Part 14

7.1K 522 25
                                    

Jangan lupa klik tombol bintang ☆ sebelum membaca  💖💙

Happy Reading ~

____oOo ____

Ali mengusap wajahnya frustasi
menatap bangunan yang  sudah luluh lantah dengan menyesal.

Ali tak tau jika menghancurkan bangunan ini dulu, akibatnya bisa sampai kehilangan Prilly.
Ali rindu gadis itu, sangat rindu.

"Bulshit" umpatan dari seseorang membuat Ali menoleh.

" Mau apa lagi?" Ucap Ali pelan
membuat Ethan tersenyum miring.

"Lo bilang Lo mau kasih pangkat lo ke gue. Tapi apa? Cuma omong kosong."

Ali menghela nafas menatap Ethan si
serakah.

"Jangan cari masalah sama gue sekarang."

"Kenapa? Oh Black Devil lemah? atau payah."

Ali menatap Ethan nyalang membuat Ethan tersenyum menang.

Bugh....

"Gue bilang jangan cari masalah"

Bugh...

Ali menghantam tubuh Ethan bertubi tubi tak perduli pria itu yang hanya terus tertawa.

"Gadis Lo itu udah mati" Pekik Ethan
membuat Ali membeku seketika.

Bugh,,

Ethan membalas pukulan Ali.
Hingga Ali kembali sadar dan baku hantam tak bisa terelakkan.

Sertt

"Bangsat" Umpat Ali manakala Ethan menggores bibirnya dengan silet.
Bahkan sobekan itu  hampir sampai
ke dagunya.

"Ayo payah lawan Gue" Ujar Ethan mengejek.

Krekk

"Arghh!"

"Mati Lo!" Ujar Ali tersenyum sinis
saat ia berhasil mematahkan leher Ethan.

"Gue bisa aja bunuh Lo sekarang.
Tapi gue gak punya waktu untuk itu" Desis Ali lantas meludahi Ethan yang terkapar tak berdaya.


****

Ruangan yang tak begitu luas itu penuh
dengan potongan potongan tubuh manusia.

Daging daging mereka berserakan bagai tak berharga.
Kulit terkelupas dan tulang tertempel darah kering berceceran.

Ali tak perduli akan keadaan ruangan itu. Yang gm Ali perdulikan sekarang bagaimana keadaan Gadisnya?

Apa Ethan tidak berbohong?
Sungguh untuk pertama kalinya Ali
merasakan ketakutan.
Takut akan kehilangan gadis itu.

Ah dan bahkan Ali baru ingat jika bibirnya sobek.
Dan sekali lagi untuk pertama kalinya
Ali tidak perduli akan rasa sakit.

"Argh!"

Cairan merah kental terciprat di wajah Ali.
Ali lantas menatap datar pada seorang gadis yang terbaring di meja usang dengan tangan yang di ikat kuat hingga lecet dan berdarah.

"Sakit" Lirih gadis itu namun tak membuat Ali perduli.

Ali hanya menyaksikan saat gergaji
memotong kaki gadis itu, Hingga batas mata kaki dan darah mengucur deras dari sana.

"Arghh Sakit!"
Gadis itu kembali berteriak kesakitan
nanakala Kevano mencongkel bola matanya.
Hingga darah mengucur diseluruh wajahnya.

"Lo gak ada niatan bantu gue Li?" Ujar
Kevano kesal melihat Ali yang hanya diam pandangannya Kosong.

"Bantu apa?"

"Susah banget ini cewek matinya"

"Terus?" Tanya Ali menaikkan alisnya dengan wajah datar, membuat Kevano beribu kali harus bersabar.

"Gak Jadi" Ujar Kevano kesal
membuat Ali hanya mengangguk
dan keluar dari ruangan mutilasi itu.

"Gue sumpahin tuh cewek mati
beneran" Gumam Kevano yang masih di  dengar oleh Ali.

"Dan kalo sampe sumpah Lo itu nyata,
Gue bakal ajarin lo jemput ajal"Sahut Ali

Hingga Kevano bergidik ngeri
mendengarnya.











***






"Li gue obatin luka lo jadi diem" Ujar Kevin yang diangguki malas oleh Ali.

"Jadi menurut lo si Levin yang nyulik
Prilly?" Tanya Rey pada Ali

"Terus siapa lagi?" jawab Ali

"Si Marko bukannya kata lo pernah nyulik dia juga?"
Kini giliran Bagas yang bertanya

Bahkan Bagas tadi malam rela
menghabiskan uang banyak hanya demi pulang dari Spanyol menemui
sahabatnya ini.

"Bukan dia sshh sakit" Sanggah Ali
lantas menatap Kevin tajam saat menjahit bibirnya.

Kebiasaan Kevin tak pernah membawa obat penghilang rasa sakit saat mengobatinya.

"Jadi kita jauh jauh nyamperin Lo kesini buat apa?" Tanya Bastian
dengan putung rokok yang  hampir tandas dibibirnya.

"Bantuin gue cari dia" jawab Ali seadanya.

"Kalo si Ethan benar dia udah mati
gimana?"Tanya Bastian lagi

Syutt

"Argh bangsat lo!" Umpat Bastian
saat Ali melempar pisau tepat menganai pelipisnya.

"Gue tau lo pelempar pisau hebat,
tapi jangan jadiin gue sasaran"

"Makanya jangan ngomong dia mati"

"Kalo nyatanya dia emang mati?"

"BASTIAN!!" pekik Ali lantas berdiri
dengan mata tajam menatap Bastian.

"Udah Li!" Kevin kembali menarik Ali
dan melanjukan mengobati lukanya

"Secantik apasih sampe si Ali segitunya! Paling kalah sama cabe yang sering gue tidurin" gumam Bastian
membuat Ali kembali berdiri hendak
melemparinya pisau lagi, namun ditahan oleh Kevin.

"Gue ambil minum dulu" Ujar Bagas lantas pergi.

Bastian mendelik saat Ali terus menatapnya tajam.

"Jadi kita garus cari dia dimana?"tanya Rey yang dijawab gelengan tak tau oleh Ali.

"Gue gak tau markas Levin yang sekarang" Ujar Ali

"Bego lo di pelihara Li!" Pekik Bagas
membuat semuanya menoleh.
Mata Ali membulat manakala Bagas
menuntun Prilly yang lemas.

"Lo temuin dimana?"

"Kekunci diruangan kesukaan lo itu"

"Hah?"

"Pak Ali jahat! Kalo pintu rusak di
perbaikii dong" Ujar Prilly dengan tangisnya yang pecah.

"Maaf"

Prilly terus menangis bahkan kelima pria itu sampai bingung untuk menghentikan tangisannya.

"Maaf"

"Hampir dua hari dikunci disitu emang
dipikir enak?"

"Maaf"

"Ini kenapa semuanya liatin?"Pekik Prilly mengusap ingusnya ke baju yang  Ali pakai.

Membuat teman teman Ali melotot

"Jangan liatin dia" intruksi Ali pada mereka.

"Pak Ali aku laper"

.
.
.

ToBeContinue —

Black Devil ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang