Saras
"Gue sekelompok sama lo?"
Aku mengangguk, kemudian menggeser kursi agar Sintya, teman yang baru saja bertanya itu, bisa duduk di kursi sebelahku. Selesai perkuliahan, beberapa mahasiswa langsung keluar kelas, lainnya masih bertahan, termasuk aku dan Sintya.
"Lo nyatet nggak tadi?"
"Nyatet,"
"Ya udah, lo yang bikin outline sama wawancara, nanti gue yang bikin PPT sama laporannya. Gimana?"
"Enak aja," Aku protes, disusul gelengan tegas. "Nggak, nggak, ini tuh kerja kelompok, kerjain bareng-bareng,"
Sintya ketawa. "Lah, kan kita kerja? Bedanya dibagi-bagi doang. Lo bikin outline sama wawancara, gue ngerjain PPT sama laporan,"
Aku menggelengkan kepala. "Kenapa gue wawancara sementara lo nggak? Gue pengennya kita wawancara bareng, ngerjain laporan pun bareng,"
"Lo kan anak pers, jadi bagian wawancara-wawancara gitu urusan lo aja," jawab Sintya cepat.
"Nggak gitu, Sin,"
Sintya ketawa sekali lagi. "Iya, iya, paham," Ia membuka bukunya dan menyalin catatanku. Di sela mencatatnya, ia bertanya, "Lo KKN semester ini, Ras?"
"Kayaknya iya," sahutku. "Lo?"
"Gue semester depan aja," Sintya menaruh pulpen dan menatapku. "Gue masih ada tanggungan,"
Aku mengangguk-angguk paham. Kalau aku adalah anak pers, maka Sintya adalah anak pecinta alam. Sekretariat kami berdekatan. Dan ya, kami sering bertemu di gedung UKM. Kalau kata Sintya, dulu, "Bosen gue ketemu lo. Di kelas ketemu, di sini juga ketemu."
Sebenarnya aku pun masih ada tanggungan di organisasiku, tapi entah kenapa aku ingin mengikuti KKN semester ini.
"Ras,"
Aku menatap Sintya, kemudian mengerutkan dahi ketika mendadak dia tersenyum-senyum. "Kenapa?"
"Kemaren ada mantan anak BEM FISIP ke sini,"
"Hah?" Aku masih mengerutkan dahi, bingung.
"Terus dia nyariin lo," Kelanjutan ucapan Sintya membuatku terdiam. Siapa? Nggak mungkin kan kalau orang yang dimaksud Sintya adalah Bayu? Untuk apa dia ke sini? Mau apa? Bayu bagaimanapun orang sibuk. Nggak mungkin kalau dia mampir ke fakultasku kalau bukan karena sesuatu yang penting.
"Siapa?"
Sintya mengangkat bahunya. "Nggak nyebut nama. Dia cuma bilang mantan ketua BEM FISIP '16-17. Katanya mau janjian wawancara sama lo,"
Aku memijat pelipis dengan pelan. Orang itu benar Bayu. Dan, komedi macam apa itu? Adakah narasumber yang menghampiri reporter? Padahal logikanya, reporter yang butuh, maka harusnya, kalau aku ada janji wawancara, aku yang harus menghampiri narasumber.
"Lo kenal?"
Aku mengangguk. "Tapi kita nggak ada janji wawancara,"
"Terus?"
Aku mengangkat bahu sekilas, tertawa pelan. "Nggak tau. Pusing kali dia kebanyakan jadwal."
-
Pada akhirnya, aku menanyakan maksud Bayu mengunjungi fakultasku kemarin. Aku memberanikan diri mengirimkan pesan setelah berdebat cukup panjang dengan Aul di chat. Aul sedang mengikuti acara himpunannya. Kalau dia sedang tidak ada acara, dipastikan dia langsung mendatangiku di mana pun aku berada. Alasan Aul, lebih seru dengar langsung daripada lewat chat.
![](https://img.wattpad.com/cover/165924500-288-k952204.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana & Kiwari
FanfictionIni hanyalah kisah antara tiga manusia yang berusaha memahami apa yang dirasakan, serta waktu dan keadaan yang salah dengan orang yang (dirasa) tepat. - written by far, 2018-2020. cr name by: @eskalokal tw: mention of domestic violence