Chap 23 (Valerrie)

2.5K 205 4
                                    


"Madeline, oh ya tuhan.." Darrellyn kembali menutup pintu kamar Madeline. Selama menuruni anak tangga tak henti-hentinya ia menggerutu, "Ada apa, sayang.?" Tanya Ashton yang tengah melipat sebuah surat kabar. "Apa kau tidak pernah lupa untuk mengunci pintu kamar saat kita tidur?" Ashton mengangguk meski tampak bingung. "Lalu kenapa mereka tidak? ah..lagipula kenapa harus sepagi ini.?" Ashton terkekeh. "Memang apa yang kau lihat?" Goda Ashton.

"Tidak ada." Darrellyn pergi ke kamar yang mereka tempati, meminta seorang pelayan untuk meninggalkan kamar dan membiarkan pakaiannya ia kemasi sendiri. "Ayo kita lakukan juga." Ashton menarik pinggang Darrellyn untuk merapat pada tubuhnya. "Tidak. Kita harus mencari Valerrie, sayang. Lagipula bukankah kau sudah mewanti-wanti untuk tidak meninggalkan Edinburgh terlalu lama?" Ashton menjatuhkan kepalanya dipundak Darrellyn, hembusan napas kasarnya membuat Darrellyn terkekeh lalu mengusap rambut hitam legam milik sang suami. "Sebenarnya aku merasa lega sekarang, aku benar-benar bisa meninggalkan Madeline tanpa kekhawatiran seperti kemarin." Ashton mengangguk, kepalanya masih ia taruh dipundak Darrellyn, meski begitu Darrellyn tahu Ashton juga merasakan hal yang sama dengannya.

"Bukankah hal yang orang-orang sebut 'cinta' itu seperti potongan puzzle? mencari yang tepat untuk melengkapi. Pun seperti kelinci ditengah-tengah labirin, berliku tapi tetap harus dijalani. Dan aku telah melewati semuanya untuk mendapatkan yang sejati. Empat dari adikku yang lain belum Ashton, aku takut mereka benar-benar membenci cinta karena pengalamanku dulu. Aku harus melihat dan memastikan mereka bahagia dengan cintanya masing-masing." Ashton mengangkat wajahnya, menatap lekat dua bola mata indah sang istri yang berkilauan. "Kau wanita yang baik, Darrellyn. Kita akan memastikannya bersama-sama."

"Tapi, ada sesuatu yang harus aku bicarakan pada Antoni. Aku janji kita akan segera mencari Valerrie setelahnya." Lanjut Ashton, lantas mengusap puncak kepala sang istri lalu pergi keluar dari kamarnya. Sekitar pukul sembilan pagi, Antoni, Madeline, Ashton, serta Darrellyn berkumpul diruang tengah. Membicarakan hal-hal sepele hingga hal yang serius. "Madeline, apa kau tak masalah jika aku bertanya tentang masa lalu suamimu?" Madeline terkekeh kecil, lantas memberi Ashton jawaban bahwa itu bukanlah masalah baginya.

"Baiklah, aku telah mendapat izin." Ashton tersenyum sembari menatap Madeline dan Antoni bergantian. "Begini, Lord Alodie, Duke of Birmingham. Bukankah ia ayah dari mendiang Lady Sarah?" Tanya Ashton. Antoni refleks mengangguk, ia sangat mengenal Ashton dan pria ini terlihat sangat serius saat ini. "Ada apa.?"

Ashton mengeluarkan surat kabar yang ia terima tadi pagi. "Kau harus membacanya." Antoni meraih surat itu dari genggaman Ashton. "Kau bilang Lady Sarah tidak memiliki saudara laki-laki. Lantas, siapa pria bernama Leonard itu?" Antoni meremas suratnya dengan emosi. "Lalu apa hubungannya dengan Antoni? Antoni dan Lady Sarah sudah tidak memiliki keterkaitan apapun lagi saat ini," ujar Madeline, tampak bingung sekaligus khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi.

"Pria bernama Leonard itu mencari kakaknya, Lady Sarah. Aku yakin Antoni tidak memberi tahu keluarganya prihal kematian Lady Sarah, kan?" tanya Ashton. "Itu salahnya, kenapa ia dibuang? Ku pikir bahkan kematiannya pun keluarganya tak mau tahu. Kenapa sekarang repot-repot mencari yang sudah tidak ada?" Antoni melempar surat kabar yang telah ia remas itu ke atas meja.

"Kau dalam masalah Antoni," ucap Ashton, beriringan dengan hembusan napas jengah Antoni sembari meremas rambut coklatnya dengan kedua tangan. Kebiasaan Antoni yang mulai Madeline sadari jika sedang kesal dan tak tahu harus berbuat apa. "Aku rasa Leonard adalah anak yang disembunyikan Lord Alodie. Aku tak habis pikir, sebenarnya berapa anak yang ia sembunyikan dari publik." Antoni mengusap gusar wajah tampannya. Satu lagi kebiasaannya, yang lagi-lagi disadari Madeline. "My Lord, ada seseorang yang mencari anda." Ucapan George membuat semua yang ada disana tampak kaget dan tegang.

Untitled Love (Our Lady Orva)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang