[Chapter Tiga Puluh Dua]

1.6K 164 45
                                    

3rd PERSON POV

Levi masuk ke ruang Erwin tanpa permisi, sang pemilik ruangan segera mengalihkan perhatiannya sementara dari beberapa berkas yang sedang ditanda-tanganinya.

"Erwin, bisa kau jelaskan mengapa bocah tengik ini bisa keluar dari penjara?" ujar Levi, satu tangan mengarahkan layar handphone ke Erwin tepat dibagian headline berita hari itu.

Headline berita yang langsung bisa terbaca oleh Erwin itu, membuat direktur utama dari Perusahaan Survey Corps tersebut menghela napas.

Erwin menyenderkan tubuhnya ke kursi beberapa saat—yang di mata Levi malah seperti sedang mencoba merangkai kalimat bulshit terbaik sepanjang masa.

"Secara teknis—" ucap Erwin memulai penjelasan, kedua mata tertuju kearah Levi penuh dengan keseriusan. "—Eren tidak mengalami masa tahanan di penjara" sambungnya.

Dahi Levi mengernyit, ia menarik kursi dihadapan meja kerja Erwin dan duduk disitu. Menunggu penjelasan lebih lanjut dari sahabatnya yang berambut blonde itu.

"Bagaimana bisa? Kau tau apa yang sudah ia lakukan pada istriku kan?"

Erwin menelungkupkan kedua tangan diatas meja kerjanya.

"Ya, tetapi hasilnya ia hanya mengalami sedikit gangguan kejiwaan. Ia sangat terobsesi pada (y/n). Apapun yang dilakukannya saat itu tidak bisa dijadikan tuntutan diranah hukum karena ia melakukannya bukan dengan akal sehatnya" ucapnya.

Levi mendecih, tak percaya dengan penjelasan dari sahabatnya itu. Ia berdiri dari kursi dan mengumpat dalam hati 'persetan dengan semua ini'

Belum sempat Erwin memanggilnya, Levi sudah menutup pintu ruangannya dari luar.

~~~~~

Terlihat nomor panggilan dari Farlan di layar handphone Hana. Sempat tertegun sejenak, sudah lama sekali sejak terakhir Farlan menghubunginya setiap pulang sekolah. Apalagi sekarang hampir setiap hari Leo menjemputnya saat pulang.

Kalau Farlan menginginkan sesuatu bukannya ia bisa mengatakannya pada Leo? Pikir Hana.

Leo yang sedang berjalan disampingnya pun memasang wajah penuh tanya.

"Ada apa Om Farlan?" tanya Hana sambil menoleh kearah Leo, berharap ia bisa mengetahui tujuan dari Ayah angkatnya itu menelponnya, bahu Leo terangkat sesaat—mengesturkan bahwa ia juga tidak tahu.

Reflek Hana me-loudspeaker panggilan itu.

Farlan yang mendengar suara Hana diseberang sana menjawab "Hana, apa jam sekolahmu sudah selesai?"

Langkah Hana terhenti sesaat, Leo yang sudah menaiki motornya masih terfokus dengan gerak mata Hana yang ditujukan kearahnya.

"Ayah? Hana bersamaku sekarang, apa Ayah butuh sesuatu?" tanya Leo penasaran.

Farlan yang mendengar suara anak lelaki kesayangannya diseberang sana menghela napas sesaat. Ia merasa lega, ternyata Hana sedang bersamanya. Hingga akhirnya Farlan melontarkan pertanyaan yang membuat Hana segera mengkhawatirkan kondisi ibunya dirumah.

"Ah kebetulan kau ada bersama Hana, tolong bawa Hana pulang nak"

Kalimat singkat yang membuat pikiran Hana kalut, Leo sampai harus mengelus pelan punggung Hana. Mengingatkannya kalau kondisi mereka saat itu sedang dipinggir jalan, dan orang-orang bisa saja mengira Leo melakukan sesuatu yang buruk pada Hana jika mendengarnya berteriak.

"Om Farlan, apa Ibu sudah melahirkan?!"

TIMESKIP~~

Di kediaman Ackerman, (y/n) terduduk di salah satu sofa ruang tamu. Farlan lah yang membawa (y/n) duduk disitu dan membawakannya teh hangat.

Levi x Reader | Shorty's Little Family (Modern AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang