28. Ngidam Rambutan

7.9K 566 28
                                    


Keduanya sudah masuk ke dalam mobil. Deva melihat ponselnya yang berbunyi.

Tifa

Va, In Shaa Allah, aku mau nikah minggu ini.

Deva

Alhamdulillah. Sama siapa, Tif?

Tifa

Sama orang bandel yang dulu satu kelas sama kita, yang selalu kena razia Bu Marni😅.

Deva

Odit, ya?

Tifa

Iya. Dateng ya, Va.

Deva

In Shaa Allah.

Satu alis Devano terangkat. "Ada apa, kok senyum-senyum?"

Deva mengalihkan pandangannya dari ponsel, "Tifa mau nikah."

"Sama siapa?"

"Ayo coba tebak.".

"Inisialnya."

"O."

"Kamu cuekin aku?"

"Bukan! Inisialnya itu, o."

"Siapa?"

"Orangnya sering kena razia Bu Marni waktu SMA."

"Odit?"

"Iya."

Devano melihat sekilas ke arah Deva, "Serius?"

"Iya, Abi ... ."

Devano tersenyum jahil, "Tumben jawabannya gitu."

"Emangnya gak boleh?"

"Boleh banget."

***

Devano bermain futsal dengan semangat apalagi saat ditemani sang istri. Rasanya bahagia sekali.

Pertandingan selesai dengan skor akhir 3-2. Tidak bosan-bosannya tim Devano menang.

Dengan peluh yang bercucuran Devano menghampiri Deva dan langsung mengecup perut wanita itu yang semakin membesar. "Kemenangan ini untuk kalian, Nak."

"Ehem! Perutnya doang yang dicium?" goda salah satu pemain dari tim Devano.

"Yang lain di rumah aja, ntar kalian pada iri."

"Bisa aja lo, mentang-mentang udah mau jadi orang tua."

"Haha, gue balik dulu, ya."

"Balik dah, sono."

"Niat banget ngusir gue."

"Daripada mata gue sakit liat kalian mesra mulu. Jadi pengen halalin anak oranh juga, ni, gue."

Ucapan itu disambut gelak tawa oleh yang lainnya.

Devano dan Deva berjalan ke arah mobil mereka.

Deva yang sudah duduk di dalam mobil sekarang mulai merasa tidak nyaman dengan posisinya. "Mereka nendang-nendang lagi," ucap Deva dengan wajah bahagia.

Devano mengelus perut buncit itu, "Anak Abi jangan nendang terus, ya, kasian Umi, nanti kalo udah gede kita main bola bareng." Sekali lagi tanpa rasa bosan dia mengecup perut Deva, kali ini lebih lama.

Setibanya di rumah Deva segera beristirahat sementara itu Devano tengah membersihkan diri.

"Devano!" teriak Deva.

"Apa?" Suara grasak-grusuk terdengar di kamar mandi.

"Sini!"

"Aku belum selesai mandi, Va."

"Sekarang!"

Akhir-akhir ini Deva menjadi manja, sensitif, kadang Devano sampai kewalahan untuk menuruti kemauan istrinya.

Devano keluar dengan handuk yang terlilit di pinggangnya dan busa sabun yang masih berserakan di kepalanya, "Ada apa?" tanyanya cemas.

Seketika gelak tawa Deva terdengar nyaring. Ia berusaha meredakan tawanya.

"Udah puas?"

Deva menyengir lebar, "Maaf."

"Ada apa?"

"Aku pengen makan rambutan yang ada di samping rumah."

"Itu kan rambutan Pak Sholeh."

Deva mengerucutkan bibirnya, "Mintalah."

"Nanti, ya, aku selesain mandi dulu."

"Maunya sekarang!"

"Ya udah, aku minta tolong Pak Sholeh ngambilin ya."

"Gak mau."

"Lah terus?"

"Kamu yang manjat, ambilin banyak-banyak."

Baca juga cerita CEREWET VS CUEK.

Jangan lupa bersyukur hari ini😉.
Jangan lupa baca Al-Qur'an hari ini ya❤.

DEVANO 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang