|52| Tramp

4.2K 434 68
                                    


_____________

Budayakan vote sebelum atau sesudah baca ya guys, bakal cepet up kalau angka vote melebihi vote part sebelumnya.

-warning-
_____________

Perkataan Namjoon membuatnya tak berhenti memikirkan kejadian sepuluh tahun lalu yang tidak ingin ia ingat karena saat itu adalah awal dirinya kehilangan adik juga kasih sayang ibunya, masih mengingat tatapan kekecewaan ibunya kala itu yang membuatnya terus di hantui rasa bersalah. Tak hanya itu, kejadian sepuluh tahun lalu juga ikut melibatkan satu keluarga yang nyawanya ikut melayang. Maka dari itu ia akan mencari anak dari kedua orang tua yang meninggal di tempat karena kecelakaan, Jimin ingin meminta maaf karena adiknya lah penyebab kedua orang tuanya meninggal dan juga karena kelalaiannya dalam menjaga sang adik. Seharusnya dia menepati janjinya pada kedua orang tuanya untuk menjaga dan memastikan Jihyun akan selalu dalam pengawasannya. Namun, karena kejengkelannya pada Jihyun yang terus merengek dan mengganggunya saat sedang mengerjakan tugas membuatnya melakukan kesalahan dengan meminta Jungkook untuk membawa Jihyun jalan-jalan keluar tanpa pengawasannya ketika Jungkook sedang main ke rumahnya.

Jika saja saat itu dia tidak lebih mementingkan tugasnya dan pergi bersama Jihyun dan Jungkook keluar untuk jalan-jalan seperti keinginan adiknya, pasti Jihyun tidak akan meninggalkannya secepat ini dan anak dari keluarga itu tidak akan kehilangan kedua orang tuanya, kedua matanya dan juga ingatannya.

Ketika saat itu tiba, saat di mana dirinya telah menemukan anak itu yang mungkin sekarang sudah bertumbuh besar. Maka Jimin akan mencarikan pendonor mata bila anak itu masih belum bisa melihat dan memberikan apa pun untuk membuat anak itu hidup bahagia, meski Jimin tidak yakin bisa membahagiakannya saat dirinya lah penyebab kedua orang tuanya meninggal.

Lamunan Jimin buyar merasakan getar dari handphone yang terletak di sampingnya, ada panggilan masuk dari seseorang.

"Kau sudah menemukannya?" ujarnya setelah mengangkat panggilan tersebut.

"Di adopsi?" kerutan terlihat di keningnya yang mengkerut usai mendengar jawaban dari seseorang di seberang sana.

"Cari tahu siapa keluarga yang mengadopsinya dan beritahu aku setelah kau menemukannya. Oh iya, apa benar anak itu berjenis kelamin perempuan?"

"Jadi berita itu benar, dia anak perempuan. Beritahu aku apa saja yang sudah kau ketahui mengenai anak itu."

"Dia mendapat pendonor mata sebelum sadar dari masa kritisnya?"

"Sepertinya sudah cukup informasinya, kerja bagus. Aku akan menaikkan gajimu jika kau berhasil menemukan anak itu dalam waktu singkat."

Sambungan diputuskan oleh Jimin setelan tak ada yang harus dibicarakan lagi dengan si penelpon. Melempar handphone ke samping tubuhnya, kemudian kembali memfokuskan diri pada laptop dalam pangkuannya yang sempat ia abaikan tadi sebelum menerima telfon dari bawahannya karena pikirannya terus berpusat pada kejadian sepuluh tahun lalu dan rencananya untuk menemukan anak itu.

Bunyi decitan pintu kamar yang terbuka menarik atensi Jimin yang langsung mematri senyum pada wajahnya ketika mendapati sosok Demi yang sedang menutup kembali pintu, lalu berjalan ke arah kamar mandi tanpa menatap atau meliriknya sebelum menenggelamkan diri dibalik pintu kamar mandi.

Senyum yang sengaja ingin ia perlihatkan pada Demi pun perlahan luntur, sedikit memanyunkan bibir merasa dirinya seperti makhluk kasat mata sampai Demi tidak menyadari eksistensinya.

SOLITUDE  (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang