Saras
Buku-buku yang dikembalikan Bayu ada tiga. Aku Ini Binatang Jalang. Melihat Api Bekerja. Tidak Ada New York Hari Ini. Tiga buku lain yang masih ada di Bayu, aku tidak tahu judulnya apa.
Aku jadi ingat kalau dulu Bayu pernah memarahiku karena salah satu kebiasaan burukku dengan buku. Salah satu kebiasaan burukku itu: meminjamkan buku ke orang lain tanpa mencatatnya. Bayu pernah marah karena aku pernah meminjamkan buku sejarah pada teman sekelas Bayu dan sialnya, bukunya hilang.
Meskipun pada akhirnya teman Bayu menggantikan bukuku yang hilang itu, tetap saja Bayu marah padaku. Katanya, "Nggak semua orang mau jaga baik-baik barang punya orang,"
Mungkin sejak saat itu, aku menjadi lebih selektif untuk meminjamkan buku ke orang lain.
Perhatianku teralih ketika satu notifikasi muncul di layar ponselku. Bayu. Aku mengernyitkan dahi, tapi tetap aku membukanya.
C. C. Bayu
Saras, tadi gua lupa mau bilang, coba lo buka hlm 76, memastikan kematian
"Hah?" Adalah yang otomatis keluar dari mulutku. Aku tanya maksudnya apa, tapi Bayu membalas, lo cari sendiri di buku yang gua balikin tadi.
Senyum tipis muncul begitu Bayu menambahkan kata hehe di akhir kalimatnya.
Aku bingung, tapi aku menuruti kata-katanya.
Aku menemukannya di buku Melihat Api Bekerja. Halaman 76, Memastikan Kematian. Ada selembar kertas berisi tulisan tangan Bayu:
Gue mau stabilo kalimat yang dicetak tebel itu, tapi inget kalau bukunya bukan punya gue hehe tapi gapapa, lo coba baca aja...
Aku membacanya dan tidak mengerti maksud Bayu menunjukkan paragraf itu untuk apa.
Kejahatan ada di mana-mana. Di kota-kota atau di kata-kata, atau pada segala sesuatu yang yang kausebut kita. Dalam bentuknya yang paling sempurna, dia bernama kebahagiaan.
Aku tidak tahu tepatnya mengapa Bayu menunjukkannya. Apakah sebuah sarkastis ketika pernah ada "kita" adalah sebuah kejahatan?
Mungkin itu yang dikatakan orang-orang dulu ketika aku dan Bayu memutuskan pacaran. Kata beberapa temanku, "Kalian buang-buang waktu,"
Atau, "Lo cuma nunda sedih,"
Atau, "Ngapain sih kalian? Ujung-ujungnya juga putus,"
Padahal, aku dan Bayu sudah tahu risikonya. Kami tahu dan tidak perlu orang lain menunjuknya berkali-kali.
Lagi pula, siapa yang tahu kebahagiaan orang lain? Kenapa orang lain senang sekali mengurusi kebahagiaan orang lain?
Padahal kan, orang lain punya bahagianya masing-masing, termasuk aku dan Bayu—dulu.
———
A/N: Kayaknya dulu pernah ada yang komen nanya Bayu baca buku puisi apa di part 13, tapi kok aku cari nggak ada ya? Apa aku halu doang? Hehehe enggak, enggak. Bayu di part 13 baca buku puisinya Aan Mansyur, Tidak Ada New York Hari Ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana & Kiwari
FanfictionIni hanyalah kisah antara tiga manusia yang berusaha memahami apa yang dirasakan, serta waktu dan keadaan yang salah dengan orang yang (dirasa) tepat. - written by far, 2018-2020. cr name by: @eskalokal tw: mention of domestic violence