|19| Hold back

4.3K 376 22
                                    


Selama dirinya dan Jimin tinggal seatap yang sama, yang bisa dilakukan Demi hanya menyiapkan pakaian untuk Jimin ketika pria itu akan bersiap untuk pergi ke kantor dan membersihkan rumah. Soal makanan, Demi tidak bisa menyanggupi tugas yang satu itu. Karena itulah, mereka masih sering memesan makanan di luar.

Setelah selesai mengerjakan tugasnya, Demi keluar dari kamar dan menemukan Jimin yang tengah menonton TV.

Langkahnya yang berjalan mendekati Jimin berhenti di sisi sofa yang laki-laki itu duduki.

Jimin yang sadar dengan kehadiran Demi menoleh, senyumnya mengembang melihat gadis itu datang mendekatinya.

"Ada apa, hm?" suara Jimin memecah keheningan yang sedari tadi hanya terdengar suara dari TV yang menyiarkan berita.

"Mau ku buatkan kopi?"

Tentu Demi menawari Jimin bukan karena dirinya ingin mendapat hatinya. Sudah menjadi tugas Demi untuk berlaku demikian mengingat statusnya sekarang. Meski masih belum menerimanya tapi mau bagaimana keadaan yang memaksanya lebih tepatnya Ibunya yang selalu mengingatkannya untuk melayani Jimin dengan baik.

Tawaran Demi langsung di jawab dengan anggukan Jimin, juga senyuman lebar yang tersinggung di wajah laki-laki itu.

Segera Demi meleset ke dapur, tak ingin berlama-lama dengan suasana canggung yang membuatnya tidak nyaman berdekatan dengan Jimin. Sebaliknya, Jimin selalu menikmati kedekatannya bersama Demi. Ia bahkan berusaha bersikap sebaik dan selembut mungkin agar gadis itu bisa merasa nyaman di sisinya.

Jimin sedikit menggeser tubuhnya ketika Demi kembali dengan membawa secangkir kopi yang di letakkan di atas meja, memberi tempat di sebelahnya untuk Demi duduki. Namun, tak seperti perkiraan ketika ia mendapati Demi yang hendak melangkah pergi, spontan tangan Jimin bergerak menahan tangan Demi membuat gadis itu menoleh dan menatapnya.

"Temani aku nonton," pintanya hanya asalkan itu yang terpikirkan di kepalanya.

"Aku mau tidur," tolak Demi dengan cepat. Padahal jika di pikir-pikir menonton bersama adalah tahap pendekatan yang bagus. Apa lagi mengingat hubungan mereka yang akhir-akhir ini merenggang setelah insiden yang tak di sengaja waktu di rumah Demi seminggu yang lalu.

Dan juga kesibukan Jimin membuat laki-laki itu tak bisa mengajak Demi keluar untuk menghabiskan waktu bersama. Bisa di bilang semacam berkencan. Sebelumnya mereka belum pernah melakukannya setelah hampir dua minggu pernikahan mereka.

Tangan Jimin yang satunya meraih remot TV memencet tombol yang membuat layar TV meredup dan mati seketika kemudian Jimin beranjak dari sofa, berdiri menghadap Demi dan tersenyum lembut pada gadis itu.

"Ayo tidur, aku juga sudah mengantuk." kata Jimin sambil melangkah menuju kamar dengan menggandeng tangan Demi yang menatap punggungnya tak percaya.

Demi tidak mengerti mengapa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, hanya dengan perlakuan sederhana dari Park Jimin yang menggandeng tangannya dan mengajaknya untuk tidur mampu memacu cepat detak jantungnya.

Begitu mereka masuk ke dalam kamar, mendadak Demi tersadar dan langsung melepas tangannya dari genggaman Jimin, sehingga Jimin menoleh menatap dirinya bingung.

"A-aku mau ke kamar mandi."

Setelah itu Demi meleset ke kamar mandi meninggalkan Jimin yang terus memandangi dirinya hingga pintu kamar mandi tertutup menenggelamkan tubuhnya di balik balok kayu tersebut.

Di dalam kamar mandi Demi tampak menatap pantulan bayangan dirinya di cermin setelah membasuh wajahnya di wastafel.

"Sadarlah... " monolognya, "Kau tidak boleh memiliki perasaan padanya. Jangan jatuh dalam pesonanya. Park Jimin itu brengsek, ingat itu Baek Demi."

SOLITUDE  (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang