Chap 24

2K 196 10
                                    


Tidak tahu menau apa yang sebenarnya terjadi disini. Tak ayal, pergi ketempat ini serasa menyinggahi dimensi lain dari dimensi asal yang ia tempati. Sangat asing, namun sukar untuk kembali ke rumah. Sebab, tiada rumah yang pantas disebut rumah lagi. Silih bergantian, kediaman keluarga Orva lebih terlihat seperti jalur keluar masuk kabut hitam yang disebut permasalahan.

Satu lagi yang ia sadari, tempat ini juga tak baik untuk ia tinggali. Sir.Jordan memintanya untuk merahasiakan nama belakangnya, membuatnya terlihat seperti seorang penyusup yang ingin mencuri aset negara atau menyadap strategi peperangan. Mungkin, kebenciannya berggantung pada orang lain akan sirna. Karena mau tak mau ia harus mengikuti ucapan pria yang baru ia temui ini.

Tinggal di rumah pria itu untuk beberapa saat hingga khasus mereda dengan sendirinya. Hanya disana lah Valerrie mungkin aman. Pasalnya, Sir.Jordan katakan ini bukan hal yang sepele. Ia telah mencari tahu apa penyebabnya Lady Sarah dicari, dan Antoni yang memiliki citra baik di London kini diduga telah melakukan tindak penculikan dan menyembunyikan sang Lady dari keluarganya. Belum lagi, konflik masalalu antara ayah Antoni dan Lord Alodie membuatnya kian pelik untuk dimengerti.

Mungkin ia bisa mempercayai Sir.Jordan untuk kali ini, ia bukan orang biasa, ia juga memiliki pengawalan yang cukup ketat disetiap penjuru rumahnya, terlihat keren untuk seukuran pria berstatus kebangsawanan setara dengan sang ayah.

Ayah.? Pria itu, akankah ia merindukan Valerrie? mencari keberadaannya, menjemputnya kembali kerumah, lalu membatalkan pernikahan dengan anak kecil yang demi apapun itu tak masuk akal. Atau segala gertakan Valerrie, hilangnya dirinya masih tak mampu memutus niatannya untuk menikah lagi?

"Kenapa harus menikah lagi ayah? Tidak, maksudku kenapa harus dengan bocah itu? Aku bisa merawatmu. Kalau perlu aku tidak akan menikah demi selalu berada disisi ayah."

"Jaga ucapanmu Valerrie. Kau tidak tahu apapun."

'Kau tidak tahu apapun.' Ya, memang. Valerrie tidak tahu apapun dan belum siap apapun tiba-tiba harus lahir kedunia, menjalankan peran sebagai wanita lemah dengan alur penuh misteri yang tuhan ciptakan. Seolah sang penguasa katakan, 'Takdirmu telah aku tentukan, jalani kehidupan dan cari takdirmu yang telah aku sembunyikan.'  Seperti orang linglung diantara miliaran orang-orang yang minim kemanusiaan.

Kehidupan tak lebih dari sebuah lelucon.

Ia telah kehilangan kesempatan untuk bersama Henry, disaat ia benar-benar merasakan cinta disisinya. Tapi, ia  tinggalkan Valerrie dengan alasan takdir tuhan, sang pencipta garis membentang persaudaran antara mereka yang tak mungkin untuk ia lewati. Belum selesai ia menata hati, sang ibu meninggal dunia, Darrellyn gagal menikah, segala teror Viscountess Russell, pernikahan sang ayah dengan gadis belia, lalu pergi mencari kebebasan kesini malah menjadi buronan atas kasus Madeline dan Antoni yang sama sekali tak ia mengerti.

"Aku hanya ingin berlari, ketempat dimana tak akan ada takdir buruk yang harus aku lalui." Gumaman Valerrie terdengar Sir.Jordan diambang pintu yang lupa Valerrie kunci. Terdengar seperti penggalan sajak berirama yang mungkin wanita itu curi dari buku yang ia baca tanpa sebuah esensi.

"Kau berkata seperti orang tak punya harapan dan putus asa, My Lady." Oh ya tuhan, ingin sekali Valerrie mengusir pria itu jika ini bukan rumahnya. "Memang," balasnya acuh tak acuh.

"Kau tidak perlu menganggapnya sebagai beban, My Lady. Yang harus kau lakukan hanyalah melupakan nama belakangmu selama berada disini." Sir.Jordan mendekat, duduk besebrangan dengan Valerrie saat ini. "Jangan pula menyalah artikan kebaikanku ini, aku hanya ingin kau aman. Sebab kutahu kau tak memiliki siapapun disini," lanjutnya.

"Madeline Orva, ia kakak ku. Aku bisa pergi mencarinya ke London atau kemanapun jika aku mau," tegas Valerrie.

"Aku tidak menjadikanmu tawanan disini, My lady. Kau bisa pergi jika memang kau mau. Aku hanya menawarkan tempat tinggal lebih baik untukmu dari pada penginapan yang mungkin akan mendatangkan mereka jika tahu adik dari istri sang Earl of London ada disana. Lalu mereka akan membawamu, memaksamu memberitahu keberadaan kakak iparmu dengan segala cara hingga kau mau buka mulut dan memudahkan mereka," ucap Sir.Jordan panjang lebar.

"Aku akan bayar perempat pekan sekali." Kilah Valerrie, lalu beranjak merapikan pakaiannya dilemari.

"Aku tidak berencana menarik keuntungan darimu. Kau bisa gunakan uang itu untuk membeli keperluanmu atau kembali ke Glasgow jika kau mau." Sir.Jordan berjalan kearah jendela, membukanya, membiarkan udara segar masuk menjernihkan pikiran pemilik kamar yang kalut.

"Apa kau tahu dandelion? Ia tidak tumbuh sebagai bunga hias yang memperlihatkan keindahannya kepada semua orang, ia tumbuh disekitar ilalang yang kerap kali menutupinya diantara rerumputan, tapi keindahannya tak kan pernah tertutupi meski ilalang berubah menjadi bunga matahari sekalipun. memang terkesan rapuh dengan tangkai dan benih putih yang bisa terbang begitu saja dengan sekali tiupan. Tapi benihnya akan hidup dimanapun ia terjatuh, tak perduli tanah gersang maupun lembab, ia akan tumbuh dan menjalani kehidupan baru ditempatnya yang baru," gumam Sir.Jordan sembari memperhatikan benih dandelion yang beterbangan tertiup angin.

"Aku pernah mendengarnya, kakak pertamaku Darrellyn Orva sangat menyukai bunga Lily dan Dandelion. Ia bilang Dandelion bisa mengajarkan arti kehidupan," ujar Valerrie, ia ambil langkah menghampiri Sir.Jordan yang asik memperhatikan benih dandelion dengan sesekali senyuman yang terukir diwajahnya.

"Akhirnya kau tertarik," ucap Sir.Jordan pelan, namun masih mampu untuk Valerrie dengar.

"Maksudmu, sir?"

"Tidak ada. Hmmm..Jadi, bagian mana yang menurutmu bisa mengajarkan arti kehidupan dari dandelion?" Tanyanya.

"Meskipun ia rapuh, ia tetap mampu terbang tinggi. Dimanapun ia terjatuh, ia tetap mampu untuk hidup dan tumbuh lalu memperbaiki diri," ucap Valerrie dengan berbinar. Entah kenapa ia merasa sangat menyesali apa yang ia keluhkan tadi. Jika dandelion saja mampu bertahan tanpa teman bicara, kenapa harus sakit ketika ia memiliki kesempurnaan sebagai seorang manusia yang mampu berbicara dan berbagi keluhan bersama orang lain.

"Maka hiduplah sepertinya, teman," ucap Sir.Jordan sembari menatap lekat kearah Valerrie.

"Teman?" Valerrie mengulang ucapannya.

"Mau jadi temanku?" Valerrie tampak menimbang-nimbang dengan gamang ucapan Sir.Jordan.

"Dengan itu, kau memiliki teman, memiliki tempat untuk berbagi, dan sekarang ini kau tinggal dirumah temanmu. Jadi, tidak boleh sungkan lagi." Sir.Jordan mengulurkan tangannya hendak meminta sebuah salaman sebagai tanda pertemanan.

"Baiklah. Tapi, hanya teman." Ucap Valerrie, lalu tangannya meraih tangan Sir.Jordan.

"Ya, hanya teman. 'Untuk saat ini, dan sayangnya kita tidak pernah tahu masa depan, My lady.'








..


Untitled Love (Our Lady Orva)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang