Chap 13

5.4K 526 6
                                    


Mentari menembus dibalik celah bulat tak sempurna yang bergerigi, tetesan merah kental disalah satu ujungnya mengalir lalu berhenti dilantai, tepat sebuah bangkai burung tanpa kepala yang berlumuran darah tergeletak begitu saja, dengan secarik kertas digulung kecil yang terikat disalah satu kakinya yang cacat.

Mary menjerit, langkahnya terhenti menarik tirai kesudut sebagai tanda mentari sudah naik. Darrellyn keluar dari dalam kamar mandi, melihat Mary yang ternganga ditempat. Entah apa yang dilihatnya sebab pengelihatan Darrellyn terhalang oleh ranjangnya.

"Ada apa Mary..?" Darrellyn mendekat, lantas membelalakan matanya kaget atas apa yang ia lihat. Segera ia ambil surat dalam kaki burung tersebut tanpa rasa jijik.

"Aku benar-benar akan membuatmu seperti burung ini, jalang.."

Disaat bersamaan Larry tiba, dengan panik, lalu mengatakan Viscount Thomas ada dibawah berkelahi dengan Louis karena memaksa ingin bertemu Darrellyn. Darrellyn bergeming, sesaat sampai ia sadar Thomas benar-benar ada dirumahnya. Ia berjalan menuju burung biru yang dipenuhi darah. Wanita itu benar-benar handal memilih seekor burung, spix macaw, burung yang species nya tak banyak, terancam punah dan kesepian diantara habitatnya. seolah ia mengibaratkan Darrellyn dalam jiwa burung kecil ini. Sampai hati ia melukai burung cantik yang keberadaannya tak banyak ini hanya untuk ia penggal kepalanya dan ia kirim kepada Darrellyn.

Mary mengekor dibelakang Darrellyn, menuruni anak tangga sembari membujuk lady nya untuk memindah tangankan burung tersebut agar tidak mengotori tangannya. Darrellyn menghiraukan ucapan Mary, langkahnya kian cepat hingga ia melihat pria itu sudah berada diruang tamu dengan Louis yang tetap menahan pergerakannya. "Tolong tinggalkan kami." Suara Darrellyn terdengar, Mary, Larry juga Louis menunduk patuh lalu menjauh. Sedangkan mereka membiarkan detik detik lewat dengan bersua pandang dalam bungkam.

Darrellyn menyudahi kontak mata mereka lebih dulu, tak ingin membiarkan pria itu melihat tangisannya jika terlalu lama beradu tatap. "Bagaimana kabarmu.?" Suara bariton nan tegas itu akhirnya keluar. Terdengar begitu serak, sarat akan kerinduan.

"Tak lebih baik darinya." Darrellyn mengelus sayap berlumur darah dalam pangkuannya, sedangkan Thomas mengernyit bingung.

"Aku tidak berkelainan, aku menemukannya tergeletak berlumur darah didalam kamarku. Lalu seseorang mengibaratkannya sebagai aku. Sekarang aku melihatmu disini my lord, aku yakin si pengirim akan benar-benar membuatku sepertinya."

Thomas bergeming, ia cukup tahu seperti apa wanita yang dinikahinya. Melakukan segala cara agar kemauannya terpenuhi, tak perduli resiko yang akan ia hadapi nantinya. "Maafkan aku Darrellyn," Darrellyn kembali menatap Thomas sesaat, lalu menyimpan burung tersebut dilantai dengan begitu hati-hati, seolah tak peduli pada penuturan Thomas padahal mati-matian ia menahan dirinya agar tidak menangis dan melompat memeluk pria itu saking rindunya.

Thomas mendekat, menarik tubuh Darrellyn kedalam pelukannya meski wanita itu berontak. "Maaf karena tidak memilihmu. Bukan aku tak ingin atau tidak mencintaimu, tapi ia lebih dulu ada dihidupku."

Darrellyn mendorong tubuh Thomas dengan kuat, ia benci harus membicarakan cinta dengan pria ini lagi. "Aku masih mencintaimu." sial, dari sekian banyak pembahasan yang bisa mereka bicarakan kenapa harus itu yang terdengar oleh Darrellyn saat ini. "Jangan temui aku lagi." lirih Darrellyn. Thomas menatap sendu kearahnya, terlalu banyak penyesalan yang membayang disana. "Tolong jangan membenciku. kau tidak akan seperti ini jika kau pahami keadaanku."

"Jika kau tidak akan memilihku seharusnya kau tidak mengajakku menikah. Maka aku akan paham, tapi kau malah dengan berani meminangku. Disaat telah aku siapkan semuanya, kabar pernikahan kalian tiba, membuatku seperti wanita gila karena menyiapkan pesta pernikahan dengan suami orang. Cukup olehmu keluargaku dipandang rendah orang, lalu istri tercintamu datang dan menginjak nginjak harga diri keluargaku. Jika kau tak tahu, pergilah keluar, dengar apa yang mereka bicarakan tentangku. Aku muak Thomas, ternyata mencintaimu adalah kesalahan terbesar dalam hidupku. Tidak hanya aku yang menderita saat ini, lalu sekarang apa? kau katakan kau masih mencintaiku?"

Untitled Love (Our Lady Orva)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang