Aletta berlari kecil untuk menghalangi Raga yang akan memasukkan bola kedalam ring. Satu langkah lagi dan...DUK!
"ADUUHH!."
Terjadilah kecelakaan beruntun, dimana bola sialan itu mendarat sempurna tepat didahi Aletta. Lalu Aletta terkapar menubruk lantai lapangan yang keras hingga siku nya terkena sasaran. Ia memegangi dahi nya yang terasa berdenyut.
"Bego! Kalo lari tuh liat-liat, jangan asal ngehadang orang. Kena kan karma nya!." Raga memasang wajah kesal. Tunggu dulu, ini yang nyusruk Aletta, yang lecet Aletta, Aletta juga yang pusing. Ini kenapa Raga yang kesal?
"Bacot lo! Puyeng pala gue nyet!." Aletta masih setia dengan posisi awalnya.
"Bangun!." Raga mengulurkan tangan kanan, kenapa tidak dari tadi coba? Harus memaki Aletta dulu baru menolong? Aletta menerima tangan Raga, mau bagaimana lagi, toh badannya serasa remuk.
"Ish! Sakit...bangsat emang!." Gadis itu membersihkan pantat nya yang kotor. Memandang sengit pria didepannya.
"Apa?." Tanya Raga.
"LO TUH YA, GAK ADA HATI NURAINI NYA! MINTA MAAF KEK, APA KEK. LO NOLONGIN PASTI GAK IKHLAS KAN?!." Aletta berkacak pinggang, bukan Aletta namanya jika tidak memaki orang.
Raga memghela nafas, memandang datar manusia didepannya. "Nurani bego! Bukan nuraini!."
"Serahh gue lah! Mulut punya siapa?! Punya gue kan? Yang nyiptain siapa? Tuhan kan? Bukan elo! Jadi lo gak berh---."
"Diem, atau lo gue gantung diatas ring basket?." Raga menyumpal mulut Aletta dengan seragam nya, untung wangi!
"Mphhh! Bhegho! Lhephashinn!."
"Makanya diem!."
"Hm." Aletta mengalah, daripada tak bisa bernafas.
Hening. Setelah Aletta melepaskan bekapan kemeja Raga,ia menatap kedua sepatunya bergantian. Jujur, Aletta merasa canggung. Tidak seperti biasanya.
"Al..." Sang pemilik nama mendongak, menatap iris mata kecoklatan didepannya.
"A-apa?."
"Gue saranin, mending lo pake jaket gue. Nih." Raga, seorang Raga Dylan Bramasta. Meminjami nya jaket? Pasti ini akan hujan badai!
"Lah?." Aletta menerjap heran. Untuk apa jaket? Ia juga tidak kedinginan.
"U-udah, pake aja. Nihhh!." Raga menyodorkan jaket biru tua miliknya didepan muka Aletta.
"Tap--."
"Ayo!." Raga berjalan terlebih dahulu, sementara Aletta masih terpaku disana.
"LO MAU IKUT GAK?!." Teriak Raga dari kejauhan.
"E-ehh i-iya lah!."
***
Motor ninja putih milik Raga berhenti di pekarangan rumah yang cukup luas. Tertata, banyak tumbuhan, dan bersih. Apa betul ini rumah Raga? Besar sekali! Rumah berlantai dua yang didominasi warna biru muda dan abu-abu ini membuat Aletta ingin menetap.
"Lo mau masuk atau mau jadi satpam?." Suara Raga menyadarkan lamunan Aletta.
"Masuk lah!."
Mereka berjalan beriringan, menuju pintu utama. Yang pertama kali Aletta lihat adalah Arbani? Oh, iya dasar pikun! Mereka memang kakak beradik. Kini, Aletta memandang pria yang duduk di karpet bulu hitam, ia sibuk berkutat dengan laptop dan beberapa lembar kertas di sekeliling nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD STALKER [On Going]
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Abigail Salsabila Aletta, gadis tomboy dengan segala tingkah absurdnya bertemu dengan Raga Dylan Bramasta, Most Wanted Boy yang memiliki sifat yang berbalik dengan Aletta. Raga itu dingin. Aletta itu tidak bisa diam. Apaka...