"Cliff kelihatan kesal terus sejak sore tadi. Dia nggak menyukaiku atau apa sih?" bisik Claire ketika Cliff baru saja berlalu melewati mereka di dapur rumah keluarga Frauss, ketika hendak mengambil jus di kulkas.
Trista hanya mengangkat bahu, "Mungkin cuma perasaanmu."
"Apa dia ngeri melihat dandananku? Sudah kuduga ini bukan ide bagus..." Claire menggigit bibirnya paranoid, sambil terus mengawasi punggung Cliff yang hilang di balik pepohonan halaman belakang.
"Kau seksi banget hari ini, jadi nggak mungkin dia kesal gara-gara itu. Ah, ketemu." Trista menyerahkan dua bungkus keripik kentang pedas kepada Claire dan menutup pintu buffet. Kemudian, dia mengajak Claire naik ke kamarnya.
"Tris, apa kau tahu ngapain Cliff pergi ke balik pepohonan itu?" Claire bertanya sementara Trista menutup pintu kamarnya.
"Eh, meditasi... atau hibernasi... semacam itulah."
Claire melongo sebentar menanggapi jawaban Trista barusan, dan setelah memutuskan untuk melupakan saja masalah hibernasi Cliff, dia beralih memperhatikan seisi kamar Trista. Kemudian dia mendesah sambil duduk di tepi ranjang, "Apa aku orang pertama yang bilang bahwa kau keren?"
Trista sampai-sampai harus menoleh menatap cewek pirang itu untuk mengetahui apakah ekspresinya bersungguh-sungguh saat dia mengucapkan itu.
"Woah, kau nggak sedang merayuku supaya aku mau membantu menyelesaikan esai entah-apamu kan...?"
Claire mengibaskan ekor kudanya seraya mendelik jengkel, "Aku serius. Kau ini si cewek pindahan. Tampangmu juga nggak jelek-jelek amat..."
"Sori?"
"...punya abang luar biasa ganteng, dan ditaksir cowok paling nyentrik seantero Redville High." Claire melanjutkan, "Aku nggak menemukan alasan mengapa cewek sepertiku nggak kepingin jadi kau."
Mungkin tepat bila saat ini Trista berpikir bahwa Claire Madison tidak memiliki cermin di rumahnya. Bayangkan saja, saat ini Trista sedang berdiri di hadapan cewek paling hot dan langsing, dengan wajah tanpa cela, rambut pirang panjang memukau, bulu mata lentik, dan bibir yang sanggup membuat cowok waras manapun bertekuk lutut, namun cewek serba-sempurna ini baru saja menyatakan secara tidak langsung bahwa dia iri terhadap Trista.
Dan semisal semua pernyataan Claire mengenai Trista memang benar-bahwa Trista adalah cewek yang sangat beruntung-maka apakah dia akan tetap berpendapat sama bila mengetahui masa lalu Trista?
Karena kehilangan ingatan kan sama sekali tidak keren.
"Pertama-tama." Trista meluruskan, "Aku yang nggak bisa menemukan alasan mengapa cewek sepertiku nggak mau jadi kau. Kau super hot, super seksi, super...astaga, kau nggak pernah ngaca seumur hidup atau apa?"
"Tapi fisik nggak menjamin segalanya, buktinya Cliff nggak pernah melirikku lebih dari sedetik." Claire menggeleng-geleng.
"Suasana hati Cliff hanya sedang jelek. Sedikit berusaha lagi dan kau pasti bisa merebut perhatiannya." Trista berusaha meyakinkan seadanya sambil menyodorkan bungkusan keripik pada Claire, "Dan ngomong-ngomong, apakah Cliff memang segitu hebatnya?"
"Kau bercanda?!" sembur Claire dengan mulut penuh keripik, "Kaupikir aku nggak dengar apa yang kalian ributkan tadi di dekat tempat parkir? Cliff jelas-jelas bersikap protektif terhadapmu soal Lucas, dan itu manis sekali..."
Trista memutar bola matanya, "Kau hanya belum tahu duduk perkaranya..."
"Yeah, dan memang itu yang kepingin kuketahui." Claire mendadak serius, "Ada apa dengan Lucas? Apa yang dia lakukan sampai kau menangis?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero
Teen FictionSaat berumur delapan tahun, Trista mengalami kecelakaan traumatis yang membuatnya kehilangan ingatan. Bertahun-tahun terpisah dengan kedua orangtuanya, kini mereka datang untuk membawa gadis itu pulang, ke rumah keluarga Frauss. Tetapi Trista bukan...