[Chapter Empat Belas]

3.9K 324 137
                                    

READER POV

Bau pancake tercium sampai ke ruang tv saat suamiku—Levi—mengangkatnya dari wajan. Aku tidak pernah meragukan bakat Levi dalam hal memasak. Harus kuakui suamiku itu bisa dibilang lelaki idaman para wanita, walaupun usianya sudah menginjak kepala 4 saat ini tetapi semua bakat yang ia miliki sedari ia muda masih saja terlihat—terutama tentu saja—bakat bersih-bersihnya.

Entah mengapa aku merasakan lengkungan senyum di bibirku saat memikirkan kalimat yang terakhir—

"(y/n)? Ada apa denganmu? Bisa dijelaskan apa arti dari senyumanmu itu barusan?"

Aku menoleh kearah Levi sesaat setelah mendengar suara baritonnya itu terdengar tak jauh dari tempatku duduk.

Levi bersandar di depan pintu menuju dapur dengan celemek berwarna coklat, kedua tangannya menyilang di depan dada.

"Eh—Err—Bukan apa-apa Levi!" jawabku seadanya, aku tau dia bisa menangkap kebohongan di suaraku yang bergetar itu.

Levi perlahan mendekat kearahku yang sedang duduk di sofa diikuti dengan tubuhku yang sedikit demi sedikit bergeser kearah sebaliknya.

Mulai terlihat jelas senyuman nakalnya yang selalu ia tunjukkan setiap saat ia ingin melakukan hal-hal tak senonoh padaku.

"(y/n), aku tau kau sedang berbohong.. apa kau sengaja berbohong agar mendapat hukuman dariku?" ucapnya.

Aku membentengi tubuhku dengan bantal sofa sambil menahan tawa saat mendengar kata-katanya.

"Levi, a-aku hanya sedang memikirkan bakat bersih-bersihmu yang tak pernah hilang sampai sekarang."

Usahaku sia-sia, tepat diakhir kalimat ia menangkapku dipelukannya. Kedua tangan kokohnya ia lingkarkan di pinggangku setelah ia melempar asal bantal yang sedari tadi kupeluk erat.

"Bakat bersih-bersih yang mana? Membersihkan rumah atau—" ucapnya terputus dengan pandangan tertuju kearahku, tetapi aku terlalu takut untuk memandangnya kembali.

Hingga aku merasakan nafas hangat Levi di tengkukku.

—membersihkanmu?" sambungnya.

Aku merasakan pipiku memanas, aku perlahan menjauhkan wajahnya dari tengkukku dan reflek mengatakan kalimat yang selalu aku ucapkan ketika Levi mengatakan kata-kata ambigu ala-ala om-om.

"Dasar om-om mesum!"

Kudengar ia hanya tertawa dan kemudian menangkap satu tanganku lalu mengatakan sesuatu yang membuatku mati kutu.

"Tapi kau punya satu anak dari om-om mesum ini (y/n)" ucapnya, diakhiri dengan kecupan di pipiku.

Aku memanyunkan bibirku. Levi tertawa kecil dan mencubit hidungku dan mengeluarkan kalimat yang membuat pipiku memanas.

"Hei, bisa tidak kau tidak terlihat menggemaskan sekali saja? Aku jadi ingin melahapmu sekarang juga brat"

3rd PERSON POV

Tubuh Hana masih tertutup selimut sampai sebatas kepalanya pagi itu. Terdengar ponselnya berbunyi beberapa kali tapi tidak diindahkannya, yang ada ia malah menutup kedua telinganya semakin erat dengan kedua tangannya.

"Aku benar-benar tidak ingin bertemu dengannya hari ini..." gumam Hana dengan mata masih terpejam.

(y/n) yang sedari tadi mengetuk pintu kamar anak gadis satu-satunya itu akhirnya kehilangan kesabarannya dan perlahan masuk ke kamar dengan warna cat dinding biru muda itu.

"Hana? Kapan kau mau bangun? Hari ini kan hari istimewamu" ujar (y/n) sembari duduk di pinggir ranjang Hana.

Hana membuka selimut yang menutupi wajahnya lalu ia membuka kedua matanya dengan susah payah diiringi dengan elusan lembut di kepalanya. (y/n) tersenyum—satu tangannya merapihkan poni rambut Hana yang menutupi wajahnya lalu kemudian diciumnya dengan penuh cinta kening Hana.

Levi x Reader | Shorty's Little Family (Modern AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang