Madeline kembali kekamarnya, ia tak mengerti kenapa Antoni sebegitu membenci warna biru. Hanya sekedar warna, dan ia rela membenci istrinya sendiri daripada harus melihat warna biru. Madeline tidak ingin ambil pusing dalam hal ini, ia akan tahu dengan sendirinya nanti, itu pun jika Antoni bersedia memberitahunya. Yang harus ia lakukan saat ini ialah memperbaiki keadaan. Mungkin meminta maaf lagi atau memberitahu syarat pernikahannya yang telah ia lupakan.Madeline bersiap untuk makan malam, Loly menemaninya menuju meja makan tanpa bersuara, mungkin kejadian tadi yang membuatnya sedikit lebih pendiam. "Dia belum datang?" Tanya Madeline ketika dua bola mata indahnya tak mendapati Antoni dimeja makan. "Aku tidak tahu My Lady, biasanya Lord sudah menunggu lebih dulu." Madeline mengangguk membenarkan, itu lah yang ia herankan.
Madeline tak menyentuh makanannya sama sekali, fokusnya hanya kearah pintu menunggu sang suami bergabung dengannya. "Maafkan aku My Lady, sesuai perintah My lord anda diminta makan malam tanpa menunggunya." Oke, sekarang Madeline kesal dengan sikap Antoni. Kenapa ia terlihat seperti anak remaja mogok makan hanya karena suatu hal yang menyinggungnya. "Dimana dia sekarang?" Tanyanya. "Beliau ada diruang membaca, tapi ia tidak mengizinkan siap.." Madeline tak menunggu ucapan George selesai, ia tahu Antoni pasti melarangnya untuk datang. Tapi ia harus bicara bersama suaminya itu, dengan langkah cepat Madeline berjalan menuju ruang baca tanpa memperdulikan ucapan George dan Loly yang memperingatkan untuk tidak pergi kesana.
Seperti deja vu Madeline sering melewati ruangan ini dalam mimpinya. Tak ada yang berbeda sama sekali, kecuali suasana yang sedikit remang dan mencekam jika dalam mimpi. "Dimana suamiku?" Madeline membalikkan tubuhnya berusaha berbicara pada George yang tepat berada dibelakangnya. "B..eliau tidak ada disini." Madeline mengernyit, ia ingin memarahi George yang berbohong tapi itu percuma pelayannya ini tak kan memberitahu dirinya keberadaan sang suami. "Kalau begitu beritahu aku dimana tombolnya?"
George tersentak, mematung ditempat tidak tahu harus mengatakan apa, ia bingung darimana Lady ini mengetahui ada sebuah tombol rahasia diruangan ini? bahkan selama sebulan wanita ini tinggal tak pernah ia mengunjungi ruang membaca tapi dengan mudah kaki-kaki kecilnya menuntun hingga sampai ketempat yang tepat. "T..tombol apa My Lady?" George terbata, dilihatnya Madeline yang mulai meraba-raba daerah disekitar ruangan ini. "Seharusnya ada pintu disini, ya kan? beritahu aku bagaimana cara membukanya?"
Bagaimana pun keadaannya George akan tetap bungkam demi kebaikan Lady ini. Madeline menghembuskan napas kasar, sudah mengira George tetap akan diam akhirnya, maka mau tak mau ia harus mengingat mimpi-mimpi itu lagi. Mimpi yang ia kira sebuah ilusi, tapi mengantarkannya ketempat yang sama persis ini, hingga membuatnya percaya akan suatu keterkaitan diantara ruangan ini, Antoni juga wanita yang selalu mengusik tidurnya setiap malam.
Madeline terbangun ketika merasakan hembusan angin dipipinya. Wanita itu lagi, ia meniup-niup pipi Madeline mencari perhatiannya. "Kau lagi. Apa yang sebenarnya kau inginkan?" Wanita itu terkekeh tanpa suara lalu menarik-narik tangan Madeline ketempat yang sama ketika wanita itu pertama kali masuk kedalam mimpinya. "Aku tidak akan mengikutimu jika kau masih tidak mau memberitahuku apa tujuanmu." Madeline menghentikan langkahnya lalu wanita itu berbalik dan memberikan tatapan tajam yang serasa membuat bulu kuduk Madeline meremang.
"Aku.. butuh bantuanmu, buat seseorang yang selalu datang kedalam ruangan ini untuk tidak pernah lagi mengingat-ngingatku."
Madeline mengernyit, wanita itu menunjuk-nunjuk sebuah rak. 'Apa maksudnya orang itu ada didalam buku?' sampai akhirnya tangan wanita itu menyentuh bagian samping rak tersebut sebagai jawaban atas pertanyaan dalam benak Madeline. Ruangan putih dengan sebuah lukisan besar wanita cantik yang Madeline yakini wanita didalam lukisan itu adalah wanita yang sama dengan wanita yang ada disampingnya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled Love (Our Lady Orva)
RomanceLady Darrellyn Orva, adalah kakak tertua dari enam bersaudara. Suatu ketika nama keluarga Orva tercoreng olehnya karena gagal melangsungkan pernikahan dengan seorang Viscount berengsek yang malah mengkhianatinya dengan menikahi wanita lain. Sejak sa...