Chap 11

5.5K 508 5
                                    

"James, aku tidak tahu apa maksud dari tatapan putraku. Ia baru berusia 17 tahun tapi, aku melihat tatapan tak biasa yang ia berikan untuk putrimu."

"Jika ku ingat, kau juga berhenti main-main dan jatuh cinta pada Duchess Rosella saat usiamu 17 Your Grace."

"Darimana kau tahu James?" ucapnya kaget.

"Kau sendiri yang bilang." bela James.

"Benarkah? aku kira putraku akan berbeda denganku." Ujarnya lantas tertawa bersama James.

James tersenyum sembari meraih gelas wine diatas meja kala ia mengingatnya. Kini pria kecil itu sudah menjadi pria dewasa, dengan beribu pengalaman baru selama 5 tahun meninggalkan Edinbrugh. Ia tampak jauh lebih gagah dan lebih tampan dari yang dapat James bayangkan. Entah kenapa James begitu antusias menyambut pria ini. Seolah akan ada harapan setelah pertemuan ini, ia bahkan meminta Michael pergi saat mereka sedang mendiskusikan bisnis mereka.

Yang kini sedang berkecamuk dalam pikirannya adalah putri pertamanya Darrellyn. Bagaimana ia begitu terpuruk setelah pernikahannya gagal, sampai akhirnya hari ini tiba dan ia ingat bahwa pria dihadapannya saat ini pernah menyukai Darrellyn diusia mudanya. Meski ia tak yakin perasaan itu masih ada sampai saat ini.

"Sir apa kau ingat aku sangat menyukai ruang perpustakaanmu saat kecil dulu? aku penasaran bagaimana perpustakanmu sekarang. apa kau merubah interiornya?"

Cukup basa basimu anak muda, James tahu kesukaanmu. Perpustakaan keluarga Orva dengan seorang wanita yang ada didalam sana. Pergilah, tarik wanita itu keluar dari kesedihannya.

Bukan kah lucu mendengarnya dengan tergesa ingin pergi keperpustakaan dihari pertemuan mereka kembali setelah 5 tahun lamanya? logikanya ia memiliki perpustakaan yang lebih luas, dengan interior jauh lebih berkelas, dan buku-buku yang lebih lengkap. Apa lagi jika tujuannya bukan seseorang yang sering berada disana? comeon boy, jika kau jujur pun James akan dengan senang hati memberimu izin. Sayangnya pria ini lebih suka sembunyi-sembunyi. Bahkan James tidak pernah tau bahwa putrinya juga sempat menyukai pria ini.

Sekarang, James merasa ia memiliki harapan ditangan seorang Ashton. James yakin Ashton adalah takdir yang baik untuk Darrellyn sebelum, dengan tiba-tiba saja Ashton berkata."Aku ingin meminang Lady Madeline untukku."

Apalah maksud pria ini dalam pikiran James. Jelas-jelas ia masih menyukai Darrellyn, terlihat dari keraguannya dalam berucap juga tatapannya yang tiba-tiba sendu. "Madeline?? apa anda serius??" Ia berhenti sesaat sebelum akhirnya memantapkan, "ya, tentu saja."

Berhenti berpura-pura boy, yang James inginkan kau bersama Darrellyn. Kau satu-satunya harapan mereka."Ku kira anda menyukai Darrellyn." Ucapan James lantas membuat Ashton tersentak. "Bagaimana anda.."

"Aku sudah sangat lama tahu. Bahkan ayahmu pun menyadarinya, sekarang aku kaget tiba-tiba anda mundur." Kepalang tanggung, ayah si wanita sudah tau perasaannya. Ia tak mungkin lagi berpura-pura, kendati memang tak akan merubah perasaan si wanita kepadanya meski sang ayah memberinya izin.

"Ia tidak memberiku jalan. Maka ku putuskan untuk mundur." Ucapnya tanpa menghilangkan kewibawaan pada dirinya.

"Aku dapat melihat keraguanmu Your Grace, aku tidak akan mengambil keputusan sebelum hati, pikiran dan keharusanmu berdiskusi menetapkan pilihan."


***

Tubuh Darrellyn bergetar menahan isakan, sedangkan air matanya dengan deras membasahi pipi tanpa henti. Ia bahkan tidak sempat menyalakan penerangan dikamarnya setelah melihat kondisi sang ayah yang disebabkan olehnya. Rembulan mengintip dari celah jendela yang terbuka, menjadikannya satu-satunya sumber penerangan dikamar Darrellyn, sedangkan sekelilingnya yang lain tampak gelap. Segelap dan sesenyap kehidupannya saat ini. Semenjak mengenal Thomas, kehidupannya menjadi kacau disegala sisi.

Adik-adik perempuan yang membencinya, bisnis sang ayah yang gagal, belum lagi terror dimana-mana. Lengkap bukan? sebenarnya bisa saja Darrellyn yang putus asa saat ini berlari kearah balkon dan lompat dari sana. Semua kehidupan rumitnya didunia akan berakhir, tinggal urusannya dialam lain bersama tuhan. Ohh tapi Darrellyn tidak boleh se-egois itu. meninggalkan keluarganya dengan beban yang menumpuk.? Itu akan menambah buruk keadaan. Tapi untuk bertahan saja didunia ini masih belum cukup. Ia harus makan agar tidak dimakan, ia harus membunuh jika tidak mau dibunuh.

Darrellyn tak lagi mampu untuk menahan isakannya, ia tidak bisa memikirkan satu jalan pun untuk keluar saat ini, untuk melawan, atau menyusun suatu pergerakan sekalipun. Ia merasa teramat sangat lemah, ia hanya ingin menangis menunggu pengasihan tuhan kepadanya tiba. Ia ingin menjadi kuat, namun alih-alih malah beringsut ke belakang, terjatuh dengan tumpuan kedua lututnya. Ia ingin lupa menjadi sedih, tapi yang ia lakukan malah menangis. Ia ingin lupa mencinta dan menjadi tega untuk saat ini. Saat ini saja..

Dapat Darrellyn rasakan ketika tiba-tiba saja dua tangan kekar melingkar memeluk tubuhnya dari belakang, dengan aroma maskulinnya yang mulai tak asing beberapa hari terakhir ini. "Kau lupa sekarang kau punya aku? jika kau ingin menangis datanglah padaku. Aku tempat mengadumu sekarang." Mendengar itu malah semakin membuat Darrellyn terisak, Ashton pun memutar tubuh Darrellyn dan kembali membawa wanita itu kedalam dekapan hangatnya. Mengusap-ngusap kepalanya sembari berdesis pelan, seolah ia sedang menenangkan anak perempuan dibawah lima tahun saat ini.

"Aku sudah berdiskusi dengan ayahmu. langkah pertamaku adalah mengembalikan finansial keluargamu. Aku akan pergi ke London bersama ayahmu, akan ku simpan Louis disini untuk menjaga kalian bilamana hal-hal tak diinginkan terjadi. Paul juga akan sering kemari melihat kalian. Sepulangku, aku berencana menggagalkan beberapa bisnis Thomas, dan membersihkan namamu. Apa kau mau menungguku??"

Ashton dapat merasakan anggukan Darrellyn dalam pelukannya. "Save me.." lirih Darrellyn selanjutnya, dan pelukan erat Ashton sebagai jawaban atas permintaannya. Biar ia sendiri saja yang berjanji kepada dirinya sendiri untuk melindungi wanita ini. Bagaimana pun caranya, apapun yang terjadi ia akan kembalikan senyuman wanita ini.

Disisi lain seorang wanita berjalan menuju lorong ke lorong dengan menggenggam sebuah lilin. diangkatnya sedikit gaun tidur yang cukup menyulitkannya berjalan sampai ia berhenti disatu ruangan.

"Kathe. kau disini rupanya."

"Ada apa ibu.?"

"Ibu lupa memberitahumu, besok pagi Doweger Duchess of Edinburgh akan datang kemari. Siapkan gaun terbaikmu."

Kathe begitu kaget mendengarnya. tidak biasanya sang Doweger Duchess Rossella datang ke rumah mereka meski yang ia ketahui sang ibu dengan Doweger ini cukup dekat. "Apa yang membuat wanita sekelasnya datang kemari ibu??"

"Untuk sesuatu yang besar tentunya. Ia tidak akan datang sendiri, jadi kau harus berdandan secantik mungkin." Pinta sang ibu.

"Apa yang ibu rencanakan dengannya?"

"Hanya sebuah ikatan." Kathe berdecak, lagi-lagi sang ibu merencanakan sesuatu tanpa sepengetahuannya. "Ikatan seperti apa yang ibu maksud?"

"Sebuah pernikahan, dengan putra sulungnya Duke of Edinburgh. Kau tidak akan pernah kecewa, ia pria yang sedang menjadi perbincangan hangat dikalangan para Lady saat ini."

"Ohh ya tuhan ibu. Tidakkah kau ingat bagaimana keadaan Eleana saat ini bersama suaminya? aku rasa sekarang kita lebih baik berfokus padanya. Meski ia bukan kakak kandungku tapi aku harus tetap mengingatkannya jika ia salah." Ucap Katherine.

"Dia tidak salah Kathe, apa yang Eleana lakukan adalah benar. Kau tidak boleh membiarkan orang yang kau cintai direbut oleh wanita lain." Persetan dengan cinta, pening rasanya berada diantara sang ibu juga kakaknya Eleana. Sekarang ia tahu kenapa sang ibu selalu gagal dalam pernikahan, ia keras kepala seperti Eleana. Beruntung ia masih memiliki sifat ayahnya yang kini entah dimana.

"Terserah ibu. aku akan pergi tidur."









...

Untitled Love (Our Lady Orva)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang