05

1.6K 363 34
                                    

Kirino

Begitu masuk ke kos, mata gue dengan mudah menemukan Bayu dan Fazrin yang bengong melihat kedatangan gue. Mereka yang tadinya nonton TV malah ganti nonton gue buka sepatu.

"Kenapa kalian? Kaget liat orang ganteng, ya?"

"Kurang-kurangin, No." Fazrin menggelengkan kepalanya.

Gue ikut duduk bareng mereka berdua, kemudian telinga gue menangkap suara keheranan dari Bayu:

"Abis dari mana lo? Rapi bener."

Mau tidak mau gue mengecek penampilan sendiri. Ya... sebenarnya bisa dibilang nggak rapi-rapi amat. Tapi baju yang gue pakai kali ini bukan baju yang biasa gue pakai kalau cuma mampir ke burjo atau warung nasi Padang.

"Jelas. Abis ketemu gebetan, masa nggak rapi?"

Tiba-tiba Aji datang dengan tangannya yang sibuk memegang semangkuk mie rebus.

"Hah?"

"Serius?"

Aji cuma senyum-senyum sambil niup kuah mie rebusnya. Rasanya ingin gue pecahin aja itu mangkuk, tapi nanti gue harus ganti rugi. Jadinya gue menghela napas ketika dengar dua orang yang gue anggap paling waras di kos ini malah heboh sendiri.

"Sejak kapan?"

"Anak mana?"

"Siapa namanya?"

"Kok lo nggak cerita?"

"Akhirnya lo laku juga."

"Heh, mulutnya ya!" Gue otomatis berseru saat mendengar itu dari Bayu.

Bayu terkekeh. "Namanya juga temen, pasti seneng dong kalau lo laku?"

Gue menghela napas lagi. Bayu dan Fazrin masih aja kepo nanya rincinya gimana, sementara yang memulai gosip ini malah sibuk makan mie dan senyum-senyum sendiri.

Sudah gila dia.

"Heh yang lagi makan mie!" Gue berseru kesal. "Jawab tuh pertanyaan Abang lo."

"Lah, kenapa jadi gue?" Aji tidak terima.

"Karena lo yang mulai gosip,"

Aji mengerutkan dahi. "Kalau nggak merasa ya santai aja dong?"

Gue mengerjap. Hah... Bener juga...

Bayu dan Fazrin langsung tertawa lihat muka gue yang clueless. "Lo kenapa, No?" tanya Fazrin.

"Masih grogi abis ketemu Mbaknya, ya?" Tawa Bayu makin terdengar puas.

Hhhh.

"Dia bukan gebetan gue, plis, kalian nggak usah gosip," kata gue agak kesal.

"Oh gitu..." Mereka bertiga serempak mengangguk-angguk.

Mata gue berputar cepat. "Kenapa sih kalian? Cari pacar sana biar nggak goda orang mulu."

"Nggak ngaca, Mas?" kata Aji dan gue melotot mendengarnya.

"Eh..." Fazrin membuka HP, kemudian menatap gue dan Bayu secara bergantian. "Kalian kenal Aul, kan?"

Gue mengerutkan dahi, berusaha mengingat manusia bernama Aul yang dimaksud Fazrin.

"Aul siapa?" Pertanyaan Bayu sudah mewakili kebingungan gue.

"Aul pacarnya Yudhis temen lo itu."

"Yudhis temen satu prodi gue?" Bayu memastikan dan Fazrin menjawabnya dengan anggukan.

"Kenapa gitu sama dia?"

"Katanya, mau ada yang kenalan sama temennya nggak?"

"Hah?" Gue dan Bayu mengerutkan dahi, sementara Aji tersedak kuah mie.

Fazrin mengangguk. "Aslinya temen Aul ini nggak mau dikenalin siapa-siapa, tapi Aul pengen aja ngenalin temennya ini sama seseorang. Dia minta tolong ke gue sih, tapi saat ini gue lagi di fase males menjalin pertemanan, apalagi sama perempuan."

"Apalagi gue?" Bayu tersenyum samar.

"Masih belum move on lo?" Gue ketawa begitu melihat wajah Bayu yang mendadak berubah masam.

Iya, Bayu memiliki mantan pacar, tapi sampai sekarang anak-anak kos belum pernah ada yang melihat fotonya atau bertemu secara langsung. Lagian, anak-anak kos nggak ada yang berani tanya-tanya soal mantannya itu. Aura Bayu kalau ditanya atau ngomongin soal mantan pacar ya begini, kayak ada awan gelap di atas kepalanya. Bentar lagi pasti ada petir sama hujan deras.

Jadi, mending gue lihat dia ketawa-ketawa nggak jelas daripada lihat dia diam. Soalnya Bayu serem kalau udah serius dan marah.

"Oke, Bayu otomatis enggak ya?" kata Fazrin, sukses membawa gue kembali ke realita. "Lo gimana, No?"

"Hah?" Gue mengerjap.

"Bang Ino kan udah punya gebetan, pasti nggak juga," sahut Aji.

Lah? Kenapa dia yang jawab? Gue menoleh cepat dan memicingkan mata. Mie yang tadi dimakan Aji sudah habis dan mangkuknya ia taruh di atas meja.

"Kenalin ke gue aja, Bang," Senyum Aji sukses membuat semua orang di ruangan ini menganga.

"Dia kakak tingkat lo. Nggak apa-apa?" tanya Fazrin agak ragu.

"Lho, emang kenapa?" Aji mengerutkan dahi, menatap satu-persatu orang yang orang yang ada di ruangan ini. "Gue nggak nyangka kalian ternyata nggak open minded," katanya sambil menggelengkan kepala.

"Yeee, apaan sih lo?"

"Nggak usah banyak gaya,"

"Lo nggak kenapa-kenapa, kan?"

Aji tidak menanggapi semua respon itu, malah ia mulai membicarakan teorinya sendiri. "Nih ya, jarak usia itu bukan penghalang, kan?" kata Aji. "Lagian, kenalan kan belum tentu bakal jadi pacar? Kenalan doang apa susahnya? Siapa yang tau temen Mbak Aul ini bisa diajak ngobrol-ngobrol soal hidup. Iya, nggak?"

Hah... Aji kesurupan setan apa bisa ngomong begitu?

"Are you okay, Ji?" tanya Bayu, disusul anggukan dari gue dan Fazrin.

"I'm fine and you?"

"Wah, Aji, lo abis makan apa?" tanya gue heran. Ini anak kenapa coba?

Aji menunjuk mangkuknya yang sudah kosong. "Abis makan mie."

Renjana & KiwariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang