[Chapter Dua Puluh Delapan]

2.2K 182 116
                                    

>>2 bulan kemudian<<

READER POV

"Terimakasih Erwin-san, Levi akan segera kembali bekerja saat kondisinya sudah membaik" ucapku pada Erwin-san yang berada diujung line telpon.

Syukurlah Erwin-san menyetujuinya, ia bahkan bilang kepadaku untuk membuat Levi istirahat total dirumah. Karena menurutnya, Levi sudah terlalu banyak bekerja akhir-akhir ini. Bahkan terkadang ia melewatkan jam makan siangnya.

Selesai aku memutus sambungan telpon dengan Erwin-san, tangan Levi mencengkram lengan kananku. Aku menoleh kearah keadaannya yang terlihat sangat menyedihkan itu. Di keningnya ada kain kompres yang kuganti berulang kali sejak semalam, kedua matanya terlihat sayu, sampai-sampai aku tidak bisa melihat wajah grumpy-nya lagi.

"(y/n), aku—" ucapnya.

Aku memotong kalimatnya dengan cepat.

"Levi, kau hanya perlu diam ditempat tidur dan aku yang akan melayanimu sampai kau sembuh"

Aku tahu ia pasti ingin tetap berangkat kerja. Mengingat seberapa pekerja kerasnya dia, tapi aku yakin itu hanya akan membuat tubuhnya semakin melemah.

Respon Levi diluar dugaan, ia malah menarik lenganku. Posisiku yang sedang duduk dipinggir tempat tidur—tepat disampingnya, membuat punggungku terjatuh diatas dadanya. Aku melihat kearah matanya yang tiba-tiba terisi setengah kehidupan—karena awalnya matanya terlihat mati.

Ia kemudian mengatakan sesuatu yang membuatku ternganga ditempat.

"Tch, perkataanmu barusan itu malah membuatku horny (y/n)!"

Bisa-bisanya dalam keadaan tubuhnya yang seperti itu ia berpikiran mesum.

Apa salah dan dosaku menikahi om-om mesum ini ya ALLAH?

"Levi! Kalau kita melakukannya, aku takut malah akan menyakiti Kenny" jawabku sambil mengelus pelan perutku yang besar itu.

Levi hendak membalas jawabanku, tapi ia tak mampu melakukannya. Karena ia terbatuk tanpa henti setelah itu, ia memaksakan diri merayuku disaat keadaannya seperti itu. Ia sepertinya tidak peduli, setiap ia berbicara malah akan membuat tenggorokkannya semakin gatal.

Batuknya baru mereda saat aku memberikannya segelas air hangat, setelah aku meletakkan kembali gelas kosong yang sudah ditengaknya itu. Ia kembali meraih lenganku.

"Levi? Bisa aku ke dapur sebentar? Aku harus menyiapkan sarapan untukmu dan Hana" ujarku.

Levi hanya menjawab dengan anggukkan. Ia melepas genggaman tangannya di lenganku. Aku tersenyum padanya, sambil kemudian mengecek suhu tubuhnya—dengan cara menempelkan telapak tanganku di lehernya.

Suhu tubuhnya masih sangat tinggi. Kepalanya pasti terasa sangat berat sekali sekarang, tetapi ia tidak mengatakannya. Aku tahu, ia pasti tidak ingin membuatku khawatir.

"Aku akan kembali lagi membawakanmu bubur, sementara pejamkan saja matamu Levi. Cobalah untuk beristirahat, oke?"

Kulihat ia tersenyum sambil mengelus pelan pipiku dengan telapak tangannya.

Bahkan telapak tangannya pun terasa sangat panas!

Sebelum ia menjauhkan telapak tangannya dari pipiku, aku menangkapnya dengan satu tanganku dan membuatnya lebih lama bersentuhan dengan pipiku.

Aku tidak menyadari kalau perbuatanku itu malah menghasilkan jawaban jahil dari mulutnya.

"Kau terlihat semakin cantik saat mencemaskanku, (y/n)"

Levi x Reader | Shorty's Little Family (Modern AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang