Menuju ending.
⚽
"Kamu yang manjat, ambilin banyak-banyak."
Devano merasa frustasi. Haruskah dia yant masih terlilit handuk ini memanjat pohon rambutan yang banyak semutnya. Dia bergidik ngeri. "Lima menut, ya, aku mau pake baju dulu."
"Satu menit aja."
Dengan kecepatan kilat Devano berlari ke arah lemari. Ia mengambil pakaian dan segera ke kamar mandi.
Beberapa saat kemudia dia keluar dengan baju kaos hitam dan celana selutut. Melihat Deva bangkit membuatnya mengernyit. "Mau ke mana?"
"Mau ikut."
Devano menghela napasnya. Terserahlah, daripada dia melarang pasti Deva akan memarahinya.
Devano sudah berada di atas pohon dan mulai memetik buah rambutan. "Lagi?" tanyanya.
"Penuhin satu ember," jawab Deva.
Setelah mendapat satu ember rambutan Deva tersenyum cerah sedangkan Devano tengah menggaruk badannya yang digigiti semut.
Devano terbelalak saat Deva hanya memakan dua buah rambutan. "Kenapa cuman dua?"
"Udah gak mood mau makan banyak."
Devano mengelus-ngelus dadanya. Ya Allah, dia sudah rela digigit semut tapi Deva hanya memakan dua buah. Sabarkan hamba ya Allah.
***
Devano terus menemani Deva. Wanita itu terus memekik, merintih dan mencengkram kuat tangannya. Dia tak henti-hentinya berdoa di dalam hati. Ini bukan satu tapi dua. Melihat Deva yang bercucuran keringat membuatnya tak tega.
Dan ... Seketika suasana tegang menjadi lega. Tangisan bayi yang bersahut-sahutan membuat Devano dan Deva sangat bahagia. Bayi kembarnya berhasil keluar dengan selamat.
Devano mengecup kening Deva cukup lama. "Terima kasih, sayang," bisiknya lembut.
Deva membalas ucapan itu dengan senyuman karena kondisinya sangat lemah, tapi dia sangat bahagia kedua putranya bisa selamat dan melahirkan secara normal.
Devano mengelus-ngelus kepala Deva lembut. Ia menatap wanita itu sangat kagum.
"Kenapa liat aku terus?" tanya Deva pelan."
"Kamu tambah cantik, sayang. Istirahat, ya, pasti kamu capek."
Deva mengangguk pelan.
***
Siang berganti malam. Orang tua Deva dan orang tua Devano berkunjung untuk melihat kedua cucu mereka.
Bayi mungil yang masih suci tanpa dosa itu sangat menggemaskan.
"Hidungnya mirip Devano, ya, Pa, mancung banget," ucap Ariana.
"Kok gak ada mirip-miripnya sama Deva," ucap Widya.
"Mungkin Deva saking sayangnya sama Devano waktu mau buat," cerocos Ariana.
"Gapapalah, yang penting udah punya cucu."
Devano tengah menemani Deva yang masih lemah. Rasa cinta itu semakin besar. Ternyata seperti itu kerasnya perjuangan seorang ibu untuk melahirkan.
***
Sudah selarut ini Devano dan Deva belum juga tidur karena si kembar Danendra, Daniswara terus menangis.
Deva memainkan mainan yang tergantung, Daniswara yang tadinya menangis sekarang tangis lelaki kecil itu sedikit mereda menjadi tawa.
Sementara itu Devano masih menggendong Danendra. "Abang, jangan rewel dong, sayang, masa kalah sama adeknya," ucap Devano. Seperti ini rasanya menjadi orang tua, melelahkan tapi membuat bahagia.
"Sini biar sama aku aja."
"Danis udah tidur?"
"Udah."
Devano menatap Deva sekian detik. "Kamu tidur aja pasti capek dari tadi pagi ngurus mereka sendiri."
"Aku gapapa kok, kasian tu nangis terus."
Jangan lupa bersyukur hari ini😉.
Jangan lupa baca Al-Qur'an hari ini ya❤.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANO 2 [END]
SpiritualBelum direvisi. Rank #1 in Malu (28-03-2019) Rank #1 in Olahraga (06-04-2019) Rank #1 in Bola (15-04-2019) Rank #1 in Futsal (26-04-2019) Dipastikan sudah membaca cerita 'DEVANO' Aku akan terus berusaha meminta maaf, meskipun kamu selalu menghindar...