21. Penyesalan

7K 539 35
                                    

Penyesalan.
Satu kata itu selalu datang diujung.
Sialnya detik itu tak bisa terulang.
Yang menemani hanya tangis dan kemarahan.

Devano duduk termenung di taman rumah sakit. Dia melihat chat dari Deva ketika mengingatkannya untuk selalu sholat tapi seketika sebuah panggilan masuk dengan kontak yang diberi nama 'Cantika❤'. Dengan kilatan emosi dia melempar ponselnya.

Adnan yang baru saja hendak menghampiri Devano sedikit kaget. "Ada apa lagi?"

"Gue bodoh, Nan! Gue bodoh! Disaat Deva butuh gue, gue gak ada di samping dia."

"Sekarang udah terjadi lo baru nyesel? Baru mau minta maaf? Tapi gue gak yakin setelah sadar nanti gimana reaksi Deva, dia juga manusia yang punya hati meski sampe sekarang dia gak tau kalo lo selingkuh. Deva khawatir banget sama keadaan lo waktu di Thailand. Tapi elo, bermain di belakang." Adnan menatap fokus ke depan. "Awalnya gue rasa itu bukan lo banget kalo soal wanita, ternyata ada hal yang gue gak tau. Ya, laki-laki memang diuji dengan wanita, kalo hawa nafsu yang menguasai jadi kayak gini." Adnan menatap Devano serius. "Lo udah ngapain aja sama Cantika?"

"Gu-gue gak ngapa-ngapain."

"Keliatan banget lo boong. Lo udah ngelakuin hal terlarang itu, kan? Gue gak tau kalo Cewek itu sampe hamil, bisa jadi hubungan lo akan berakhir tragis sama Deva, kayak gue sama Tifa yang gak bisa bersatu."

"Gue sayang sama Deva, Nan!"

"Sayangnya rumput tetangga lebih menggoda dan waktu gak bisa terulang lagi. Nikmatnya hanya sesaat, No. Gue juga tau rasanya tapi penyesalan itu masih ada di dalam hati gue sampe sekarang. Sorry kemaren gue sempet mukul lo."

"Nan ... ." Terdengar nada keputusasaan di sana. "Gue sayang sama Deva."

"Sayang Deva gak denger. Percuma lo ngomong gitu." Adnan menghela napasnya. Dia sedikit tidak tega melihat Devano. "Satu hal yang harus lo tau, Tifa bakal ngasih tau semuanya ke Deva, selebihnya biar Deva yang memutuskan. Itupun kalo oprasinya berjalan lancar."

Suara Adzan menghentikan pembicaraan keduanya. Ya Allah, Devano sudah sekian lama mengabaikan panggilan ini, kadang melakukannya pun diujung waktu.

Menyesal tiada guna karena detik yang sudah berlalu tidak bisa terulang. Yang bisa Devano lakukan hanyalah meminta maaf kepada Allah, atas apa yang sudah dilakukannya yaitu, sudah berpura-pura tuli padahal kedua telinganya masih berfungsi.

Setelah sholat Devano memandangi foto yang tadi diberikan Pak RT. "Maafin Abi ya, Nak," lirihnya, meski kata maaf itu tak bisa membayar semuanya tapi dia tidak bosannya mengucapkan kata itu.

Satu hal lagi yang membuat Devano sangat tak berdaya. Dia sama sekali belum melihat Deva. Dia ingin meminta maaf.

Rasanya memilukan setelah mendapat kenikmatan sesaat itu dia terhempas bak pesawat yang terjatuh. Baru pernah Devano merasakan sehancur ini.

Jangan lupa bersyukur hari ini😉.
Jangan lupa baca Al-Qur'an hari ini ya❤.

DEVANO 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang