- 2 -

378 63 22
                                    

"Sweetheart, bangun."

Sinar matahari yang menyilaukan menembus kelopak mata Daniela. Dia membuka matanya perlahan, menatap ke sekeliling kamarnya yang bernuansa biru-warna favoritnya-dan mendapati ibunya tengah duduk di tepi ranjangnya, memandanginya khawatir.

"Mom?" kata Daniela serak.

"Aku sudah telepon sekolah, kubilang kau tidak masuk karena sakit." katanya lembut.

"Jam berapa ini?"

"Sepuluh pagi. Kau tidur seperti mayat. Mau kubuatkan sarapan?"

Daniela duduk dan menggosok-gosok dahinya.

"Aku bermimpi aneh." gumamnya, "Ada seorang detektif dan sepasang suami istri mendatangi rumah kita dan bilang kalau aku bukan anakmu."

Bahu Diana menegang. Melihat ekspresi dan tatapan ibunya, Daniela mematung. Dia masih tak bisa percaya ini sungguh-sungguh terjadi pada dirinya. Rasanya kejadian semalam seperti memantul-mantul di kepalanya tanpa berhasil diserap masuk ke dalam otak. Diana meraih tangan Daniela lembut.

"Aku ingin menjelaskan semuanya padamu. Semuanya. Turunlah dan sarapan bersamaku."

0


Diana meletakkan piring-piring kotor di bak cuci, dan sekembalinya dia ke ruang makan, dia membawa dua cangkir teh dan meletakkan beberapa album foto lama yang agak berdebu di meja makan.

Diana membuka halaman-perhalaman dengan hati-hati hingga akhirnya terhenti pada foto Daniela semasa kecil ketika pertama kali pergi mengunjungi Disneyland. Daniela lima tahun berdiri diapit dua boneka badut besar Mickey dan Donald. Sementara agak di kiri foto, berdiri Diana yang sedang menggelayut mesra dengan seseorang.

"Dad." Daniela memandanginya heran. Diana tampak mengamati ekspresi Daniela, "Kenapa tiba-tiba kau memperlihatkan foto Dad? Kau bilang kau tidak mau lagi melihat wajahnya sejak dia meninggal... "

"Sudah meninggal, itu adalah cerita karanganku. Faktanya, kami bercerai beberapa bulan setelah foto ini diambil dan John tinggal di California bersama istri barunya sekarang."

Penjelasan Diana membuat Daniela terguncang.

"Dad masih hidup dan kau tidak pernah bilang padaku?" tuntutnya.

"Sweetheart," Diana menyela, "Tahukah kau siapa anak yang berdiri di antara dua badut besar ini?"

"Ya, tentu saja." Daniela menjawab otomatis, "Ini aku ketika berumur lima tahun."

"Bukan. Dia Daniela Malcolm."

Kening Daniela berkerut heran.

"Daniela Malcolm adalah anak kandungku. Anak yang sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu akibat kanker. Wajar saja aku tak pernah merasa perlu memberitahumu keadaan sebenarnya tentang laki-laki ini." katanya sambil menunjuk foto pria yang Daniela kenal sebagai ayahnya, "Karena John bukanlah ayahmu. Dia ayah Daniela Malcolm. Daniela yang sesungguhnya."

Terpaan rasa syok bercampur bingung melanda Daniela. Pertama, suami Diana ternyata belum meninggal seperti yang diceritakannya pada Daniela selama ini. Kedua, Diana ternyata memiliki anak yang sudah meninggal. Ketiga, yang paling parah, ibunya menganggapnya 'bukan Daniela Malcolm yang sesungguhnya'.

Diana meneguk tehnya dan meneruskan.

"Daniela meninggal saat berumur tujuh tahun, dan sejak kematiannya, hidupku dan suamiku berantakan. Lalu kami memutuskan untuk bercerai. Kesehatanku menurun drastis dan terpaksa harus bolak-balik dirawat di rumah sakit. Saat itu setahun sudah berselang. Aku begitu sedih dan kesepian. Dan saat itulah aku melihatmu.

ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang