27. Dapet 2

7.7K 525 37
                                    


Devano kaget pasalnya Deva tidak pernah meninggikan suara. "Sekarang aku akan jujur, aku pernah sekali berhubungan dengan Cantika tapi aku nyesel, Va, yang aku inginkan sekarang hanya ingin melihat kamu bahagia."

"Sekarang jujur, itu anak siapa?"

"Itu bukan anak aku, Va."

Deva menatap mata hitam itu dengan lekat. Dia ingin mencari kebohongan di sana tapi hasilnya nihil.

"Aku ngerasa kamu mempermainkan kepercayaanku." Deva membuang muka memilih melihat ke arah kendaraan yang lalu-lalang.

"Maaf."

"Mungkin orang bilang aku wanita yang bodoh selalu mengalah dan mengalah, tapi kali ini--"

"Va, aku mohon jangan keluarin kata-kata itu. Aku sayang sama kamu, aku ingin kita hidup bahagia."

"Kamu yang bahagia, lalu aku?"

"Maaf. Tapi aku ingin memperbaiki semuanya, Va."

Devano memberhentikan mobilnya di sebuah restoran.

"Kenapa berhenti di sini? Aku mau pulang."

"Aku ingin menghabiskan waktu berdua, setelah itu keputusan ada ditanganmu."

Mereka duduk berhadapan saling diam. Deva dengan rasa kecewanya sedangkan Devano dengan rasa bersalahnya.

"Ka--kamu pilih wanita itu atau aku?" tanya Deva dengan suara bergetar.

Devano menggenggam tangan Deva dan menatapnya sedalam mungkin. "Kamu," ucapnya tulus.

Air mata Deva mengalir begitu saja. Lagi-lagi dia seperti orang tidak kapok. Entahlah mungkin hatinya sudah kebal.

Tangan Devano bergerak menghapus air mata Deva. Dia tidak ingin melihat istrinya terluka lagi. Tekadnya hanya ingin membahagiakan Deva. Nampak sederhana namun sulit melakukannya.

"Jangan cengeng."

"Ehem!" Entah sejak kapan seorang pelayan itu menikmati drama.

Mereka menghentikan aktivitas itu membiarkan pelayan memberikan menu.

***

Beberapa bulan kemudian. Perut Deva kembali membuncit. Hari ini dia akan melihat bayi di dalam perutnya.

"Selamat, Bu, Pak, bayinya kembar."

Deva berhambur kepelukan Devano.

"Alhamdulillah," ucap mereka bersamaan.

"Terima kasih, Dok, kami permisi."

"Iya, sama-sama."

Keduanya beranjqk dengan perasaan sangat bahagia.

Devano mengelus perut Deva, "Anak Abi baik-baik ya di dalem." Setelah mengucapkan itu dia melihat Deva yang tersenyum. Wajah wanita itu berseri-seri. "Mantep kan hasilnya?"

Deva memukul lengan Devano membuat lelaki itu terkekeh pelan.

Keduanya sudah masuk ke dalam mobil. Deva melihat ponselnya yang berbunyi.

Jangan lupa bersyukur hari ini😉.
Jangan lupa baca Al-Qur'an hari ini ya❤.

DEVANO 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang