Chap 19

5.3K 451 3
                                    


Angin berhembus dengan kencang, mendobrak jendela ruangan kerja Antoni serta membawa sekumpulan dedaunan kering masuk kedalam tanpa permisi. Antoni bergeming, tak ingin ambil pusing dengan angin. Dihisapnya cerutu yang telah bertengger dikedua jari sedari tadi, lalu bayangan Lady Sarah menyelinap diantara asap yang mengepul. "Kau harus menikahinya." Lalu bayangan itu menghilang. Antoni terkesiap, apa maksudnya barusan? apa itu sebuah tanda bahwa Lady Sarah merestui dirinya bersama Madeline?

"My Lord, Ruangannya telah selesai dibersihkan." Antoni beranjak, berjalan keluar menuju lantai dua. Ia memasuki ruangan membaca, mengulurkan satu tangannya menyentuh salah satu sisi dari sebuah rak. Sepersekian detik, rak itu memberi cela pada sebuah ruangan bercat putih. Lampu-lampu kristal berwarna lilac tergantung pada langit-langit putih dengan ukiran malaikat-malaikat kecil yang seolah mengawasi dari atas. Sebuah sofa purple berbulu lembut menjadi titik tengah dari ruangan itu. Antoni duduk disana tampak memperhatikan sebuah lukisan wanita cantik bergaun purple pastel yang tampak tidak senada dengan iris sebiru lautan yang memabukkan bagi kebanyakan orang. 'This woman doesn't likes her blue eyes, because she likes purple like she likes Antoni.'

Terdapat sebuah box kayu dark brown dengan pahatan indah dihadapan Antoni, tinggi seukuran dirinya namun terbaring diatas lantai yang dingin. Antoni membukanya, mendekatkan diri pada sesuatu didalam sana lalu mengendus-ngendus mencoba memastikan hasil kerja para pelayan menghilangkan bau anyir didalam sana dengan baik. "Apa kau memang ingin aku menikahinya atau kau cemburu mengetahuiku menyukainya?" Air muka Antoni berubah kala tak ada jawaban atas pertanyaannya. "My Lord, sebuah surat dari Glasgow." Antoni menoleh, meraih surat yang dimaksud dari pelayannya George. Antoni mengukir senyum setelah membaca deretan kata dalam surat tersebut. "Apa aku harus ambil resiko untuk tidak pernah memiliki pewaris, Sarah?"

Melihat pantulan diri dicermin, Antoni ingat Lady Sarah sering memakaikannya dasi dan sedikit merayunya dengan sentuhan-sentuhan kecil jemari lentiknya. Antoni tak percaya ternyata wanita itu akan tetap menjadi yang pertama dan terakhir kalinya untuk Antoni meski ia akan menikahi Lady Madeline. Apalah maksud tuhan membuatnya menyukai Madeline dan menikahinya sedangkan tak ia biarkan seseorang melebihi Sarah dalam hidupnya? apa tuhan telah keliru memberinya jodoh? Antoni menghembuskan napasnya dengan kasar, bukan ia tak mau menikahi Lady Madeline, Toh ia juga menyukai Madeline tapi syarat yang wanita itu ajukan membuatnya sedikit tidak bersemangat. Ohh ayolah setidaknya Antoni membutuhkan seorang anak untuk mewarisi gelar serta seluruh kekayaannya.

Antoni menghisap cerutunya dalam-dalam, mengeluarkan asap dalam hitungan detik berikutnya lalu bayang-bayang Lady Sarah tersenyum kearahnya. Sial, ia menjadi maniak rokok hanya karena setiap asap yang keluar akan memperlihatkan bayangan Lady Sarah dihadapannya. Ia tahu ini hanya sebuah ilusi tapi setiap situasi seperti berkaitan dengan ekspresi Lady Sarah dalam asap rokoknya, membuatnya pening hanya memikirkannya saja. Yang jelas ini lah yang diinginkan Lady Sarah, dalam sebuah kereta dengan ikrar janji pernikahan yang akan berlangsung kurang lebih satu jam setelah ia sampai Glasgow.

Lady Madeline berjalan bersama sang ayah James Orva yang tampak luar biasa bahagia. Sedangkan, Antoni hanya mampu berdecak kagum melihat sang mempelai yang hanya akan menjadi konsumsi matanya mulai didetik ini. 'Sarah, jika kau ada aku tidak akan bertemu dengannya, menyukainya, dan...lupakan. Aku bahkan bingung apa yang aku lakukan ini atas keinginanmu atau keinginanku sendiri.' Gemuruh tepuk tangan mendominasi, didetik berikutnya semua orang saling berbisik karena tak ada sebuah ciuman setelah ikrarnya selesai dan mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Antoni dan Madeline tetap tersenyum meski mereka sadari atmosfir tak mengenakkan saat ini. Untuk itu Antoni meraih tangan Madeline, membawa jari-jemarinya masuk diantara celah jamari Madeline lalu mengecupnya dalam waktu cukup lama hingga para tamu kembali tersenyum dan menghilangkan seluruh kecurigaan mereka.

Untitled Love (Our Lady Orva)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang