26. Izin

1.2K 85 6
                                    

Dulu,memiliki mu adalah ambisi.
Tapi itu dulu,sekarang atau esok kau hanyalah imajinasi.

-A-

***

Aletta nekat menerobos masuk tanpa izin. Membuat resepsionis tadi berkoar tak jelas seraya memanggil satpam. Ia tak peduli semua itu. Yang terpenting sekarang adalah bertemu dengan Papa nya.

'Brak'

Aletta mendorong paksa pintu ruang kerja Abraham, suara teriakan satpam mulai mendekat. Seakan ditulikan beberapa detik, ia terpaku didepan pintu. Kedua tangan nya terkepal kuat, matanya memerah, rahang nya mengatup keras.

"Jadi... ini yang selama ini Papa lakuin disini?." Gumamnya lirih.

Kedua orang itu menoleh spontan,menatap Aletta dengan tatapan rendah. Gadis dengan seragam abu itu menatap tajam wanita yang bergelayut manja dilengan Abraham-Papanya. Belum lagi gaun merah kurang bahan yang menampakkan sebagian tubuh wanita itu. Membuat Aletta muak.

Aletta mendelik dan menghampiri wanita berambut coklat itu, sedetik kemudian gadis itu menjambak dengan tak berperi kemanusiaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aletta mendelik dan menghampiri wanita berambut coklat itu, sedetik kemudian gadis itu menjambak dengan tak berperi kemanusiaan. "A-aw!. Sakitt bodoh!!." Wanita itu menjerit hingga mengundang perhatian karyawan lainnya. Mereka menyaksikan dibalik pintu pertunjukan gratis ini.

"DASAR MURAHAN!."

"BEDEBAH!. ENYAH LO DARI BUMI!."

"CEWE KAYA LO GAK PANTES HIDUP!."

"PUAS LO UDAH BUAT HIDUP GUE BERANTAKAN?!."

"Siapa yang nyuruh lo berani sentuh Papa gue,huh?!!." Seru Aletta semakin menarik kuat rambutnya.

"ALETTA!. BERHENTI!."

Hening sekejap.

Abraham menghampiri Aletta dan menghempaskan tangannya, membuat gadis itu mundur beberapa langkah. "Jaga sikap kamu, Aletta!!." Ucapnya penuh penekanan.

Dan,mirisnya. Ayahnya sendiri lebih memilih wanita itu dibanding anaknya. Aletta menatap sengit,tangannya terkepal kuat. Apalagi saat Abraham menggenggam tangan wanita yang diketahui bernama Sandra-yang notabene nya sekretaris Papanya. Menyembunyikan tubuh menjijikan Sandra dibelakang tubuh tegap Papanya,seakan Abraham ingin melindunginya dari Aletta.

"Papa lebih milih orang gak tau diri itu?." Ucapnya gamang. Menatap Abraham yang memasang wajah dingin.

"Bawa dia pergi!." Bentak Abraham pada satpam yang berdiri di samping pintu.

"GAK! AKU GAK MAU PERGI,SEBELUM PAPA KETEMU SAMA MAMA!!." Seru Aletta dengan membetontak saat diseret keluar oleh satpam.

"LEPASIN!!. GUE GAK SALAHH!!."

"AYAH MACAM APA YANG NGUSIR ANAK NYA DEMI JALANG?!!."

"ARGHHH! LEPAS!."

'Bruk'

Tubuh mungilnya terbentur lantai dengan keras,disusul bunyi tertutup nya pintu kantor. Aletta menatap lutut dan sikunya yang mulai membiru, satu sekon kemudian bulir air menetes dari kelopak matanya perlahan.

"ALETTA!." Gadis itu menoleh,menatap Raga yang terlihat cemas sembari membantunya berdiri.

"Lo kenapa?." Ucapnya dengan sorot khawatir. Pria bertubuh tegap itu menangkup pipinya.

"Ga,boleh gue peluk lo?." Ucapnya lirih.

Tanpa ada jawaban,Raga menarik gadis dengan penampilan berantakan itu kedalam pelukannya. Raga bisa merasakan deru nafas yang tak beraturan serta basahnya kemeja sekolahnya. Aletta menangis. Terisak. Tak pernah ia dengar tangisan sepilu ini,Raga mengusap perlahan punggung bergetar Aletta. Disusul rintik hujan yang menyamarkan tetesan airmata gadis dalam dekapannya. Semakim erat dekapan Raga,pria beralis tebal itu memejamkan mata. Merasakan air hujan yang menyentuh wajahnya perlahan.

***

"Ta, gue udah bilang kan. Kalo ada apa-apa cerita sama gue, gue temen lo Ta. Apa guna nya temen kalau lo sendiri malah nyembunyiin masalah lo. Oke,gue tau ini privasi. Tapi setidaknya lo bilang sama gue apapun yang jadi beban buat lo,gue pasti bantu Ta." Angel menyentuh dahi Aletta. Mereka berada diUKS, Aletta tiba-tiba pingsan ditengah lapangan ketika pemanasan jam olahraga. Kemudian Raga membawanya ke UKS, dan pria itu pergi ke kantin 3 menit lalu untuk membelikan Aletta makanan.

Gadis berkuncir kuda yang berbaring diatas ranjang UKS tersenyum tipis,wajahnya masih pucat karena kehujanan kemarin. Aletta merasa bersalah karena tidak bisa menggantikan Reza menjaga Marline.

'Cklek'

Pintu UKS terbuka, menampakkan wajah cemas bercampur lelah Raga. Yang sialnya masih terlihat tampan. Pria itu membawa sekantung makanan.

"Udah bangun?." Ucapnya sembari meletakkan kantung plastik diatas nakas UKS.

Aletta hanya mengangguk perlahan, sedangkan Angel hanya bergerak gusar karena tidak nyaman dengan suasana canggung ini. Gadis berkacamata itu berdiri, sedikit merapikan seragam olahraga nya dan menatap Aletta. "Ta,g-gue balik ke lapangan ya. Ada penilaian basket soalnya."

"Iya,makasih ya ngel udah mau nemenin gue." Angel tersenyum pada Aletta dan sekilas menatap Raga kemudian keluar dari UKS.

"Masih sakit?." Raga duduk disamping ranjang UKS dengan wajah datar seperti biasanya.

"Iya,hatinya." Ucapnya datar dengan membuang pandangan.

Raga terkekeh ringan kemudian menyatukan jemari mereka perlahan, membuat gadis berwajah pucat pasi itu menoleh spontan padanya. "Jangan sakit, Aletta. Jangan sedih,jangan nangis, dan jangan pergi tanpa seizin gue." Raga memaku tatapannya pada gadis itu.

Dan,entah kenapa. Mata Aletta mulai berkaca-kaca,hidungnya memerah. Dan ia tak dapat menahan setetes bulir air yang luruh, membuat aliran yang kian deras membelah pipinya.

"G-gue gak bisa,Ga!. Gue gak bisa kaya gini,gue gak tahan. Apa perlu gue mati aja biar Papa bahagia??." Aletta mulai terisak dan memukul dada bidang Raga sebagai pelampiasannya.

"Al,gue bilang jangan nangis tanpa izin gue." Ucapnya datar menatap Aletta yang duduk sembari memukul kecil dada pria itu.

Gadis dengan mata sembab itu berhenti,diam sekejap.

"Ga,g...gue b..boleh nangis?." Ucapnya lirih.

Raga mengangguk dan mendekap gadis didepannya. Erat, seakan tak ingin melepasnya. "I'm still here, Aletta." Raga mengusap perlahan punggung gadisnya.







SINGKAT YA?. MAAF YA JARANG UP, KALO ADA SARAN BUAT NEXT PART SILAHKAN TULIS DIKOLOM KOMENTAR. LOVE YOU, READERS💜


BAD STALKER [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang