[Chapter Sembilan]

3.7K 352 87
                                    

HANA POV

Hari itu seperti biasa aku menunggu Ayah menjemputku setelah pulang sekolah. Aku menunggu Ayah di depan pintu gerbang sekolah.

Kugenggam erat kedua tali ransel yang berada di sisi kiri dan kanan bahuku. Sesekali pandanganku tertuju pada mobil yang lalu lalang di hadapanku dan berharap salah satu dari sekian banyak mobil yang lewat itu adalah mobil Ayah. Aku ingin cepat-cepat pulang dan mendengar kabar terbaru mengenai ibu.

Aku sangat merindukan Ibu!

Sejujurnya aku sedih karena sudah beberapa hari ini aku tidak mendengar suara ibu, aku tidak merasakan masakan ibu dan elusan lembut tangannya di kepalaku sebelum aku tidur. Tapi aku berusaha untuk kuat, aku tidak ingin menangis di depan Ayah karena kutahu itu akan membuat Ayah khawatir.

Kakek Kenny bilang aku ini kan anak yang kuat!

"Hana? Ayahmu belum menjemputmu?" ujar seseorang, membuyarkan lamunanku. Aku menoleh kearah sosoknya yang berdiri disamping kiriku, ia menepuk pundakku.

"Tante Petra? I-iya, Ayah belum datang. Aku sedang menunggunya" ucapku sambil menganggukkan kepalaku. Ia kemudian tersenyum dan kemudian menunduk—berusaha menyetarakan tinggi badannya denganku.

"Bagaimana kalau kita makan siang dulu? Kamu pasti lapar kan Hana?" ucapnya sambil memegang pundak kanan dan kiriku bersamaan—membuat tubuhku menghadap kearahnya.

Aku terdiam sesaat, tangannku meremas rok rempel hitam selututku.

Aku bingung mau menerima tawarannya atau tidak, karena sepertinya Ayah sangat membenci tante Petra. Bahkan seingatku kemarin ia mengacuhkan tante Petra saat bertemu kan?

"Ehm...t-tidak usah, terimakasih tante" ucapku sekenanya.

Ayah, cepatlah datang. Aku tidak ingin berlama-lama disebelah tante ini. Karena sebaik apapun dia padaku, dia itu bukan ibu.

Tante Petra tiba-tiba meraih tangan kiriku dan mengenggamnya erat, ia menganggukkan kepalanya sambil mengedipkan mata kanannya.

"Baiklah kalau itu maumu, biarkan tante menemanimu disini sampai Ayahmu datang ya Hana!" ucapnya tanpa sempat ku menjawab, karena tak berapa lama kulihat mobil dengan plat nomor yang sangat kukenal berhenti tepat dimana aku dan tante Petra berdiri sekarang.

Itu mobil Ayah!

Semoga saja Ayah tidak kesal seperti kemarin saat bertemu dengan tante Petra, karena mood Ayah akan berubah drastis saat ia kesal. Asal kalian tahu, kemarin setelah pulang sekolah saat ia memasakkan omlet untukku rasanya menjadi tidak karuan. Aku tahu itu efek dari moodnya yang jelek karena bertemu wanita bernama Petra ini.

LEVI POV

Sepertinya apa yang dikatakan Erwin benar. Semenjak (y/n) dibawa Eren, Petra lebih sering muncul di hadapanku.

Kita lihat saja, siapa yang akan tertawa di akhir dasar kalian mantan-mantan kampret.

Aku membuka kaca jendela mobilku dan melihat Petra sedang menggenggam tangan kiri Hana dengan erat. Hana melambaikan tangan kanannya kearahku.

"Ayah!" teriaknya senang. Aku tersenyum dan mengesturkan kepalaku untuk menyuruh Hana segera masuk ke dalam mobil.

"Hmm...Levi? Bisakah kita makan siang bersama sebentar sebelum pulang?" ujar Petra tiba-tiba—ia belum melepas genggaman eratnya di tangan Hana dan kedua matanya menatap kearahku.

Kami semua terdiam untuk beberapa saat, Hana ikut-ikutan menatapku dan menunggu jawabanku.

Disaat itu pula aku teringat titah Erwin kemarin.

Levi x Reader | Shorty's Little Family (Modern AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang