Part 5 (Mondok?) (Dia)

4.1K 199 8
                                    

Hari ini dimana, Adara dan keluarga akan pergi ke Probolinggo, dimana Adara akan mondok, dan disana terdapat rumah Adik dari Ayah nya. Perjalanan yang cukup lama.

Akhir nya mereka semua sampai di depan pondok, tertera nama "Pondok Pesantren Nurul Qadim" . Adara, Adit, dan Bunda Sandra keluar dari mobil. Sebelum masuk ke dalam, ada satpam yang bertanya.

"Assalamualaikum. Permisi, mau bertemu siapa ya?"

"Waalaikumusalam. Saya mau mencari Gus Hafid." Ucap Bunda Sandra.

"Baik, mari saya antarkan."

"Makasih."

Adara sekeluarga mengikuti satpam tersebut dari belakang. Perjalanan menuju kantor pusat, banyak pasang mata yang melihat mereka.

'Itu santriwati baru ya?'

'Iya kaya nya.'

'Cantik ya, manis pula.'

'Asal mana ya?'

'Tapi itu plat mobil nya 'N', jadi dari Malang.'

Adara yang mendengarkan itu, hanya tersenyum. Mereka sudah sampai di depan kantor pusat. Satpam itu pun mengetuk pintu nya.

Tok... Tok... Tok...

"Assalamualaikum."

Ceklek...

Pintu ruangan terbuka, keluarlah, bapak bapak.

"Waalaikumusalam."

"Abi!!!" Seru Adara dan Adit, mereka langsung memeluk bapak-bapak itu, yang mereka panggil dengan 'Abi', atau yang Bunda Sandra fikir 'Gus Hafid. Dan santri sini memanggilnya dengan sebutan 'Abuyah' atau pun 'ustadz'.

Adara dan Adit sangat akrab dengan keluarga Gus Hafid, karena dulu mereka pernah tinggal bersama, dan karena mereka sudah menganggap Gus Hafid sebagai ayah nya sendiri. Gus Hafid merupakan adik dari ayah nya.

"MasyaAllah, kalian udah pada besar ya." Abuyah membalas pelukan dari ponakannya itu.

Bunda Sandra dan satpam itu yang melihat hanya tersenyum. Pelukan pun telah merenggang.

"Mari masuk ke dalam." Ucap Abuyah mempersilahkan mereka masuk.

"Kalau gitu saya permisi dulu ustadz." ucap satpam tersebut.

"Makasih ya, pak." Ucap Bunda Sandra.

"Sama-sama, Bu. Assalamualaikum."

"Waalaikumusalam."

Mereka pun masuk ke dalam kantor. Dan duduk di kursi yang sudah disediakan.

"Gimana perjalanan tadi? Lancar?" Ucap Abuyah.

"Lancar dong, Bi." Jawab Adit.

"Tapi capek, Bi. Duduk mulu." Gerutu Adara.

"Alhamdulillah lancar, Fid," Jawab Bunda Sandra

Datanglah ibu-ibu yang membawa nampan yang berisi minuman.

"Silahkan diminum." Ucap ibu tersebut.

"Umi." Ucap Adara langsung memeluk nya.

Umi, atau istri dari Abuyah. Adara sering memanggilnya dengan sebutan Umi.

"Dara... MasyaAllah kamu udah besar toh. Umi kangen loh."

"Dara, juga kangen umi."

Adara dan Umi, langsung duduk dikursi.

"Gimana ini? Dara udah siap mondok disini?" Ucap Abuyah.

Dia Berbeda (Azmi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang