- 21 -

129 33 26
                                    

Sudah beberapa hari berlalu sejak hari ulang tahun Trista yang 'berkesan'. Kue kering hadiah Diana sudah tinggal beberapa keping di dasar toples, tulisan 'EAK' di loker Trista sudah dikerik hingga bersih, dan lukisan dari Lucas yang menggantung di dinding kamarnya sudah ditatapnya kira-kira untuk kesekian ratus kalinya.

Lucy pulang ke Hendersonville Minggu malam, meninggalkan kembali Trista sendirian di kamarnya. Saat sendirian itulah untuk pertama kali sejak kepindahannya ke Redville, Trista menyadari bahwa seharusnya dia bersyukur atas apa yang telah terjadi padanya. Selama ini dia sibuk bersungut-sungut dan hanya melihat masalahnya dari sudut pandang yang sempit, padahal di luar sana ada banyak orang yang tidak seberuntung dirinya.

Trista boleh jadi terkena amnesia, dititipkan orangtuanya sendiri pada wanita nyaris tidak dikenal selama sembilan tahun dan dipisahkan dari abangnya, dan seterusnya. Tapi fakta seperti kedua orangtuanya yang mencarinya kembali hingga saat ini mereka dapat berkumpul lagi patut diperhitungkan. Ditambah, walaupun Diana telah membuatnya mempercayai cerita palsu akan masa lalunya, rasa sayang dan kepedulian yang wanita itu berikan padanya selama ini bukannya palsu. Dia juga bersyukur memiliki Lucy yang masih memegang teguh prinsip bahwa Daniela Malcolm baginya sama saja dengan Trista Frauss dan satu-satunya hal yang membedakan hanyalah di mana dia tinggal sekarang. Apalagi dengan hadirnya Lucas, satu-satunya orang selain Tim, Sarah, Diana, dan Cliff yang tahu persis latar belakang Trista. Dan Lucas tipe yang sangat bisa dipercaya, jadi, keputusan Trista menceritakan semua kepadanya tidaklah salah.

Ngomong-ngomong tentang Lucas, cowok itu kembali menjadi topik-atas-radar Redville, padahal tindakan hebohnya di hari ulang tahun Trista masih belum sepenuhnya terlupakan.

Cowok itu menyapa Trista dengan ceria, seperti biasa, di koridor Redville High yang ramai di pagi hari itu. Dan apa yang dilihat Trista ketika menoleh sampai-sampai membuatnya berseru, "YA TUHAN!" keras-keras.

Tidak ada gitar, tidak ada kado, tidak ada jas pengiring pengantin lagi, tidak ada pernak-pernik nyentrik seperti biasanya. Tidak ada yang aneh pada Lucas, namun justru itulah yang sangat aneh.

Lucas sama sekali tidak terlihat seperti Lucas. Hari ini dia memakai kaus abu-abu gelap normal, dengan jaket tudung biru tua normal, dipadu jins normal, dan sepatu kets lusuh normal. Bahkan dia memakai ransel normal alih-alih tas lukis selempangnya yang biasa!

Selama lima belas detik penuh Trista berdiri sambil mengamati penampilan Lucas Freewell dari atas ke bawah, menebak-nebak apa yang sebetulnya sedang terjadi, bertanya-tanya apakah kepala cowok itu baru saja mengalami benturan yang cukup keras.

"Luke, kau jadi siapa hari ini...?" ujar Trista, setelah semenit penuh hanya berdiri syok di sana.

Cowok berpakaian normal itu mengangkat bahunya, "Lucas Freewell."

Trista menggeleng-geleng tak percaya, "Beritahu aku siapa yang sedang kulihat ini."

"Trissy." katanya. Masih sulit memercayai panggilan khas itu keluar dari mulut si cowok berpakaian normal, "Aku akan terus seperti ini mulai dari sekarang."

Trista mengamati sekelilingnya. Para NB tidak berjengit ketika melewati Lucas. Bahkan tidak ada yang menoleh dua kali untuk melihat Lucas! Lucas tidak dikenali!

"Trissy?" Lucas memiringkan kepalanya beberapa derajat.

"Beritahu aku bagaimana aku tahu masih ada Lucas Freewell pada dirimu." Trista berkata.

Lucas mengembangkan cengiran khasnya, "Well, aku masih jatuh cinta padamu."

"Aku serius." Trista berusaha keras tidak membiarkan dirinya tersipu-sipu, "Maksudku, apa yang terjadi? Kau begitu... normal. Kau terlihat sangat... SMA! Bahkan nggak ada yang mengenalimu!"

ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang