Kirino
Menggoda Bayu itu sebuah kesenangan tersendiri. Hahaha.
Gue paham dia cemburu, tapi gue pura-pura bloon aja. Soalnya muka Bayu lucu waktu cemburu.
Dari depan gue bisa lihat si Bayu lirik-lirik mulu ke belakang. Gue ikut lihat ke belakang dan Saras cuma diam lihat ke luar jendela.
"Nggak akan ilang, Bay," kata gue, cukup untuk Bayu tersentak dan mengembalikan pandangan ke depan.
"Apaan."
"Apaan, apaan," Gue terkekeh. "Orangnya nggak akan ilang, nggak usah diliatin mulu,"
Bayu menghela napas. Saat ini pandangannya lurus ke depan. "Kenapa lo duduk di depan sih?" kata Bayu pelan dan gue ketawa karenanya.
"Sengaja,"
"Hah?" Bayu otomatis berseru, sampai Saras di belakang nanya kenapa. Bayu ketawa canggung, menggeleng, "Nggak apa-apa, tadi ada kucing lewat,"
"Halah,"
Bayu langsung melirik gue dan lirikannya cukup buat gue meringis.
"Bay, dari kemaren sibuk baca ternyata baca bukunya si Mbak?"
"Bacot, No."
-
Sesampainya di kos Saras, hujan udah mulai reda. Cuma gerimis, makanya gue sama Bayu ikut turun dari mobil. Gue dadah-dadah, Saras senyum kecil.
"Hati-hati, ya."
Gue senyum dengarnya. Nada bicara Bayu perhatian banget. Bucin dia. Gue jadi sedih karena nggak ada yang merhatiin. Kalau gue pergi jauh malah diledekin satu kosan, "Ngapain lo balik? Pergi aja sana yang jauh." Mana ada tuh hati-hati yang dibilang dengan penuh perhatian, hah? Mana? Mana?
Saras cuma senyum sambil angguk. Si Bayu, senyumnya lebaaar banget kayak abis ketemu dosbing yang udah lama ditungguin dari pagi.
Gue senyum waktu Saras pamit masuk ke kos. Sampai Saras nutup pintu, Bayu baru bersuara, "Jangan komen macem-macem,"
"Dih? Pede amat,"
Bayu melirik gue tajam. "Lo mau gue tinggal?"
"Boleh, nanti gue panggil Saras lagi biar nemenin,"
Gue ketawa waktu lihat Bayu melirik tajam. Gue tepuk-tepuk pundaknya, masih ketawa. "Santai, ya Allah. Hari ini gagal ketemu dosbing, ya?"
"No, sekali lagi komen, gue beneran ninggalin lo."
"Wah, jangan! Nanti saya jalan kaki, dong?"
-
Di mobil, gue sama Bayu diem. Mungkin sama-sama capek, makanya kita berdua diem aja. Gue juga udah capek komen macem-macem. Rasanya mau langsung tidur, eh, tapi ya lupa kalau masih ada tugas. Mana besok masuk pagi. Ya Allah gini amat jadi mahasiswa. Kayaknya dulu SMA gue biasa aja masuk jam tujuh, kenapa pas kuliah mager banget?
Karena sepi, gue nyalain radio. Begitu nyala, radionya lagi muter lagu Waktu Yang Salah-nya Fiersa Besari.
"Bangsat, gue denger lagu ini di mana-mana,"
"Asin banget, Bay?"
Bayu berdecak. "Lu pasti paham deh sama lagunya,"
"Kagak,"
Bayu menghela napas panjang, kemudian mengulang sebaris liriknya, "Kita adalah rasa yang tepat, di waktu yang salah."
"Pernah ngerasain nggak?" tanya Bayu kemudian.
"Gua bilang kagak," sahut gue. "Lu kan yang pernah ngerasain?"
Bayu nggak menjawab, tapi gue paham arah pembicaraannya. Bayu sama Saras. Gue sebenarnya nggak begitu kepo soal putusnya mereka. Yah, gue akui, kadang penasaran juga kenapa mereka berdua bisa putus. Padahal dari pengamatan gue selama ini, antara keduanya masih belum bisa ikhlas satu sama lain. Kok gue sok tahu banget? Kan sekali lagi, mata nggak bisa bohong.
Tapi tahu apa yang bikin kaget? Beberapa detik setelah lagu selesai diputar dan penyiar radio kembali cuap-cuap, Bayu bilang gini, "Tau kan istilah ridho orang tua itu ridhonya Tuhan?"
Gue menoleh cepat, mulai paham arah pembicarannya. Tapi gue nggak berani berpikir lebih jauh, sampai akhirnya dugaan gue benar.
"Gue sama Saras terhalang itu, No. Awalnya ortu kita fine aja, tapi waktu tau kalau kita beda rumah ibadah, ibunya Saras drop sampai masuk RS." kata Bayu sambil tersenyum tipis. "Ortu gue juga nolak, bahkan bokap sampai ancem gue buat pindah ke Aussie lagi kalau nggak putus."
"Ya akhirnya kita putus," Bayu tertawa pelan. Matanya masih fokus pada jalanan di depan.
Gue berdeham, nggak tau harus komentar apa. Tapi akhirnya gue tanya, "Kenapa nggak cari pacar lagi, Bay?"
Bayu menggeleng. "Gue sama Saras janji buat nggak cari orang lain sebagai pelarian. Kalau emang mau pacaran, semoga orang itu orang yang tepat dan baik, bukan cuma buat pelarian doang."
Laju mobil Bayu mulai berkurang, sampai akhirnya berhenti. Gue bahkan nggak nyadar kalau kami sudah sampai di depan kos.
"Mungkin emang gue masih belum bisa damai. Tapi ya udah. Nggak ada yang bisa nolak skenario Tuhan, termasuk gue sama Saras."
———
A/N: aku ini nulis apa!!! huhuhu makin lama makin nggak jelas gini ya. :')
btw, selamat hari minggu dan bersenang-senang untuk yang libur hehe. see you!
![](https://img.wattpad.com/cover/165924500-288-k952204.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana & Kiwari
FanfictionIni hanyalah kisah antara tiga manusia yang berusaha memahami apa yang dirasakan, serta waktu dan keadaan yang salah dengan orang yang (dirasa) tepat. - written by far, 2018-2020. cr name by: @eskalokal tw: mention of domestic violence