- 15 -

99 33 1
                                    

Jam delapan, Minggu pagi.

Biasanya tidak ada yang abnormal di tiap Minggu pagi seorang Trista Frauss, bahkan di tiap Minggu pagi dirinya dulu sebagai Daniela Malcolm. Gadis itu hanya akan turun dari tempat tidurnya dengan malas-malasan, mengecek ponselnya, berganti pakaian, mengucapkan selamat pagi malas-malasan pada Zero, serta membuka gorden dan daun jendela untuk membiarkan angin segar dan sinar matahari masuk ke kamarnya.

Bicara soal jendela, ada sedikit yang berbeda dengan pemandangan yang Trista lihat pagi itu. Entah mengapa, rumah pohon kini semakin terlihat jelas. Padahal seingat Trista, sebelumnya rumah pohon itu nyaris tertutupi dahan dan dedaunan pohon maple yang cukup lebat. Tapi sekarang dahan dan dedaunan itu menghilang entah ke mana sehingga tidak menghalangi sama sekali pemandangan dari jendela kamar Trista ke sana, juga sebaliknya.

Kemudian, Trista dapat melihat Cliff membuka pintu rumah pohon—yang berada di sisi kiri pondok kecil itu dan sedikit membelakangi rumah utama apabila dilihat dari jendelanya. Dia melihat di kejauhan abangnya sedang mengenakan sandal kamar. Wajahnya masih mengantuk dan rambut pirangnya yang normalnya berantakan jadi semakin berantakan karena belum disisir. Ketika tubuh cowok itu berbalik hendak menuruni tangga, pandangan mereka bertumbukkan.

Selama sepersekian detik Trista mempertimbangkan untuk bersembunyi atau menutup kembali gordennya, namun setelah cukup cepat menguasai diri, Trista memutuskan untuk bersikap sok cuek sambil melambaikan tangannya.

"Dia cuma Cliff." Trista menggumam gusar dari sudut bibirnya.

Dinilai dari ekspresinya, Cliff juga tampak kaget soal pemandangan dari-jendela-ke-jendela ini. Tapi sama seperti Trista, Cliff cepat menguasai diri dan balas melambai sambil nyengir.

Mendadak, seolah ada layar raksasa yang dihadapkan di depan mata Trista. Tiba-tiba saja Trista merasa dirinya seperti sedang nonton film di bioskop. Hanya saja, gambar-gambar di film itu berkelebat sangat cepat, dan yang pasti film itu tentang dirinya.

Jalanan.

Seorang anak laki-laki yang hendak naik mobil.

Suara berdecit nyaring...

Lalu gelap.

"Trista, cepat turun!" terdengar suara Sarah memanggilnya dari bawah.

Trista memegangi kusen jendela karena lututnya gemetaran.

"Trista!"

"Sebentar!"

Dia tidak tahu apa pentingnya bercermin jika hal berikut yang akan dilakukannya hanyalah sarapan bersama keluarganya, namun Trista melakukannya sekilas sebelum membuka pintu kamarnya dan turun.

Cliff, yang rupanya punya kaki-kaki lebih panjang dan langkah-langkah yang lebih lebar dari Trista, sampai lebih cepat di dasar tangga.

"Kalau kau berencana terus menggunakan rumah pohon itu sebagai tempat tinggalmu, aku bakal mempertimbangkan buat membongkar kamar betulanmu dan menjadikannya ruang pribadi untuk Zero." Trista mewanti-wanti seraya merendengi Cliff menuju ruang makan.

"Sayangnya aku masih berencana menempa—"

Kata-kata Cliff terhenti di udara ketika dia dan Trista memasuki ruang makan dan mendapati bahwa Tim dan Sarah tidak duduk sendirian di meja makan pagi itu.

"Itu dia mereka." Tim mendongak dari roti panggangnya, lalu dia menepuk punggung seorang remaja cowok yang duduk di sebelahnya...

"LUCAS?!" ujar Trista jantungan.

Inilah yang abnormal dari Minggu pagi seorang Trista Frauss. Lucas Freewell yang bertandang ke rumahnya pukul delapan pagi.

"Pagi, Trissy." Lucas tersenyum ceria padanya.

"Apa yang kau—"

"Menemuimu, tentu saja." Sarah menjawab pertanyaan Trista. Dia menepuk-nepuk kursi di sebelahnya sambil mengangguk, seolah menyuruh anak gadisnya itu untuk berhenti tercengang di ambang pintu dan duduk bergabung bersama mereka. "Lucas bilang dia sudah mengirimimu pesan Jumat malam, apa kau sudah mengecek ponselmu?"

Sudah, Trista mendadak teringat ketika duduk, Hanya saja pesannya terlupakan begitu saja akibat timbunan pesan-pesan curhatan dari Claire.

"Lucas, apa kau sudah pernah bertemu dengan Cliff?" Tim tiba-tiba menyeletuk, "Dulu kau sering ke sini, mungkin pernah bertemu dengan Cliff, kakak Trista?"

Suasana ruang makan sempat diliputi keheningan aneh selama beberapa saat. Cliff terlihat kaku, Trista bahkan mendapatinya sempat bertukar pandang dengan Tim dan Sarah. Akhirnya, keheningan itu dipecahkan oleh Lucas yang tersenyum pada Cliff.

"Entahlah, mungkin aku hanya lupa. Sudah lama sekali kan, Cliff?"

Cliff—yang entah kenapa terlihat sama syoknya dengan Trista—masih berdiri di depan pintu. Namun lagi-lagi, Cliff cepat menguasai dirinya, "Yeah, memang." katanya, walaupun agak terlambat.

Mungkin hanya Trista yang merasa sedikit canggung, sebab kedua orangtuanya—terutama Tim yang mengenal Richard Freewell—bersikap seolah Lucas adalah bagian dari keluarga yang sudah lama tidak ditemui, mentang-mentang Lucas adalah teman masa kecil Trista. Sementara Cliff, ini adalah pertemuan langsungnya dengan Lucas yang pertama. Demikian sebaliknya, setelah Lucas sempat keliru menganggap Cliff adalah cowok Trista.

Cliff sempat terlihat tegang selama sarapan, namun suasana mencair seiring dengan obrolan Tim dan Sarah dengan Lucas yang seceria biasanya. Sarah baru saja selesai menjelaskan bahwa dia menyuruh Tim memangkas ranting-ranting pohon yang 'menghalangi pengawasan ke rumah pohon' ketika Lucas tiba-tiba melepas topi koboinya—yeah, lagi-lagi dia memakai topi itu—dan berdeham-deham.

"Mr. dan Mrs. Frauss..." katanya sambil masih mendekap topi koboi di dadanya, "Saya meminta izin untuk mengajak putri Anda pergi di hari yang cerah ini. Apakah Anda keberatan?"

Sarah memegangi dadanya sambil ber-'oh' pelan seolah tersanjung mendengar perkataan Lucas yang begitu sopan. Sementara Tim hanya mengangkat kedua alisnya tinggi.

"Kok malah kedengaran nyeremin." komentarnya. Mendengar itu Cliff terbatuk pelan, kentara sekali sedang berusaha menyamarkan tawanya. Sarah memelototi keduanya dan beralih lagi pada Lucas.

"Tentu saja boleh, Nak." Sarah tersenyum ramah pada Lucas, "Hanya saja pastikan untuk mengantarnya sebelum jam malamnya."

"Jam malam?" Lucas mengulang sopan.

"Tahu kan," Cliff menyeletuk, "...saat-saat sebelum bulan purnama muncul malam ini."

Cowok itu terkekeh misterius dan menirukan lolongan serigala dengan pelan. Sebetulnya Trista akan menganggapnya lucu kalau saja lelucon itu tidak ditujukan kepada dirinya.

"Sebetulnya, jam dua belas." kata Sarah sambil memberikan Cliff tatapan jaga-bicaramu. Namun Cliff malah semakin menjadi-jadi.

"Kalau lewat dari itu, maka dia bakal kembali dekil dan memakai celemek..." ujar Cliff.

"Oh, tutup mulut." tukas Trista.

"Sudahlah kalian berdua." Tim kembali menjadi satu-satunya pihak penetral, "Kami tidak keberatan, Lucas."

Maka, beberapa setengah jam kemudian Trista mendapati dirinya berada dalam kombi Lucas. Lagi-lagi. Keadaan di dalam mobil itu masih sama seperti yang terakhir kali Trista ingat. Boneka-boneka kepala-goyang yang berjejer di dasbornya dan atap bergambar langit siang di sisi pengemudi dan langit malam di sisi penumpang...

"Untuk apa koran-koran itu?" tanya Trista ketika melihat di jok belakang kombi itu terdapat setumpuk koran bekas.

"Untuk tujuan tertentu yang hanya bisa dilakukan jika aku berhasil mencapai suatu tujuan." jawab Lucas, nyengir penuh teka-teki, "Aku suka Cliff. Dia kocak."

Trista memutar bola matanya, "Kau bisa bilang begitu sekarang."

Lucas hanya tersenyum. Kemudian dia menyalakan mobilnya dan bertanya, "Sudah siap, My Lady?"

Trista membalas dengan gaya sok resmi, "Tentu."

0

Luke, Trissy mau dibawa ke mana? :(

Please vomment!

ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang