Part 23

5.8K 487 18
                                    

Jangan lupa klik tombol bintang ☆ sebelum membaca  💖💙

Happy Reading ~

🍁

🍁

🍁

Rey menatap Ali tak tega saat pria itu
terus menenggak minumannnya tanpa henti

"Li udah," Ucap Rey  yang tak Ali perdulikan.

"Li udah! Lo belum pernah minum selama ini jadi jangan sok jago"pekik Bagas berusaha menjauhkan botol wine dari dekat Ali.

"APA PERDULI LO GAS? APA!"

"LO GAK TAU APA YG GUE RASAIN!
DIA NGEBUNUH ALDO DIA HANCURIN PAPA DAN SEKARANG DIA AMBIL PRILY DARI GUE," Pekik Ali marah

"Tapi bukan gini pelampiasannya"balas
Bagas

"DIA HANCURIN KELUARGA GUE
GUE SENDIRI SELAMA INI DAN DIA GAK PERDULI"

"Lo bisa mati overdosis minuman keras"ujar Bagas penuh penekanan.

Ali menatap Bagas tajam lantas dengan
amarah memuncak ia melempar gelas kecil pada kepala Bagas.
Hingga gelas itu pecah dan darah segar
mengalir dari kening Bagas.

" Lo Gila!" Pekik Rey
menopang tubuh Bagas yang hampir
terjungkal

"Kalo perduli dicari bukan nyiksa diri
atau bikin temen sendiri mati" ucap Rey kesal meninggalkan Ali yang hanya bisa diam.

"AndarAlianal Lo Kenapa" ujar Ali pada
dirinya sendiri,

"Lo gila sekarang"

Ia mengusap rambutnya frustasi
setelah hampir seminggu kehilangan Prilly, Ali benar benar berbeda.

Ali lebih jahat dari Ali yang sebelumnya, bahkan Ali membenci setiap orang yang berusaha mengusiknya.

"Benar kata Bimo harusnya gue bunuh dia dari awal," Gumam Ali pelan.

Ali menyesal membiarkan gadis itu
mengacak ngacak hatinya lantas Ali ditinggalkn begitu saja,

Harusnya Ali kokoh pada pendiriannya
membiarkan gadis itu mati dan semuanya menjadi impas.

Seharusnya Ali memang tidak pernah
melabuhkan hatinya,  harusnya Ali tetap membenci wanita.

Dan ali yakin untuk kedua kalinya
bahwa kematian memang harus dibalas kematian juga.

Potongan potongan tubuh berceceran,
bau anyir darah sudah terbiasa, dicuping hidung yang ada disana,
Ali menatap datar pada Devano yg tengah memutilasi sosok tubuh
entah siapa Ali tak perduli.

"Gue suka lo kesini lagi Li" ujar Devano tanpa menoleh,

"Kenapa?"

"Gue suka cara lo membunuh
halus tapi mematikan"

Devano mendekati Ali dengan tangan yang berlumuran darah lantas ia tersenyum dan berlalu dari hadapan Ali begitu saja.

"Gue emang yakin lo pasti balik,
yang namanya iblis gak akan bisa jadi malaikat, dunia lo cuma gelap gak akan ada warna lain." Suara Marco yang muncul dari arah lain  diahiri kekehan membuat Ali menoleh.

"Lo masih jadi mesin pembunuh terhebat gue"

Ali menghela nafas jengah melirik Marko yang tengah mengisap rokok.

Ya benar kata Marco harusnya Ali memang sudah kembali dari dulu,
Ini dunia Ali! Ali akan terus menjadi mesin pembunuh.

Hanya khayalan bagi Ali hidup normal
bersama Prilly.

Pada kenyataannya? Melia kembali
mengambil kebahagian Ali.

"Gue harus apa?"Tanya Ali datar

"Thomas pembisnis kelas atas dia minta kita membunuh saingannya"

Ali menatap Marco tak mengerti,
bukannya yang biasa Ali lakukan hanya membunuh orang sembarangan.
Yang mereka butuhkan hanya organ tubuh yang akan dijual keluar negri secara ilegal.

"Dia ngasih bayaran bukan main main
jadi lo kerja juga jangan main main," ujar Marco lantas berlalu.

"Oh ya! Kalo mau tau siapa orangnya
keruangan gue! Atau lo mau cap cip cup nyari orangnya," Pekik Marco
membuat Ali menatapnya kesal.

***

Devano menyuruput kopi hitam didepannya lantas sesekali ia melirik Ali yang terus menatap tajam pada sekeliling. Dimana hanya ada orang yang berlalu lalang di cafe yg baru pertama kali Devano datangi.

"Gue boleh tau siapa korban kita?"tanya Devano yang sama sekali tak Ali perdulikan.

"Oke! Kalo itu rahasia,"ujar Devano
namun dahinya mengernyit
manakala melihat seorang yang tak asing baginya.

"Itu cewek lo kan? Kok lo biarin dia
sendiri?"ucapan Devano membuat Ali langsung menatap kearah yang Devano maksud.

Ali diam dengan nafas tercekat saat melihat Prilly tengah duduk dengan sendok ice cream yang ia gigit.

Ali rindu! Sangat rindu
bahkan rasanya Ali ingin berlari
dan memeluk gadis itu.

Ali rindu tatapan kesal Prilly
Ali rindu wajah polosnya
dan Ali sangat merindukan
candu yang ada digadis itu

Tapi Ali sadar! Prilly hanyalah gadis lugu yang mampu membuat hati beku Ali mencair.

Sementara Ali? Ali hanyalah iblis
yang diciptakan sebagai pembunuh
yang hidup dalam area kegelapan.

Dan Ali juga harus ingat tujuannya sekarang adalah membalas semuanya.
Membalas setiap kesakitan yang Aldo rasakan. Membalas setiap tangis yang Aldo teriakan.

Ali benci Melia! Sangat membencinya
hidup Ali hancur karna ulahnya.
Ali akan membalas setiap rampasan
kebahagian. Ali akan membalas semuanya.

Ali berjanji! Demi Aldo dan demi papanya.
Dan gadis itu adalah imbalan dari setiap pembalasan.

Ali yang akan menghancurkan Melia
dengan cara apapun bahkan melenyapkan seseorang yang berani membuat hati rapuh Ali terluka.

"Lo gak nyamperin?"tanya Devano kemudian.

"Kita punya tugas lain kesini"

"Memang siapa korban kita?"

"Seseorang yang memang harus mati" sahut Ali ambigu membuat Devano hanya menggeleng tak perduli.

"Terserah! Yang penting dibayar"



TBC

Black Devil ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang