- 39 -

132 33 13
                                    

Sekitar pukul tujuh, Tim dan Sarah sudah ada di dalam ruang inapnya, membawakan makan malam. Sarah jadi jauh lebih ceria setelah pertemuannya dengan Diana tadi siang. Ibunya pulang sebentar ke rumah dan membawakan makan malam enak-enak yang dimasaknya untuk Trista.

"Aku lupa membawa mustard." kata Sarah seraya membuka wadah-wadah plastik tempatnya menaruh salad sementara Tim mematikan televisi.

Trista memperhatikan jumlah mangkuk salad yang dikeluarkan ibunya. Ada empat.

"Trista." Tim berjalan mendekatinya dan duduk di hadapannya, "Kami ingin membicarakan sesuatu denganmu. Kami terus menunda mengatakannya seharian ini, karena kau kedatangan begitu banyak tamu. Ini mengenai Cliff..."

Sarah terhenti dari kegiatan membongkar makanannya. Pandangannya berubah sendu, dia mendongak menatap Trista, lalu ganti menatap Tim.

"Tim..."

"Cliff tidak ingin kau tahu masalah ini, Trista." sambung pria itu setelah memberi tatapan menenangkan kepada Sarah, "Dia meminta kami berjanji untuk tidak menceritakannya padamu. Tetapi karena ingatanmu sudah kembali..."

"Dad." Trista menyela pelan, "Aku sudah tahu Cliff bukan kakak kandungku bahkan sejak sebelum ingatanku kembali."

Tak ada yang mampu menandingi ekspresi luar biasa terguncang yang ditunjukkan oleh Tim dan Sarah sekarang.

"Ba—bagaimana..."

"Aku sudah agak lama menyimpan kecurigaan, namun nggak mampu memastikannya." Trista menjelaskan pada kedua orangtuanya yang tampak dilanda syok hebat, "Aku mengunjungi WIBS, hari itu ketika kau memaksaku mencoba gaun prom, Mom. Aku menemui Pendeta George, mengungkapkan perasaan dan pikiranku tetapi dia menolak memberitahuku apa-apa. Aku masih nggak punya jawaban hingga aku melihat foto Cliff di luar ruang kepala sekolah. Aku melihatnya di sana. Nama yang tertulis di bawah foto bukan Cliff Frauss, melainkan Cliff Sykes."

Tim mengenyakkan punggungnya ke sandaran kursi, tampak benar-benar syok. Dia jelas tidak mempersiapkan diri untuk skenario mengejutkan semacam ini.

"Mengapa kau tidak berbicara dengan kami saat itu juga, Trista?" tanya Sarah, menatapnya tak percaya, "Mengapa kau biarkan kami menahan-nahan rahasia itu lebih lama lagi? Kami bertiga ada di ruang televisi malam itu, kau bisa saja menodong kami saat itu juga."

Trista menatap salad di hadapannya, "Entahlah, aku merasa... mungkin malam itu suasana hatiku benar-benar sedang sangat buruk. Maksudku, mengetahui kalian lagi-lagi menyembunyikan sesuatu yang besar dariku. Dan aku masih belum bisa percaya saat itu."

"Trista..."

"Tapi aku nggak ingin membicarakan perasaanku." potong Trista cepat tanpa bisa menahan diri, "Aku ingin tahu siapa orangtua Cliff, dan mengapa Cliff bisa menjadi kakakku."

Baik Tim maupun Sarah sama-sama terdiam. Mereka saling berpandangan.
"Trista, berjanjilah pada kami untuk tidak menghakimi kakakmu setelah kami menceritakan semuanya padamu." Tim berkata, nadanya serius. Trista mengangguk.

"Aku janji." katanya.

Tim menghela napas panjang sebelum memulai, "Kau tahu ketika aku masih bekerja di perusahaan lamaku, aku memiliki seorang partner yang juga teman baikku, namanya James Sykes. Kami sudah kenal sejak SMA. Hubungan kami sangat akrab. James hadir dalam pernikahanku, begitupun sebaliknya, dan ketika kami sudah berumah tangga, kami sering mengadakan pesta kebun bersama dan aku dan Sarah rutin mengundang mereka dalam berbagai acara, terkadang merayakan tahun baru bersama. Well, James dan istrinya, Eleanor, memiliki seorang anak laki-laki yang seumuran denganmu. Dialah Cliff. Dan segera saja kau dan Cliff menjadi akrab..."

ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang