6. Mimpi indah

1.8K 137 2
                                    

Tok!  Tok! Tok!

Terdengar ketukan pintu dari kamar Aletta. Namun gadis itu masih terlelap dalam dunia mimpi, sejenak melupakan kehidupan. Dimana lagi jika bukan dalam mimpi ia dapat merasakan kasih sayang?

"Dek bangun! Udah siang ini, bang Reza tau. Lo marah, tapi jangan kaya gini."

Ya, Reza sudah tau kejadian dimana Aletta kena tampar, Marline pergi, dan semua kekacauan itu, dari Bi Inem. Kamar Aletta masih hening. Itu membuat Reza semakin khawatir.

"Dek! Jangan ngunci diri dikamar, nanti lo--."

Ceklek

Pintu kamar terbuka, menampakkan gadis yang telah berseragam. Seperti biasanya, urakan. Lipatan dilengan, dan baju keluar. Mata gadis itu sembab, bibirnya pucat, dan pipi yang memerah bekas tamparan.

"Dek, lo gak papa kan? Lo pucet banget, kita kedokter sekarang!." Reza menarik tangan Aletta agar mengikuti nya.

"Gak, gak usah. Gue mau berangkat. " Aletta melepaskan genggaman Reza.

"Tapi lo sakit! Jangan ngeyel deh!."

"Makasih bang, udah peduli sama gue. Gue pikir gak ada yang peduli dirumah ini."

"Lo ngomong apa sih?! Gue peduli sama lo! Dan gue gak bakal biarin kejadian kemarin terulang lagi!."

"Gue berangkat. "

"ALETTA! GUE AN--."

"Sudah Den Reza, biar Non Aletta tenang dulu. Dia pasti lagi pengen sendiri." Kata Bi Inem.

"Yaudah Bi, Reza berangkat dulu, Assalamu' alaikum."

"Waalaikumsalam."

***

Aletta melangkah malas mencari taxi, Bis, tukang ojek, atau apalah yang bisa membawanya kesekolah. Kini Aletta melirik arloji nya, menunjukkan pukul 06.50. Pasti ia akan kena hukum! Bahkan ia mencari angkutan umum pun tak ada sama sekali. Jalanan ramai dipenuhi kendaraan yang terjebak macet. Ia tengah berjalan dipinggir trotoar dengan menendang-nendang batu kecil didepan nya.

Tin!

Aletta terlonjak, ia menoleh kesampingnya. Ada orang yang mengikuti nya? Pria itu mengendarai motor ninja hijau dengan mensejajarkan lajunya dengan langkah Aletta.

"Dek!." Panggil orang itu.

"Ha--hah? Eh, siapa?."

Orang itu membuka helm fullface nya. Menampakkan wajah tampan dan beralis tebal. Arbani. Kenapa bisa ia disini? Ah bodoh nya, ini kan jalan raya.

"Ehh, elo kak. Ngapain disini?." Tanya Aletta dengan polosnya.

"Seharusnya yang tanya itu saya, kenapa kamu disini?." Jawab Arbani.

"Gu--gue tad-."

"Ayo naik! Nanti kamu terlambat."

"Oh, i--iya." Aletta menaiki motor Arbani dengan bertumpu pada bahunya. Bayangkan saja, ia menaiki motor yang tinggi itu mengenakan rok diatas paha.

***

"Makasih." Aletta melangkah mendahului Arbani ketika telah sampai diparkiran sekolah.

"Tunggu." Bani mencekal tangan Aletta membuat gadis itu menoleh.

"Maaf." Arbani melepaskan cekalannya.

BAD STALKER [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang