Minggu-minggu berlalu.
Ujian-ujian berlalu.
Cuaca semakin tidak jelas dan angin yang bertiup mendingin dari hari-ke hari. Zero terserang semacam penyakit kulit ringan, cangkangnya ditumbuhi jamur, dan itu mengharuskan Trista untuk rajin membawanya ke halaman belakang untuk menyikatnya dan membiarkan kura-kura itu berjemur.
Trista sudah pernah mencoba menyikat Zero di halaman depan, namun ketika ditinggal sebentar, entah bagaimana Zero sudah berhasil merangkak keluar kandangnya dan berada di trotoar jalan. Trista nyaris jantungan begitu mendapatinya di sana, sudah dikelilingi segerombol bocah SD yang baru pulang sekolah dan penasaran mengapa bisa-bisanya ada kura-kura merangkak di trotoar. Sejak itu, Trista trauma dan selalu menjemur kura-kuranya di halaman belakang, yang sebetulnya bukan kegiatan favoritnya.
Bukannya Trista mengeluh harus mengurus kura-kuranya yang sakit, hanya saja saat mengurus Zero, pada satu tempo di sela-sela pekerjaannya, Trista selalu mendapati dirinya otomatis mendongakkan kepala dan melihat rumah pohon di antara pepohonan itu. Dan dipaksa mengingat kembali hal itu.
Cliff mendapatkan 2180 untuk skor SAT-nya dan itu praktis menjadikan Cliff sebagai salah satu peraih skor tertinggi se-Redville, bahkan mungkin senegara bagian. Dan skor setinggi itu hampir pasti merupakan kereta kencananya menuju Stanford.
Pikiran emosional menyebalkan yang sama kembali menyerang Trista sore itu, ketika Trista sedang membersihkan batu-batu kolam untuk Zero yang sedang asyik jalan-jalan di rumput. Trista dapat mendengar langkah-langkah mendekat di balik bahunya dan Sarah tahu-tahu sudah duduk di sebelahnya.
"Kau sudah menyikat batu yang sama lebih dari tiga kali, Sayang." katanya. Trista segera menghentikan kegiatannya.
"Oh. Yeah."
Sarah menatap Trista dengan sepasang matanya yang hangat dan tersenyum lembut, "Ada apa?"
Trista menatap kedua mata itu, dan menyerah. "Kenapa Cliff begitu pintar?"
"Oh." Sarah terkekeh, "Jadi soal itu? Inikah sebab kalian bersikap aneh selama beberapa minggu ini?"
"Aneh?"
Sarah melemparkan tatapan aku-tahu-segalanya yang membuat Trista teringat akan tatapan Diana, "Ketika aku mengetahui kakakku terpilih jadi kapten tim pemandu sorak sementara aku terus mendekam di klub puisi, aku kurang lebih merasakan hal yang sama. Dan aku tidak berbicara kepadanya selama berminggu-minggu."
Tetapi ini berbeda. Trista membatin. Cliff dan Trista masih saling berbicara. Cliff dan Trista bahkan masih suka nonton tayangan ulang Doctor Who bersama-sama dan mengomentarinya. Mereka juga masih berangkat ke sekolah bersama-sama tiap pagi. Tidak ada yang berubah.
Kecuali perasaan aneh yang selalu Trista rasakan tiap kali Cliff berbicara dengannya. Nada suaranya berbeda. Sorot matanya berbeda. Senyumnya berbeda. Seperti ada yang salah. Seperti Cliff yang rasanya sudah semakin jauh, padahal dia jelas-jelas ada di hadapannya. Dia belum ke Stanford atau apa.
"Dia seperti mengkhianatiku." Sarah tersenyum sendiri, "Tahulah, segala macam janji-janji remaja cewek seperti 'kita tidak bakal punya cowok sampai umur tujuh belas' atau 'kita akan sama-sama keluar dari neraka dunia yang disebut SMA dengan keren'... semacam itu. Tetapi lalu dia jadi populer, dan aku tidak."
"Yeah. Aku bahkan nggak bisa menyelesaikan soal aljabar sederhana di depan kelas karena gugup. Aku juga cukup yakin nilai ujian akhir semesterku bakal suram." ujar Trista muram, "Stanford menerimanya dengan tangan terbuka. Sementara aku nggak tahu apa yang akan terjadi di tahun terakhirku nanti."
Trista mendesah dan mendongak ke arah rumah pohon, kali ini dengan sengaja. Lalu dia bergumam, "Dia begitu berbeda dariku."
Sarah tiba-tiba meraih tangan kanan Trista dengan kedua tangannya, dan meremasnya. Dia menatap Trista dalam-dalam, tatapan yang mengingatkan Trista dengan saat wanita itu mendatangi rumah Diana untuk menjemput dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero
Teen FictionSaat berumur delapan tahun, Trista mengalami kecelakaan traumatis yang membuatnya kehilangan ingatan. Bertahun-tahun terpisah dengan kedua orangtuanya, kini mereka datang untuk membawa gadis itu pulang, ke rumah keluarga Frauss. Tetapi Trista bukan...