- 29 -

70 27 0
                                    

"Sadar nggak? Kita akan jadi senior sebentar lagi."

Lucas mengatakan itu kepada Trista, di tengah-tengah kegiatan melukisnya. Mereka berdua sedang berada di The Lodge, tempat penuh kenangan yang sudah lama tidak mereka kunjungi karena segala 'hiruk pikuk' yang telah terjadi. Trista hanya mendongak sedikit dari tugas Sejarahnya.

Bohong besar bila Trista bilang dia tidak sadar. Sebetulnya, Trista yakin dirinyalah yang paling sadar bahwa mereka akan segera menjadi senior dalam waktu dekat. SAT sudah diselenggarakan dua hari yang lalu. Semua orang di Redville High mendadak jadi begitu mudah panik, dan tampang-tampang penuh kecemasan bertebaran di sepanjang koridor. Murid kelas bawah sebenarnya juga diperbolehkan untuk ikut, namun tes diselenggarakan beberapa kali dalam setahun. Trista dan Lucas sepakat untuk mengikuti SAT yang berikutnya saja.

Kalau disuruh menebak peserta ujian yang namanya kemungkinan bakal berada di urutan atas di mading Redville High pada hari pengumuman skor SAT, maka Trista berani bertaruh bahwa itu pasti Cliff. Cowok itu pulang pada hari ujian terakhir dengan tampang yang datar-datar saja—dia memang tidak pernah kelihatan panik pada saat-saat di mana semua orang normalnya akan menjadi panik—dan menyantap makan malamnya dengan sama berseleranya dengan malam-malam sebelumnya. Tim dan Sarah menanyakan bagaimana ujiannya, dan mereka harus puas hanya dengan jawaban, "Lumayan."

Sarah sampai uring-uringan keesokan harinya, mengkhawatirkan apakah Cliff dapat memperoleh skor yang memuaskan demi Stanford. Maka tugas Trista-lah untuk menenangkan ibunya dan mencoba meyakinkannya bahwa dengan otak secemerlang Cliff, dia bahkan bisa menjadi intel presiden. Dan hal itu sepertinya lumayan berhasil, karena Sarah tidak lagi menyinggung-nyinggung soal SAT malam harinya.

Jadi, bila Lucas menanyainya apakah dia sadar, Trista memang sangat sadar masalah segera-jadi-senior ini, karena kakaknya tidak lama lagi akan segera hengkang dari Redville untuk Stanford. Dan itu fakta yang tidak bisa dilupakan begitu saja olehnya.

"Yeah, sadar kok." sahut Trista. Zero bergerak dari tempat berjemurnya dan mendadak nyemplung ke dalam kolam. Lucas mengerang. Dia meletakkan kuasnya dengan kecewa dan menatap Trista.

"Dia itu sulit sekali diam." komentarnya. Trista nyengir dan menghampiri kotak kaca Zero yang diletakkan satu meter di depan tempat Lucas duduk. Dia memancing Zero keluar dengan memberinya makanan. Itu berhasil. Tetapi Lucas harus mengubah posisi melukisnya sekarang. Lucas memang meminta Trista untuk membawa Zero ke studio, dia sudah lama kepingin melukis hewan itu. Zero, yang sangat jarang dibawa pergi ke mana-mana, sempat stres di jalan. Makanya dia jadi lebih banyak berendam di dalam air saat ini, kebiasaan saat mood-nya sedang jelek.

"Apakah rasanya akan berbeda?" tanya Lucas lagi ketika Trista sudah kembali ke tugas sejarahnya.

"Apa maksudmu?"

"Maksudku..." Lucas terhenti sejenak untuk mengganti warna cat di kuasnya, "Karena Cliff akan pergi."

Pena Trista terhenti sebelum sempat menyelesaikan kata reformasi. Lucas menanyakan hal yang sudah susah payah berusaha Trista enyahkan dari pikirannya selama beberapa hari belakangan. Dia memang sudah tahu Cliff akan pergi cepat atau lambat. Tetapi dia tidak tahu dan tidak mau tahu bagaimana perasaannya setelah Cliff pergi.

"Aku... entahlah." Trista mengangkat bahu dan berharap semoga dia terlihat cuek-cuek saja, "Yah, memang akan berbeda. Nggak ada lagi yang bisa dijadikan tong sampah makan malam."

Lucas terkekeh mendengarnya.

"Iya juga sih, toh dia juga nggak akan pergi sejauh itu." katanya.

"Benar." timpal Trista, lebih kepada dirinya sendiri, "Abangku juga nggak banyak membantu mengerjakan kerjaan rumah. Sehari-hari dia hanya di rumah pohonnya, main-main gitar atau tidur. Kalau nggak sedang di rumah pohonnya, paling-paling dia ke dapur mencari makanan. Dia juga nggak pernah kelihatan belajar. Herannya, otaknya encer banget. Nilai olahraganya juga paling tinggi seangkatan. Berlawanan sekali denganku. Sepertinya semua gen bagus milik orangtua kami diturunkan ke Cliff, sampai-sampai nggak ada yang tersisa buatku."

ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang