Chap 18

6K 472 3
                                    


Mary dan Madeline membantu Darrellyn mengenakan gaun pengantinnya. Madeline tak henti-hentinya berdecak kagum melihat sang kakak terbalut gaun pengantin sederhana yang tampak luarbiasa dipakai olehnya. Elegant nan indah berwarna putih panjang berpotongan dada rendah, sedikit aksen bunga-bunga putih diujung gaun yang dilapisi kain lace berkilauan yang juga terdapat dibagian belakang kepalanya. Madeline berjalan menghampiri ranjang Darrellyn yang tersimpan sebouquet bunga liliy untuk dibawanya. "Lily of The Valley, makna kebahagiaan dan kemurnian, sesuai permintaanmu My lady." Ucap Madeline tampak menggoda sang kakak yang hanya membalas dengan sebuah senyuman.

Ketukan pintu terdengar, Mary berjalan membukakan pintu dan melihat Viscountess Russell bersama Lady Katherine disana. Darrellyn menyambut dengan seulas senyuman membuat Viscountess Russell dan Lady Kathe yang awalnya tegang menjadi sedikit lebih santai. "Sebenarnya aku malu untuk datang kesini." Ucap Viscountess Russell sembari menundukkan kepalanya.

"Kenapa? Aku takkan mengusir tamu undanganku." Darrellyn terkekeh melihat raut wajah Viscountess yang biasa selalu menatapnya menantang kini layu seperti ini. "Maafkan aku My Lady." Kathe yang mendahuli, sedangkan Darrellyn lagi-lagi hanya bisa tersenyum menanggapi. "Aku tahu kenapa Thomas menyukaimu, kau memiliki banyak yang tak kumiliki. Aku mohon maafkan aku." Mulut yang sering memberi ancaman itu kini dengan malu mengakui kekalahannya.

"Aku takkan mengundangmu jika aku masih membencimu. Lagipula aku rasa kita sama, aku sempat ingin membalasmu lewat bantuan His Grace, setiap malam aku berpikir bagaimana kehidupanku jika berhasil membalaskan semuanya padamu dan melukaimu, aku tak tenang hanya memikirkannya saja. Aku bahkan sering merasa bersalah karena niatku itu, sampai akhirnya sosok yang paling kubenci dulu ternyata menyelamatkanku. Kukira tuhan tak mau membiarkanku bahagia, tapi ia tak membiarkanku menjadi wanita jahat. Tuhan punya cara sendiri untuk menyadarkanmu tanpa membuatku merasa bersalah. Lewat tangan Ashton dan Antoni, aku senang tak ada lagi ucapan tinggimu hingga saat ini kau berada dihadapanku." Ucap Darrellyn dengan tulus.

Viscountess Russell mendekat, meraih tangan Darrellyn untuk ia genggam. "Aku hanya terlalu iri, terlalu cemburu, dan terlalu mencintai. Aku mohon maafkan aku dan adikku Kathe yang sempat ingin merebut Duke ofe Edinburgh darimu." Darrellyn balas menggenggam tangan Viscountess ini seraya mengusapnya pelan, membuat hati seorang Eleana Russell menghangat dan merasa begitu ditampar oleh kenyataan bahwa 'kau melukai orang yang salah my lady, lihatlah apa yang ia balas untukmu.?'

Untuk pertama kalinya Eleana mengukir senyum dihadapan Darrellyn, senyuman tulus sebagai tanda perdamaian diantara mereka. "Jika tak ada kalian aku tak akan merasa sehebat ini, apa yang kulalui kemarin sungguh luar biasa, melihatku bertahan sampai sejauh ini dan akhirnya kutemukan apa yang sesungguhnya pantas kusebut cinta, membuatku berterima kasih pada kalian yang telah ada. Aku dengan tulus memaafkan kalian."

Sir.James berjalan mengapit tangan Darrellyn menuju kearah Ashton yang tampak terpukau dengan mempelai wanitanya, gemuruh tepuk tangan serta pujian tersemat untuk Lady Darrellyn yang terlihat begitu cantik dihari bahagianya ini. Lepaslah semua tanggung jawab James mulai didetik ketika Ashton raih tangan putri sulungnya yang begitu ia cintai, harapan serta do'anya mengiringi sang putri semoga selalu bahagia dalam suka cita hingga tua.

***

Darrellyn telah resmi menjadi Duchess of Edinburgh, kini Madeline lah kakak tertua dirumah. Tidak sulit menjadi kakak tertua ketika adik-adiknya sudah beranjak dewasa. Hanya memastikan peraturan tetap berjalan, makanan sehat untuk seluruh anggota keluarga, juga gaun pesta untuk menunjang penampilan mereka dikalangan bangsawan. Yang sulit ialah gilirannya diperistri orang, sang ayah terus mendesak padahal pernikahan Darrellyn baru saja berlangsung tadi siang. Madeline bahkan berada diruangan kerja sang ayah saat ini, merasa sedang diadili didepan para petinggi karena melakukan kesalahan, belum lagi ayahnya yang bertele-tele seolah malu memulai padahal Madeline tahu arah pembicaraan mereka nantinya.

Untitled Love (Our Lady Orva)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang