Lucas telah berdiri di belakang Trista, menatapnya.
Cliff menyadarinya agak terlambat. Dia berbalik untuk mengikuti arah pandang Trista dan terlihat sama terguncangnya.
"Lucas." Cliff terdengar nyaris kepayahan mengucapkannya. Barulah akhirnya mata Lucas berpindah dari Trista kepada Cliff.
"Cliff." sapa Lucas.
"Kau—eh, sedang...?"
"Belanja keperluan." Lucas mengangkat kantong plastik di tangannya sementara tangan yang satunya menunjuk pintu toko persis di belakangnya, "Cat-cat baru. Merek yang kucari nggak ada di manapun selain di sini."
Lucas kembali menatap Trista. Ekspresinya datar. Mata birunya terasa begitu menyakitkan untuk balas ditatap saat ini.
"Hai, Trissy." sapa cowok pirang itu.
Trista berusaha mengabaikan tenggorokannya yang kering dengan balas menyapa, "Luke. Hai."
Dia melihatnya, batin Trista.
"Jadi, kalian sedang apa di sini?" Lucas mengalihkan pandangannya kepada Cliff, yang berdeham canggung.
"Trista mengantarku untuk wawancara." jelasnya. Lucas mengangguk-angguk.
"Tentu," dia tersenyum, "...apakah berjalan mulus?"
"Nggak buruk." Cliff tersenyum simpul, "Kecuali bagian saat aku mati-matian berusaha menahan perutku supaya nggak berbunyi saking laparnya."
Lucas terkekeh, dan setetes kelegaan mengalir ke ujung-ujung jari Trista.
Dia nggak melihatnya.
"Apa... kalian hendak pulang?" Lucas kembali bertanya. Trista sudah akan menjawab sebelum Cliff menyeletuk.
"Tris, kau bisa pergi dengan Lucas. Maksudku, kau nggak perlu menyupiriku atau apa."
"Hebat." Lucas nyengir senang, "Bagaimana Trissy? Aku punya sesuatu yang kepingin kutunjukkan di studio."
"Bagus. Nah, pergilah. Aku akan bilang Mom kau bersama Lucas." Cliff mengitari SUV dan membuka pintu pengemudi, "Sampai ketemu di sekolah."
"Yeah, bye." sahut Lucas.
Cliff memundurkan SUV-nya. Trista menyaksikan mobil itu bergerak menjauh, sementara tangannya tiba-tiba digamit.
"Ayo, kombiku ada di sana." kata Lucas bersemangat.
Apa pun yang baru saja Cliff perbuat tampaknya telah mempengaruhi kinerja otak Trista, membuat segala hal yang terjadi setelahnya berada di luar jangkauan fokus. Seperti segala ocehan Lucas tentang sesuatu yang sepertinya berhubungan dengan proyek dekorasi barunya, lewat begitu saja di telinga Trista.
Yang baru saja dilakukan Cliff adalah penegas bagi Trista, bahwa dia memang betul-betul menyukai Cliff.
Seperti selayaknya cewek yang menyukai seorang cowok.
Tetapi mengapa Cliff melakukannya?
Trista tidak sanggup lagi berpura-pura tolol. Hadapi saja, ciuman itu bukanlah jenis ciuman yang ditujukan kakak laki-laki manapun di dunia ini kepada adik perempuannya. Seperti yang terjadi pada saat Cliff menjadikan bahu Trista sebagai bantal tidurnya seusai nonton Dawn of the Dead waktu itu? Atau saat dia memberikan kecupan sebagai hadiah ulang tahun Trista...?
Atau pada saat cowok itu putus dengan Claire, dan memberi Trista kata-kata 'karena kau dan Freewell terlihat mesra' sebagai alasan?
Semua fakta itu menuntun Trista kepada sebuah kesimpulan. Kesimpulan yang lebih cocok disebut ide gila. Yang membuatnya cukup yakin berpendapat bahwa, mungkin... mungkin saja...
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero
Teen FictionSaat berumur delapan tahun, Trista mengalami kecelakaan traumatis yang membuatnya kehilangan ingatan. Bertahun-tahun terpisah dengan kedua orangtuanya, kini mereka datang untuk membawa gadis itu pulang, ke rumah keluarga Frauss. Tetapi Trista bukan...