Jangan lupa klik tombol bintang ☆ sebelum membaca 💖💙
Happy Reading ~
__oOo__
Ali menatap tajam pada seorang pria
didepannya.Marko leonard!
ketua sindikat perdagangan organ tubuh ilegal.Biasanya organisasi ini menawarkan uang sekitar 260 juta untuk satu ginjal.
Tapi nyatanya korban mereka tak mendapat apa apa dan malah dibunuh."Seorang Black devil bisa luka juga." Ujar Marko mengejek saat melihat dagu Ali yang di perban.
"Mau lo apa?"
hardik Ali menatapnya tajam."Kalau lo nyuruh gue balik ke muerte?
Jawaban gue masih sama" Ucap Ali sebelum Marko berbicara.Muerte (kematian) nama dari organisasi itu.
Ali memang pernah bekerja disana
sebagai pembunuh terhandal.Tapi Ali memaksa keluar karna merasa tak nyaman lagi bekerja disana.
Ali membunuh atas dasar keinginannya bukan karna suruhan."Oke!" Marko mengangguk
lalu menghisap putung rokoknya.Mata biru Marko tak sengaja menatap
seorang gadis yang tertidur nyenyak di sofa dekat kamar Ali."Udah berani bawa perempuan"
ujar Marko dengan sedikit kernyitan di dahi.Oh Shit!
Gadis sialan itu harusnya sudah Ali usir dari pagi tadi."Jangan sangkut pautin dia, masalah kita cuma berdua" ujar Ali saat Marko terus menatap Prilly.
Marko tertawa renyah mendengarnya.
Sudah marko duga gadis itu pasti spesial.
Selama ini Ali belum pernah membawa
seorang wanita ke apartementnya."Lihat nanti" Jawab Marko santai
kemudian berdiri pergi meninggalkan Ali ."Sialan!"
Ali menghampiri Prilly
menatap gadis itu dengan intens saat
tertidur.Ali yakin marko akan mengincar Prilly setelah ini.
Marko tidak akan secepat itu menyerah
membawa Ali ke Muerte.*
*
*"Pak Ali aku bisa pulang sendiri, pak Ali mending istirahat aja."
Ali hanya menatap datar pada setiap ucapan Prilly.Gadis ini tidak tau saja, sejak mereka keluar dari apartemen sudah ada yang mengikuti
"Nanti sore aku dateng lagi ya?
Oh ya ini guntingnya! Nanti sore aku bawa gunting sendiri"Prilly menyerahkan gunting kecil pada Ali , hingga Ali menautkan alisnya.
"Kalau aku bunuh kamu pake ini?" Tanya Ali mengacungkan gunting itu.
Prilly terdiam mencerna ucapan Ali.
ah dia terlalu ceroboh! Kenapa
menyerahkan guntingnya disini
kenapa tidak saat sampai dirumah saja"Aku bisa teriak disini kan rame"jawab Prilly berusaha berani, padahal Ali sangat yakin gadis itu ketakutan.
"Inget kejadian di bus?"tanya Ali lagi
hingga Prilly memundurkan tubuhnya.
Prilly masih Sangat ingat, Pistol tanpa suara itu masih membuat Prilly ketakutan.Dan jangan bilang Ali sedang membawanya.
Ali menghembuskan nafasnya kasar
menatap wajah polos Prilly.
Dasar gadis bodoh sudah jelas Ali akan
membunuhnya. Tapi masih saja bersikap seolah mereka adalah teman"Jalan lagi" ujar Ali datar hingga Prilly langsung berjalan dengan sedikit agak menjauh dari Ali.
.
.
.
.
.Dorr!
"Argghhh!"teriak Ali memegang lenganya yang terkena tembakan.
Ali menoleh kebelakang
dan disani terdapat seorang pria berjubah hitam mendekat ke arah mereka."Ethan!"ujar Ali marah
"Lo keluar dari muerte
karna pengen Marko naikin jabatan lo
lagikan?
Posisi lo udah tinggi Li jadi jangan serakah!""Ambil jabatan itu kalo lo butuh" Ujar Ali mengejek.
"Pak Ali!"
Prilly berteriak saat Ethan menariknya
dengan cepat."Awsh.." Prilly meringis ketika sebuah pisau sedikit menggores lehernya
hingga tercipta sobekan disana."Lepasin dia Ethan!"
Ethan tertawa mendengar perintah Ali."Bilang ke Marko kalo lo nyerahin jabatan lo ke gue" Ujar Ethan
hingga Ali menatapnya tajam."Awsh.."Prilly kembali meringis
saat lehernya kembali di gores.
Prily menangis menahan rasa sakit akibat goresan itu serta cekalan dari Ethan."awsh.. Pak Ali tolongin"
Tangis Prilly semakin kencang.
Rasanya begitu perih ketika Ethan semakin dalam melukai lehernya.
Pril takut demi apapun dia ketakutan!"Gue bakal ngomong ke Marko! Dan
sekarang lepasin dia"***
"Lo emang sengaja ya Vin gak bawa obat bius"
"awsh! Sakit vin!"
Kevin hanya diam dan terus mencoba
mengeluarkan peluru dari lengan Ali."Gila lo!" teriak Ali kesal
saat merasakan lengannya sedikit di
perbesar lukanya agar peluru itu bisa keluar.Kevin sedikit merobek lengan Ali
dan mencongkel peluru itu hingga Ali terus mengaduh kesakitan.Sengaja, setiap Kevin kemari tidak membawa obat bius agar Ali sadar bagaimana rasanya sakit.
"Selesai!"ucap Kevin senang setelah
memberi perban dilengan Ali.Kevin membereskan semua peralatannya. Kemudian menatap Ali yang masih memasang wajah kesal.
"Pacar lo tuh pembawa sial kali!" Ujar Kevin melihat kearah Prilly yang sedang menggigit bibir bawahnya.
"Kenapa?" Tanya Ali
"Kayaknya lo luka mulu tiap deket dia"
Ali tertawa hambar mendengarnya
Tenang saja! Nanti juga Ali akan membalas semuanya.
"Gue pergi!" Pamit Kevin
"Jangan dulu" Kevin menautkan alisnya bingung. Tumben Ali tidak langsung mengusir.
"Kenapa?"
"Obatin leher dia" Tunjuk Ali pada Prilly membuat kevin tersenyum.
"Cinta banget lo sama dia?"tanya Kevin
dengan sedikit ejekan."Jangan banyak bacot! Obatin dia kalo lo gak mau pulang dengan embel embel nama almarhum!"
Ancam Ali membuat Kevin mendengus dan menghampiri Prilly..
.
.
.To be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Devil ( End )
Fanfiction18+ Silahkan follow aku ini dulu karna ada sebagian cerita yang di private. Hanya follower yang bisa membaca. Mengandung unsur sadis. Harap yang tidak suka jangan dibaca. Membunuh adalah pekerjaanya Membuat sayatan luka adalah hobinya Jer...