Kirino
Bagi sebagian orang, kenangan KKN nggak berarti apa-apa, tapi bagi gue... yah, lo semua udah tau apa.
Gue termasuk manusia yang bersyukur bisa dapet teman KKN yang menyenangkan.
Ada banyak hal yang terjadi pasca KKN, salah satunya gue dan Saras menjadi lebih dekat.
Sebagai teman.
Beberapa bulan setelah KKN, ada satu kabar yang membahagiakan dan Saras udah pasti tau kabar itu.
Bayu resmi akan melepas status mahasiswa.
Malamnya, gue menelepon Saras untuk meyakinkan dirinya kalau ia harus datang. Tapi Saras berkali-kali menolak ajakan gue.
"Kenapa, sih?" Gue bertanya gemas, disusul pertanyaan lain yang muncul, "Waktu sidang nggak dateng, wisuda juga mau nggak dateng?"
Gue nggak mendengar jawaban apa-apa dari Saras.
"Lo masih denger gue, kan?"
Tak berapa lama, terdengar helaan napas. "Gue takut..."
"Bayu nggak gigit, Ras."
"Besok ada orang tua Bayu."
"Terus?"
"Gue nggak berani ketemu orang tuanya," jawab Saras pelan. "Gue takut merusak hari bahagia Bayu kalau gue dateng ke sana."
Gue udah siap jawab macem-macem, tapi gue sadar kalau gue nggak tau apa-apa. Lagi pula, gua yakin Saras punya alasannya sendiri. Terlebih orang yang sangat menentang hubungannya dulu adalah orang tua keduanya. Gue yang nggak mengerti apa-apa, cuma bisa meyakinkan Saras sekali lagi.
"Beneran nggak mau datang?"
Jawaban Saras sudah cukup buat gue mematikan sambungan telepon.
Tapi pagi harinya, gue tetap menanyakan Saras hal yang sama. Berkali-kali. Bahkan ketika anak-anak udah siap mau berangkat, gue masih sibuk menanyakan Saras.
"Lo nggak akan nyesel, kan?"
Saras nggak menjawab apa-apa, buat gue menghela napas.
"Mau nitip sesuatu?"
"Makasih, No," sahut Saras. "Tapi gue udah nitip ke Aul."
Jadi begitulah ketika akhirnya gue bersama teman-teman kos mendatangi wisuda Bayu dan malah gue menjadi bahan bercanda.
Gue nggak ngerti, tapi ketika kami bersiap pulang, gue menghampiri Bayu.
"Lo serius?"
"Apa?"
"Soal yang tadi."
Bayu ketawa. Tangannya menepuk pundak gue dengan pelan.
"Gue lagi belajar ikhlas, No. Lagian gue kan udah izinin lo sejak lo di luar pulau sana."
"Tetep aja..." Gue mengernyitkan dahi, merasa aneh meskipun nggak tau itu apa.
"Saras bilang, dia lagi belajar nerima lo." ucapan Bayu sukses membuat mata gue melebar dengan mulut yang terbuka.
"Hah?"
Bayu terkekeh. "Kaget kan lo? Sabar ya No, semuanya butuh proses. Tapi gue yakin kalian bakal baik ke depannya."
Bayu itu... entah gimana gue mendeskripsikannya. Gue jadi tau kenapa Saras belum bisa move on dengan manusia yang satu ini.
"Gue kalau jadi Saras juga kayaknya nggak mau move on dari lo."
"Ngaco."
Gue ketawa, kemudian memeluk Bayu cukup erat. Gue bilang pada Bayu kalau dia udah melakukan yang terbaik. Dan gue bersyukur karena bisa bertemu Bayu dan menjadi temannya.
"Selamat wisuda. Ditunggu pacar barunya, ya."
Bayu ketawa. Tangannya menepuk pundak gue sebelum akhirnya kami melepas pelukan.
"Lo juga nyusul, No."
Gue menyengir.
"Bay,"
"Apa?"
"Ibu Bapak lo cakep, pantesan bentukan lo juga cakep."
Bayu mengikuti arah pandang gue yang lagi memperhatikan orang tua Bayu yang duduk. Bayu langsung ketawa terbahak-bahak, sementara gue cuma senyum lebar.
Semoga lo bisa menemukan bahagia lo secepatnya ya, Bay.
Biar Saras bahagia juga kalau lo bahagia.
Biar gue juga bahagia kalau lo bahagia.
Nggak ada yang lebih menyenangkan ketika kita melihat teman terdekat kita bahagia, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana & Kiwari
FanfictionIni hanyalah kisah antara tiga manusia yang berusaha memahami apa yang dirasakan, serta waktu dan keadaan yang salah dengan orang yang (dirasa) tepat. - written by far, 2018-2020. cr name by: @eskalokal tw: mention of domestic violence