Kirino
Setelah gue ngobrol sebentar dengan Bayu, akhirnya gue dan Bayu memutuskan untuk bergabung dengan yang lain. Gue bercanda lagi, ketawa, godain Aji untuk yang ke sekian kalianya karena Melody nikah, ketawa puas waktu Cal ngadu sama Bayu soal mobilnya yang kena gores. "Kalau mereka bukan temen lo, Bang, atau kalau aja itu bukan Bang Yudhis, gue udah ngamuk!" katanya.
Kami ngobrol banyak, ketawa karena berbagai hal, saling ejek satu sama lain sampai akhirnya sekitar jam satu, anak-anak mulai cabut ke kamarnya masing-masing. Tersisa gue, Bayu, Fazrin di ruang tengah. Gue paham mereka berdua mau apa, makanya gue ikutan juga. Seenggaknya ada teman yang nemenin gue ngerjain tugas. Bayu dan Fazrin mulai sibuk dengan laptopnya masing-masing. Mereka berdua lagi skripsian, sementara gue mencoba menyelesaikan tugas-tugas yang mendadak mencekik leher gue sendiri. Gue membuang napas kasar. Kerjain, bego! Lo nggak bisa pulang kalau tugas lo belum kelar.
"Ke mana?" tanya Bayu begitu melihat gue berdiri.
"Ambil laptop." Dengan jari gue menunjuk lantai atas dan Bayu mengangguk paham.
-
Setelah gue kembali ke ruang tengah dengan memegang laptop dan bersiap duduk, malah ganti Fazrin yang berdiri. "Mau bikin kopi, kalian mau nggak?" tawarnya seraya natap gue dan Bayu secara bergantian.
"Boleh." jawab gue, sementara Bayu menggeleng dan masih fokus dengan laptopnya. Bayu nggak suka kopi, dan gue kagum sama tubuhnya yang kuat begadang tanpa bantuan kafein. Kapan gue bisa begitu?
Setelah Fazrin kembali ke ruang tengah dengan dua cangkir kopi, nggak ada satu pun dari kami yang mencoba berbicara. Semuanya sibuk dengan tugas dan pikirannya sendiri. Baca, ngetik, ngetik, ngetik, nguap, baca, minum, ngetik, makan snack, baca, nguap, tiduran bentar, ngetik, cek HP bentar, lanjut ngetik. Terus gitu sampai nggak kerasa waktu udah ada di angka tiga. "Bay—" Niat gue mau tanya sesuatu, mendadak berhenti karena liat Bayu tidur di sofa. Duduk. Gue selalu heran sama orang yang bisa tidur dengan posisi duduk. Bayu ini salah satu contohnya.
"Sejak kapan tidur?" Gue melirik Fazrin yang mulai membereskan kertas-kertas, buku dan laptop miliknya.
Fazrin mengangkat bahu sekilas. "10 menit yang lalu kayaknya," Fazrin berdiri dengan berbagai barangnya di tangan, kemudian ia menepuk sebelah bahu gue sekilas. "Gue tidur ya. Lo juga tidur, jangan begadang."
Meskipun gue jawab iya, gue tetep duduk di ruang tengah, masih coba menyelesaikan tugas ini. Kalau stres, gue malah susah tidur, entah kenapa. Makanya gue coba tetep bertahan di ruang tengah, sekaligus nemenin Bayu di sini. Gue nggak tega aja kalau harus bangunin dia. Meskipun posisi tidur Bayu pasti nggak nyaman, tapi gue paham kalau Bayu bener-bener butuh waktu tidur itu.
"Belum tidur, Bang?"
Gue kaget begitu mendengar suara dari belakang. Kepala gue berputar dan menemukan Esa yang terlihat masih ngantuk. Jam 3 pagi dan Esa udah bagun. Dia pasti mau tahajud.
"Iya."
"Nugas, ya?"
Gue mengangguk, memperhatikan Esa yang berjalan menuju kamar mandi. Tiba-tiba Esa menghentikan jalannya dan berbalik. "Bang,"
"Apa?"
"Jangan lupa berdoa, supaya diberi kemudahan," katanya.
Gue tersenyum, mengangguk. Tapi, senyum gue luntur begitu mendengar kalimat selanjutnya dari Esa, digantikan oleh mulut yang terbuka lebar.
"Jangan lupa juga tidur. Percuma tugas selesai, kalau besoknya hidup selesai juga."
-
Gara-gara omongan Esa itu, gue mencoba tidur, tapi nggak di kamar. Gue coba tidur di sofa juga, nemenin Bayu. Gue kebangun gara-gara azan subuh, terus gue nggak bisa tidur lagi setelahnya. Padahal, kepala gue pusing banget. Pengen tidur, tapi nggak bisa. Jadilah gue milih lanjut nugas, membuat anak kos lain heran sekaligus khawatir. Bagaimanapun, Kirino yang sibuk di hari Minggu adalah sebuah pencapaian. Nggak biasanya gue produktif di hari Minggu.
"Ke sunmor yuk?"
Gue yang lagi sibuk mengetik di laptop otomatis mengangkat kepala untuk melihat Bayu yang baru saja mengatakan itu. Mata gue dengan mudah melihat Bayu yang mulai menggerakkan kepala untuk pemanasan. Dia udah rapi dengan celana training dan kaus hitam.
"Hah?" Cuma itu respon gue.
"Ke sunmor." ulang Bayu, kali ini ia menggerakkan tangannya.
"Ngapain ke sunmor?"
"Jajan." sahut Bayu cepat.
"Hah?"
Bayu berdecak kesal. "Hah heh hah aja lo ini," katanya yang masih sibuk pemanasan. "Joging dulu, abis itu ke sunmor, jajan."
"Oh." Gue mengangguk paham, tapi gue nggak bilang apa-apa lagi. Gue mulai sibuk kembali dengan laptop di depan gue dan melirik sekilas Bayu yang ikut duduk di sebelah gue.
Bayu meluruskan kakinya dan menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. Napasnya naik-turun akibat pemanasan yang tadi dia lakukan. "Gue paham lo lagi pusing," kata Bayu setelah selesai mengatur napasnya.
"Hah?"
"Bangsat," maki Bayu pelan.
"Ya Allah, pagi-pagi udah dapet bangsat aja." kata gue nggak kalah kesal.
"Lo abisnya hah heh hah heh aja dari tadi. Kesel gue." Bayu menghela napas.
"Lo abisnya tiba-tiba dateng pemanasan di depan gue sambil ngajak ke sunmor. Apa nggak aneh?" Gue ikut menghela napas. Gue mengarahkan telunjuk pada laptop. "Lo liat gue lagi apa."
Bayu terkekeh, kemudian meninju sebelah lengan gue dengan pelan. "Tumben lo serius amat? Biasanya hari Minggu dipake buat tidur atau males-malesan?"
Mendengar itu, gue menghela napas. "Pengennya gitu Bay."
Bayu ketawa keras dan gue melotot mendengarnya. Bayu menepuk-nepuk bahu gue dengan pelan. "Makanya gue ngajak lo keluar bentar. Biar lo nggak stres."
"Biasanya kan lo sama Fazrin?" kata gue masih nggak paham.
Bayu menghela napas lagi. "Mumpung gue lagi baik ini, Kirino. Gue nggak tega aja lo biasanya bangun siang tapi ini pagi-pagi udah bangun buat revisian."
Gue ketawa. "Lah, lo juga suka begadang sama Fazrin buat revisian, terus pagi-pagi udah bangun lagi buat lanjut revisian. Mana yang lebih ambis, gue apa lo?" kata gue cepat. "Lagian ya, tadi pagi tuh kita bertiga juga lagi revisian."
Bayu ketawa, kemudian ia nggak mengatakan apa-apa lagi begitu melihat Fazrin yang juga sudah siap untuk joging. "Lo ikut nggak, No?"
"Males, ah."
"Ikut aja!" seru Bayu.
Gue menggeleng. "Mau tidur aja."
"Ntar aja, olahraga dulu biar ada oksigen ke otak lo. Biar otak lo seger lagi," kata Bayu. "Lo kacau banget, No, butuh lah keluar bentar."
Gue terdiam sebentar, agak ragu. Apa iya gue sekacau itu?
"Lo nggak usah ikut joging nggak apa-apa deh," kata Fazrin, mengangguk. "Langsung ke sunmor aja, makan bubur."
Gue ketawa. "Sialan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana & Kiwari
FanfictionIni hanyalah kisah antara tiga manusia yang berusaha memahami apa yang dirasakan, serta waktu dan keadaan yang salah dengan orang yang (dirasa) tepat. - written by far, 2018-2020. cr name by: @eskalokal tw: mention of domestic violence