⚽"Dikatain kudet lagi sama Bunda sendiri. Apa gak terlalu cepat, Bun?"
"Lebih cepat lebih baik, sayang."
"Iya deh, Devano ngikut apa kata Bunda aja."
"Bilang aja kamu suka, kan?" goda Ariana.
"Siapa sih, Bun, yang gak suka sama cewek sholeha kayak Deva."
"Acie, cie."
***
Malam ini Devano beserta keluarga datang ke rumah Deva, bukan menggunakan mobil, bukan juga menggunakan motor, tapi jalan kaki. Ya, orang rumah calonnya deket.
"Pa, Devano kok deg-degan gini, ya?" bisiknya.
"Ya emang gitu, bawa santai aja."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Tak lama pintu terbuka, tampaklah seorang lelaki yang tak asing lagi, dia adalah Dewantara. "Mari masuk."
Kedua keluarga itu sudah berkumpul, lain halnya dengan Afif yang sama sekali tidak mengerti, lelaki kecil itu langsung berhambur ke pangkuan Deva.
Haris menyenggol lengan Devano.
"Bismillahirrahmanirrahim," batinnya. "Sebelumnya mohon maaf kalo mengganggu. Saya ke sini mau melamar Deva."
Deva terkejut bukan main, matanya sedikit melotot. Tidak ada yang memberitahunya kalu ini acara lamaran. Apa yang terjadi? Apakah kini doa-doanya sudah terjawab.
"Bagaimana, Nak?" tanya Dewantara.
Seketika semua orang tegang menunggu jawaban.Deva mengangguk pelan, bahkan sangat pelan, membuat orang mengucap hamdalah dengan serempak.
"Jadi kapan pernikahannya dilangsungkan?" tanya Dewantara.
"Gimana kalo minggu ini," saran Ariana.
Dan semuanya setuju dengan saran Ariana yang sangat cemerlang itu.
***
Seleksi kedua Devano berjalan lancar dan besok adalah hari pernikahannya. Entah kenapa tubuhnya mendadak panas dingin. "Kayak mau demam aja, ni, badan gue."
"Devano," panggil Ariana.
"Iya, Bun."
"Kamu ini gimana, sih, besok kan mau nikah, jangan capek-capek."
"Iya, Bunda."
"Semuanya udah 97%."
"Hampir selesai dong, Bun?"
"Iya. Buruan mandi sana, bau keringat."
"Iya deh Bunda yang wangi."
***
"Saya terima nikahnya Deva binti Dewantara dengan maskawin tersebut dibayar tunai."
"Bagaimana para saksi, sah?"
"Sah!" Semuanya mengucap hamdalah.
Lagi-lagi alumni SMA Bangsa dibuat terheran-heran dengan Devano. Ya, semua orang juga tau kalau Deva pernah menjadi target pem-bully-an lelaki itu.
Setelah lama berdiri, akhirnya Devano dan Deva bisa beristirahat.
"Deva, aku mau minta maaf atas apa yang udah aku lakuin."
"Iya," jawab Deva pelan.
"Makasih udah sering mendoakanku," bisik Devano lalu pergi ke kamar mandi.
Meski kaget kenapa Devano bicara seperti itu tapi pipinya tetap bersemu merah.
Devano keluar dari kamar mandi dengan handuk yang terlilit di pinggangnya. Saat dia tengah sibuk mencari pakaian, tiba-tiba ponselnya berbunyi.
"Iya, Hallo.
" ... "
"Saya main untuk mewakili Indonesia di Thailand?" tanya Devano dengan ekspresi tak percaya.
" ... "
"Iya."
Tak lama Deva masuk ke dalam kamar dengan setelan baju tidur berwarna hijau.
"Deva, aku mau bicara."
"Bicaralah."
"Aku akan ke Thailand untuk membela Indonesia."
"Main futsal?"
"Iya, kamu gapapa kan sementara tinggal sama Umi, Abi, dulu."
Deva tersenyum manis. "Gapapa kok."
"Beneran?"
"Iya, aku berharap kamu sama tim kamu bisa membawa harum nama bangsa."
"Aamiin."
"Kapan kamu berangkat?"
"Mungkin dalam waktu dekat ini."
Hening untuk beberapa saat.
"Tidurlah."
Deva menggeleng. "Belum ngantuk, kalo kamu udah mau tidur, silahkan."
"Aku kayaknya bakal susah tidur."
"Kenapa?"
"Kemaren kaki kanan aku kena tendang, jadi masih agak sakit sampe sekarang."
"Em ... ." Deva menggigit bibir bawahnya lalu dengan ragu dia bertanya. "Boleh aku pijit?"
Jangan lupa bersyukur hari ini😉.
Jangan lupa baca Al-Qur'an hari ini ya❤.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANO 2 [END]
SpiritualeBelum direvisi. Rank #1 in Malu (28-03-2019) Rank #1 in Olahraga (06-04-2019) Rank #1 in Bola (15-04-2019) Rank #1 in Futsal (26-04-2019) Dipastikan sudah membaca cerita 'DEVANO' Aku akan terus berusaha meminta maaf, meskipun kamu selalu menghindar...