- 16 -

146 42 41
                                    

Hingga kini, Trista masih sangat kesulitan mendeskripsikan Lucas dalam satu kata. Lucas bukannya hiperaktif ataupun cari-cari perhatian karena selera berpakaiannya yang aneh dan mencolok. Lagipula, Trista merasa Lucas cocok-cocok saja memakai apa saja, celana berumbai warna pelangi sekalipun (sekadar tambahan, dia memang memakai celana pendek kargo motif pelangi hari ini).

Lucas juga bukannya bawel, tetapi dia jago berkata-kata. Ucapan maupun komentar yang dilontarkannya seringkali menimbulkan berbagai reaksi dari Trista, mulai dari menebak-nebak penasaran, hingga melotot-lotot tak percaya. Dari cara bicara Lucas, Trista dapat menilai bahwa cowok itu sebetulnya pintar, jenaka, kreatif, dan manis.

Di samping penampilannya yang nyentrik, cowok itu hampir selalu bisa merebut perhatian Trista. Hobi, mobil, garasi rumah, segala sesuatu yang biasa di sekeliling Lucas dapat menjadi hal yang tidak biasa. Namun semua itu tidak dibuat-buat. Itulah mengapa bersama Lucas tidak pernah membuat Trista merasa bosan.

Tetapi hari ini Lucas tidak seheboh biasanya. Setelah memarkir kombinya dengan rapi di halaman The Lodge—Trista sudah menduga mereka akan ke sini—Lucas kembali mengajak Trista naik ke lantai dua bangunan lusuh itu dan melihat lukisan-lukisannya.

Dan lagi-lagi, lukisan anak perempuan berkepang dua yang mengenakan gaun piknik bunga-bunga hijau di salah satu dindingnya membuat Trista tertarik.

"Ayo." Lucas tiba-tiba muncul di belakangnya sambil membawa peralatan melukis, "Kita cuma mampir di sini."

Trista menonton cowok itu memasukkan kuas-kuas, cat, dan buku gambar besar ke kursi belakang kombi. Mereka kemudian berkendara lagi menyusuri jalanan yang mengitari danau Silverbirch, menjauhi deretan pertokoan dan pepohonan di kiri dan kanan mereka semakin rapat. Namun dari jendela penumpang, Trista masih dapat melihat kilauan air danau yang memantulkan sinar matahari dari balik pepohonan.

Tak beberapa lama, mereka tiba di daerah yang lebih lapang, berbukit, dan jarang pohonnya. Lucas membelokkan mobil keluar dari jalan dan memarkir kombinya di atas rerumputan. Dan apa yang menyambut mereka amat sangat luar biasa.

Tidak ada lagi keriuhan deretan toko Birch's End dan jalan raya sebagai latar belakang, melainkan murni pepohonan, bukit-bukit berumput, dan ilalang-ilalang di tepian danau. Trista masih melihat danau yang sama, hanya saja pemandangannya benar-benar berbeda.

Selama beberapa detik, Trista berdiri mematung menyaksikan pemandangan itu dengan kekaguman membuncah di dadanya, diiringi angin sepoi yang berhembus menyenangkan di tengkuk dan lengannya. Trista berbalik dan mengamati dalam diam kombi kuning berhias boneka-kepala-goyang dan Lucas yang wara-wiri membawa peralatan melukisnya dari dalam mobil ke atas rumput.

"Akhirnya aku tahu di mana kau membuat lukisan danau yang itu." ujar Trista.

Lucas tersenyum, "Bentuk Silverbirch melengkung, mirip seperti kacang. Atau biskuit yang digigit? Pokoknya, kita sedang berada di cekungannya, menghadap berlawanan dengan cekungan Birch's End, sehingga kita nggak melihat deretan pertokoan dari sini."

Masih terkagum-kagum, Trista mengikuti Lucas berjalan, agak menurun untuk lebih mendekati tepian danau. Kemudian cowok itu duduk begitu saja di atas rumput dan mulai membuka tutup wadah-wadah cat yang dibawanya.

"Apa yang akan kaulukis?" Trista bertanya penasaran.

"Kau."

Trista melongo. Kemudian mulai terkekeh gugup.

"K-kau serius?"

"Yeah."

Begitu menyadari nada suara Trista yang tegang, Lucas mendongak dari buku gambarnya dan berkata, "Apa kau lebih nyaman untuk digambar berdiri? Aku akan mulai menggambar sketsanya kalau begitu."

ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang