Alhasil mereka baru meninggalkan pantai sekitar jam enam, Dan perjalanan yang mereka tempuh menghabiskan waktu satu jam dua puluh menit. Demi menolak untuk mengisi perut (makan malam) di restoran, alasannya karena dia ingin memasak dan memakan hasil masakannya sendiri.

Jadilah sekarang Demi menyibukkan diri setelah sampai di apartemen. Sepertinya selama ia di rumah sakit, peralatan dapurnya tidak pernah di sentuh melihat posisinya masih tetap sama dengan terakhir kali ia menggunakannya. Isi di dalam kulkas juga tidak berkurang, itu berarti Jimin tidak pernah memasak. Bahkan ramen sekaligus, melihat beberapa bungkus ramen di lemari atas pantry yang jumlahnya masih tetap sama dengan terakhir kali ia membelinya.

Selagi Demi sibuk menyiapkan makan malam, Jimin memilih membersihkan diri. Bibir tebalnya tak berhenti mengukir senyum di bawah guyuran shower, mengingat perkataan Demi di pantai tadi yang mengatakan akan mencoba untuk membalas perasaannya.

Melihat reaksi Jimin hingga saat ini, jelas sekali pria itu sangat senang karena akhirnya Demi memberinya harapan, sebab sebelumnya Demi tak pernah memberi respon apa pun mengenai ungkapan cintanya. Jimin pun tak ingin memaksa Demi untuk merespon ungkapan cintanya---memilih untuk menunggu sampai Demi sendiri yang mau meresponnya dengan kehendak gadis itu sendiri.

Mandinya kali ini selesai lebih cepat sepuluh menit dari biasanya, keluar dari dalam kamar mandi hanya berbalut handuk putih yang melingkari pinggangnya. Jimim memilih kaos hitam polos dengan bawahan training hitam, setelah itu dirinya segera melest ke dapur dengan harapan Demi belum selesai memasak, karena ia ingin membantu istrinya memasak.

Senyumnya mengembang melihat punggung gadisnya yang masih sibuk memasak, itu berarti keberuntungan sedang berpihak padanya. Lekas Jimin mendekati sang gadis, mengintip dari pundak gadisnya untuk melihat apa yang sedang dimasak.

Telur gulung rupanya, batin Jimin.

"Ada yang bisa ku bantu?"

Tubuh di depannya spontan terlonjak. Jimin yang melihat reaksi Demi yang terlihat lucu itu pun mengulum senyum.

"Astaga, kau mengagetkanku!" telapak tangan Demi menepuk kencang lengan Jimin yang ditanggapi kekehan oleh Jimin, membuatnya jengkel saja. "Kau saja yang terlalu serius memasak sampai tidak menyadari kehadiranku." Jimin bermaksud membela diri.

Sedikit kesal karena sudah dibuat kaget, Demi memilih mengabaikan kalimat Jimin dan kembali pada telur gulungnya yang hampir matang.

"Tadi aku menawari bantuan, Sayang. Jadi, apa yang harus kubantu, hm?" Jimin sengaja mendekatkan wajah melewati pundak Demi, mengintip wajah Demi yang tertangkap penglihatannya tengah merotasikan bola mata.

"Potong bawang merah, daun bawang dan rica, aku ingin membuat telur gulung lagi."

Tampaknya Jimin dibuat sedikit bingung oleh Demi setelah diberi tau apa yang harus ia bantu. Kenapa harus memasak telur gulung lagi?

"Bukankah kau sudah memasak telur gulung, kenapa mau memasaknya lagi?" Jimin bertanya melihat telur gulung yang sudah Demi angkat dari penggorengan sudah cukup untuk mereka berdua.

"Kau tidak lihat? Gulungannya sangat berantakan karena ini pertama kali aku membuatnya. Aku mau membuatnya ulang sampai sempurna." celetuk Demi menatap telur gulung yang sudah masak dengan kecewa.

SOLITUDE  (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang