|11| unexpected

4.3K 438 8
                                    

Andai saja di dunia ini ada yang bisa memutar kembali waktu maka Demi akan meminta seseorang itu memutar kembali waktu, sehingga Demi bisa menolak ajakan Jimin untuk pergi ke rumah pria itu dengan motor. Sumpah! Pria itu mengendarai motor seperti orang kesetanan. Sungguh, Demi hampir mati, untung saja Demi masih mengingat cara bernafas saat berada di ambang hidup dan mati.

Intinya, Demi tidak akan mau lagi naik motor jika Jimin yang mengendarai, bisa jadi dia akan benar-benar mati nantinya. Syukur Tuhan masih menyayanginya dengan memberi kesempatan untuknya hidup.

Sedangkan Jimin sama sekali tidak merasa bersalah, berjalan di depan Demi yang terus mengumpatinya, mulut gadis itu kumat-kamit mengucap sumpah serapah tanpa mengeluarkan suara, tentu ia tidak ingin Jimin mendengar umpatannya.

"Masuklah."

Langkah Demi ikut terhenti saat Jimin berhenti di depan sebuah pintu kayu bercat putih yang tertutup rapat.

Sibuk mengumpat membuat Demi hampir lupa apa tujuannya datang ke rumah besar keluarga Park.

"Apa Ibumu ada di dalam?" tanya Demi untuk memastikan, siapa tahu saat masuk ia malah tidak menemukan siapapun di dalam sana.

"Ibuku tidak pernah keluar dari kamar." Jimin bersuara tanpa menoleh. Pandangannya lurus pada pintu di depannya.

Demi menatap wajah Jimin dari samping, ia bisa melihat sorot sendu yang terpancar dari manik lelaki tersebut. Ia tidak tahu jelas apa masalah Jimin sebenarnya dengan Ibunya. Demi meminta maaf karena mengatakan hal ini, menurutnya Ibu Jimin terlihat seperti orang dengan gangguan jiwa atau semacamnya.

"Kenapa tidak segera masuk?" Jimin memutuskan untuk menoleh ke arah Demi yang tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya.

Lamunan Demi buyar seketika mendengar suara Jimin, ia membalas tatapan Jimin dengan senyum kikuk

"A-aku akan masuk."

Cklek.

Pintu bercat putih itu terbuka saat Demi membukanya dengan gerakan pelan.

Sebelum masuk, Demi memilih untuk meloloskan kepalanya terlebih dahulu untuk mengecek keadaan di dalam kamar, ia melihat sosok yang duduk di bibir ranjang dengan posisi memunggunginya.

"Ibuku... apa yang sedang dia lakukan?" tanya Jimin melihat punggung Demi yang hanya berdiam di ambang pintu.

Demi tak langsung menjawab, ia menutup kembali pintu dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara yang dapat mengganggu penghuni kamar.

"Dia sedang duduk sambil menatap ke luar jendela."

"Masuklah," suruh Jimin.

Demi mengangguk kemudian membuka pintu selebar tubuhnya untuk segera masuk ke dalam.

"Kau tidak ikut masuk?" tanya Demi pada Jimin yang hanya berdiam di posisinya.

"Tidak. Kalau butuh sesuatu panggil saja aku atau tidak para pelayan." ucap Jimin, sebenarnya ia sangat ingin masuk untuk melihat Ibunya, namun niatnya itu harus ia urungkan jika tidak ingin melihat Ibunya kembali berteriak saat melihatnya.

SOLITUDE  (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang