BERTEMU

64 2 0
                                    


"Nad... jangan kebiasaan deh berdiri didepan pintu kaya gitu, masih pagi-pagi gini pagi!" Teriakan ibu dari dapur yang sampai ditelingaku.

"Iya bu.. " respon datarku atas ucapan ibu.

Aku langsung menuju kamar tidur, aku ingin sendiri hari ini. Dan ternyata keinginanku terkabul karena ibu dan ayah akan pergi menjenguk nenek dikampung sebelah. Hingga akhirnya rumah terasa sepi, hanya ada aku. Aku berbaring di kasur, dadaku mulai terasa sesak, pagi tadi saatku melamun didepan pintu tak sengaja aku melihat Fian yang menaiki sepedanya melewati rumahku. Tidak seperti biasanya yang selalu tersenyum jika melihat seorang Nady Humaira berdiri di depan pintu rumah, kini Fian benar-benar bersikap seakan-akan tidak mengenalku. Hati ini remuk teramat hancur, hingga air mata ini tiba-tiba menetes. Tiga tahun mengenalmu dan bersamamu Fian, ternyata akn meninggalkan luka yang dalam seperti ini.

Aku meraih ponselku, berharap Andra mau mendengarkan curhatku pagi ini. Diatas harapan Andralah yang pertama mengirimkan pesan, dan ternyata tidak ada satupun pesan yang ku terima pagi ini. Aku membantingkan handphone ku ke kasur yang sedang ku tiduri. Siapa yang akan peduli padaku?? Nady Humaira kau harus apa sekarang?. Akupun menekukan kedua kakiku dan memegang keduanya dengan kedua tangaku. Ya aku sedang duduk diatas kasur dengan memegang kedua kakiku dan dengan air mata ini. Meratapi perpisahan dengan ia yang dahulu dicintai seakan akan silaturahmipun sudah terputus.

Dududududu triningning
Dududududu triningning
Dududududu triningning

Dengan refleks ku angkat telpon tanpa ku baca siapa yang menelpon. Dengan nada yang masih terbawa suasana tangisan, aku berusaha berkata-kata.

"Selamat pagi perempuan cantik"

"Ya... selamat pagi" jawabku dengan senggukan yang tidak berhenti

"Ehh kenapa menangis?"

"Tidak apa-apa"

"Perempuan cantik kenapa? ayo bicara!"

Apa? Perempuan cantik? Aku baru menyadari bahwa orang yang sedang berbicara denganku diponsel adalah Andra. Ya ampun kau adalah malaikat yang tiba-tiba menyelamatkanku dari rasa sakit yang tiba-tiba menyerang hatiku.

"Andraa.........."

"Iya apa... kamu kenapa Ndy?" Ucapnya dengan nada khawatir

"Andra,,, aku ingin bercerita tentang laki-laki yang pernah aku ceritakan sama Andra"

Tangisanku mulai pecah saat ini, sesak menyerangku, aku memang pernah menceritakan tentang Fian kepada Andra, walau sama-sama dalam kondisi menangis tetapi belum pernah menceritakannya dengan cara mengobrol secara langsung seperti saat ini yang kurasa lebih menjadi jadikan tangisku.
Hingga akhirnya aku terlelap diatas kasurku pagi ini.

"Nady... buka pintunya Nad..."

Suara gedoran dikaca jendela kamar tidurku berhasil membangunkanku. Aku tersadar, aku tidur hampir dua jam, dan pintunya.... pintunya aku kunci...

"Ya ampun ibu, maafin Nady, Nady tidur" ucapku mengikuti ibu dari belakang

"Jangan tidur pagi-pagi lagi Nady, nanti ibu hukum. Anak gadis harusnya masih cantik jam 10 gini, bukannya acak-acakan kaya gini ih" ucap ibu dengan melekukan kedua tangannya tepat dipinggangnya.

"Iya bu, Nady mau dandan lagi" ucapku sambil berjalan menuju kamar mandi.

menuju HALALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang