Kunci mobil sudah kuselipkan ke lokermu. Jangan tunggu aku, ada kelas tambahan persiapan SAT sore ini.
Trista memandangi pesan singkat dari Cliff di layar ponselnya dengan wajah hampa. Sejak kemarin kakaknya tidak bicara sepatah kata pun pada Trista. Bahkan ketika makan malam, suasana meja makan benar-benar kaku. Tim dan Sarah tidak tahu apa yang sebetulnya terjadi antara kedua anak mereka, dan baik Cliff maupun Trista tidak ada yang bicara begitu ditanya. Merasa keduanya sudah cukup dewasa untuk menyelesaikan sendiri masalah mereka, Tim memutuskan untuk tidak ikut campur.
Pagi ini pun suasana di dalam mobil begitu hening sampai-sampai Cliff, yang tidak hobi mendengarkan berita pagi di radio, terpaksa melakukannya demi memecah kesunyian. Sarah, yang masih berusaha mendamaikan perang dingin Trista dan Cliff, sempat menanyai Trista sebelum berangkat sekolah, namun gadis itu tidak memberinya kepuasan dengan menjawab, "Kami baik-baik saja, Mom." dengan nada yang amat tidak meyakinkan.
Trista mendesah sembari memasukkan kembali ponselnya ke saku jinsnya. Ujian SAT. Trista hampir melupakan bahwa Cliff sudah murid senior, dan tahun depan dia akan berkuliah.
Cliff tidak kelihatan di kantin, begitu pula sebagian besar murid senior. Mungkin sedang ada bimbingan di kelas-kelas.
"?" tanya Lucas yang sedang menyantap sandwich isi sayuran di hadapan Trista. Sejak Trista marahan dengan Claire, sejak dirinya jadian dengan Lucas, dan sejak semua orang di Redville—nyaris semua, karena Tim dan Sarah tidak termasuk—tahu bahwa dia pacaran dengan Lucas, Trista makan di kantin bersama cowok itu. Dan soal tanda '?' itu, Lucas secara teknis memang tidak mengucapkan apa-apa. Dia hanya memiringkan kepalanya sekian derajat ke kiri, membuat tampang bingung, dan menggumamkan 'hm?' pelan sebagai isyarat bahwa dia tahu ada sesuatu yang tidak beres dan dia ingin tahu apa itu.
Dan itu membuat Lucas ratusan kali lebih imut. Tidak peduli bahwa hari ini Lucas mengenakan jaket kulit warna putih dengan banyak kancing, kaus bergambar naga, jins bercorak belang zebra abu-abu-putih, dan boots yang juga berwarna putih. Dan penampilannya yang seperti vokalis band pop-rock era sembilan puluhan itu membuatnya menjadi bahan tertawaan seisi kantin, seisi Redville malah. Mungkin Lucas sudah kebal, atau bahkan tidak menyadari sama sekali, tapi Trista merasakan senyuman-senyuman dan lirikan mengejek yang berdatangan dari segala arah.
Alih-alih meladeni keingintahuan Lucas, Trista malah jadi bertanya, "Di mana sih, kaubeli jinsmu?"
"Garage sale." sahut Lucas ceria, "Kau suka?"
Begitu melihat kepolosan di wajah Lucas ketika mengatakannya, mau tak mau Trista tertawa.
0
"Ya, aku sudah menghubunginya."Diam.
"Dia bilang dia senggang sore ini, aku tak tahu kalau besok."
Diam lagi.
"Aku hapal jalannya. Cliff masih di sekolah, ada kelas tambahan sore ini. Aku bisa pergi dengan Trista..."
"Apa?" perhatian Trista spontan teralih dari televisi. Dia memerhatikan ibunya sibuk berbicara di telepon sambil memeriksa berkas-berkas di dalam sebuah map.
"Tidak apa-apa. Lagipula hanya sebentar. Yeah, love you too."
Kemudian Sarah menutup telepon.
"Tim tidak akan sempat pergi karena dia baru keluar kantor pukul tujuh. Sementara jam berkunjung hanya sampai jam enam..." Sarah menghela napas panjang, "Kenapa sih sekolah zaman sekarang serba tidak praktis?"
"Mom, apa yang sedang kaubicarakan?" Trista bertanya heran.
"Ada beberapa berkas yang masih dipegang Pendeta George. Sementara Cliff butuh itu untuk persiapan dokumen rekomendasi ke universitasnya nanti. Sekolah baru meminta itu sekarang." jelas Sarah. "Ambil jaket dan kunci mobilmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero
Teen FictionSaat berumur delapan tahun, Trista mengalami kecelakaan traumatis yang membuatnya kehilangan ingatan. Bertahun-tahun terpisah dengan kedua orangtuanya, kini mereka datang untuk membawa gadis itu pulang, ke rumah keluarga Frauss. Tetapi Trista bukan...