2. Terjebak

8.6K 669 30
                                    


Di sanalah Devano tengah berlari untuk merebut bola, namun nahas, dia bertubrukan dengan lawannya. Bagian dadanya terbentur cukup keras sehingga dia tidak bisa melanjutkan permainannya. "Astaghfirullahaladzim," batinnya sambil memegangi dadanya yang terasa sakit dan sesak.

Saat istirahat Adnan langsung menghampiri Devano.

"Nan, kayaknya gue mau pulang deh."

"Lo yakin gapapa?"

"In Shaa Allah, gapapa."

"Apa perlu gue anter?"

"Gue cowok, Nan. Yaelah, lebay banget, sih!"

"Jangan anggap remeh yang barusan kebentur, mengingat minggu depan lo bakal seleksi lagi."

"Iya siap!"

Masih dengan jerseynya , Devano berhenti di sebuah mal. Ia memasuki lift bertepatan dengan seorang gadis yang baru saja masuk.

Gadis itu hendak keluar, namun sayang, lift sudah berjalan sehingga membuatnya pasrah.

Gadis itu adalah Deva. Entah ini kebetulan atau keberuntungan bagi Devano. Dia harus minta maaf sekarang juga.

Posisi mereka sama-sama di pojok sehingga menyisakan jarak di antara keduanya, dan entah bagaimana, liftnya tiba-tiba mati.

Selang beberapa menit Devano melihat sekilas ke arah Deva yang mulai berkeringat dan pucat. Dia segera membuka tasnya dan mengambil air mineral. "Minumlah," ucap Devano canggung. Dia bingung harus minta maaf bagaimana. Sesaat dia masih bergelut dengan pikirannya. Tanpa ia duga Deva mengambil air itu.

Deva mendudukkan tubuhnya lalu meminum air itu. Masih tersisa sepertiga di dalam botol. "Makasih," ucapnya pelan, namun terdengar jelas di telinga Devano.

Devano pun mendudukkan tubuhnya, karena dadanya kembali terasa sesak akibat berbenturan tadi. Tubuh Deva seketika terkulai lemah, hal itu membuatnya nanar. Seakan rasa sakit di dadanya hilang. Dia menggedor-gedor lift dengan beringasnya, setelah merasa lelah ia bersandar di lift dan menjambak rambutnya frustasi. Saat seperti ini dia tidak tau harus melakukan apa sekarang. Sebuah buku kecil yang di pegang Deva pun tidak lagi berada di dalam genggaman gadis itu. Saat pintu lift berhasil terbuka. Devano tak hentinya mengucap syukur. Orang-orang sudah ramai di luar menyaksikan mereka.

"Permisi, biar kami membawa gadis ini ke rumah sakit," ucap satpam.

"Jangan sentuh dia!" tegas Devano.

"Apa kau sudah gila? lihat kondisinya!"

Devano melihat Deva sekilas lalu melihat satpam dan orang-orang di sekitarnya. Dilihatnya hanya banyak lelaki. Ada perempuan. Ah! Sayang sekali dua orang gadis itu masih sangat kecil dan imut-imut yang hanya merekam dan memotret mereka. Tidak mungkin jika dia menyuruh anak baru gede itu untuk mengangkat tubuh Deva. Ini darurat, dia berjongkok di dekat Deva, dan mengambil buku kecil itu, lalu memasukkannya ke dalam tasnya. "Maaf ... ," lirihnya. Dengan ucapan Basmalah dia mengangkat tubuh Deva sendirian.

***

Devano duduk di depan ruangan Deva. Rasanya bosan saat tak ada kegiatan. Dia membuka tasnya dan mengambil buku catatan kecil milik Deva. Entah kenapa dia merasa tertarik untuk membacanya. Dengan pelan tangannya membuka halaman pertama.

Aku percaya kamu adalah lelaki yang baik.

Lalu beralih ke halaman kedua.

Alasanku menghindar karena aku takut akan terlalu berharap denganmu. Biarlah Allah dan buku ini yang menjadi saksi. Kamu tak perlu tau :).

Devano mengrenyit, tapi dia masih melanjutkan ke halaman berikutnya.

Dan ternyata benar. Kamu adalah lelaki yang baik. Semoga kamu istiqomah dan tetap semangat mempelajari Agama.

Devano benar-benar dibuat penasaran. Siapa yang dimaksud Deva? Lagi-lagi dia beralih ke halaman berikutnya.

Terima kasih atas vote dan komentarnya. Kritik dan saran dari kalian selalu ana tunggu😊. Kalo ada kata yang salah tolong dikasih tau ya😍.

Jangan lupa bersyukur hari ini😉.
Jangan lupa baca Al-Qur'an hari ini ya❤.

DEVANO 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang