Part 18

6.9K 546 32
                                    

             Jangan lupa klik tombol bintang ☆ sebelum membaca  💖💙

Happy Reading ~

🍃🍁🍃🍁🍃🍁

"Tadi Levin udah di pastiin matikan?" Tanya Ali yang diangguki Bastian.

"Kenapa?" Tanya Bagas bingung.

"Takutnya masih hidup aja"

"Sakit Vin! Lo gak bisa pelan ya?"
Pekik Rey manakala Kevin menjahit luka dipipinya tanpa obat bius.

Luka yang menganga bahkan daging
merahnya bisa terlihat.

Ali terkekeh melihatnya. Rasanya jika bukan teman mungkin Ali sudah menambah luka itu.

Ali masih sama! Si pecandu sayatan
si pendengar teriakan kesakitan dan si diam namun mematikan.

Cup

Ali memejamkan matanya berusaha menahan emosi agar tidak ada pisau melayang di kepala.

"Risa!" Pekik Ali geram menatap gadis yang menyengir disampingnya. Datang datang seenaknya aja langsung cium pipi Ali.

"Pacar kak Ali mana? Udah mati ya?" Tanya Risa dengan mata berbinar.

Rey, Kevin, Bastian dan Bagas tertawa kecil melihat si iblis yang berusaha mati matian menahan amarah.

"Menyingkir Ris!"

"Gak mau!"

"Gas? Adik lo pawangin" Ujar Ali pada Bagas. Namun pria itu hanya mengedikkan bahunya tak perduli.

"Kak Ali kalo udah putus dama Risa aja"

"Pergi Risa!"

"Kak Ali kalo marah tambah ganteng! Risa suka"

Cup

Kembali Risa mencium pipi Ali
membuat Ali benar benar kalang kabut. Andai saja Risa  bukan adik dari  temannya Ali pastikan gadis ini sudah tak bernyawa sekarang.

"Risa nanti istri gue marah!" Pekik Ali
membuat Risa membelalak kaget begitupun keempat temannya.

"Lo udah nikah sama si Prilly Li?" Tanya Rey tak percaya.

Ali mendengus melihat ketiga temannya. Apa semuanya tak mengerti jika itu hanya alibi Ali saja biar Risa tak mengganggunya lagi.

"Bahkan udah punya 20 anak" Tambah Ali kesal.

"Prily janda?" Tanya mereka serempak

"Bego banget kalian" Maki Ali lantas berlalu kearah dapur.

"Ternyata si Prily janda? Gila ketipu sama wajahnya imutnya gue"Ujar Bastian lesu.

***

Brakk

Pintu Apartement Ali terbuka secara paksa menampakkan beberapa sosok pria berseragam dengan wajah garangnya.

"AndarALIanal!"

"Iya saya" Sahut Ali enteng.

"Kami mendapat laporan jika ada hal aneh di Apartement anda" Ujar ketua Polisi itu membuat teman teman Ali membelalak.

"Mampus! Ali ketauan" Bisik Rey pada Bagas.

"Apa?" Tanya Ali

"Kami mendapat laporan dari beberapa staff Apartement jika anda mengoleksi hal tak lazim"

"Jadi?" Tanya Ali santai.

"Dan kami akan memeriksanya"

Ali mengangguk dan mempersilahkan
beberapa Polisi itu  mengacak acak Apartementnya.

"Lo gila Li" Ujar Kevin.

Namun Ali Hanya Tersenyum Miring.

"Mata? Jari jari yang lo koleksi gimana? Lo bisa diseret ke kantor polisi bego" Bisik Bastian.
Namun Ali hanya bersikap bodo amat.
Lantas duduk kembali disofa.

"Li terus Prilly dan dua puluh anak lo siapa yang urus kalo lo masuk penjara?" Tanya Bastian panik
membuat Ali mendengus.

"Gue gak punya anak Bas"

"Loe bilang ada anak dua puluh"

"Bego di warisin" Dumel Ali

"Gue gak ngerti sumpah" Ujar Bastian
lantas tatapan mereka beralih pada
beberapa Polisi yang sudah kembali.

"Jadi nemu apa?"Tanya Ali santai
menatap mereka meremehkan.

"Kami tidak menemukan apapun! Jadi maaf telah mengganggu waktu anda" Sahut Polisi itu membuat teman Ali menautkan alisnya.

Kemana semua koleksi aneh Ali itu? Apa Ali masak?
Ah Ali tidak semiskin itu sampai tidak bisa membeli makanan.

"Kami permisi" Pamit Polisi itu
yang diangguki Ali.

Keempat teman Ali mendekat menatap si Iblis yang tersenyum.

"Lo kemanain semua Li?"

"Gue bakar! Gue tau mereka bakal kesini"

"Tau dari mana?"

"Staff Apartement yang laporin itu ke Polisi dan gue pastiin dia akan tau sakitnya pisau dari Gue" Sahut Ali
lantas berlalu meninggalkan teman temannya

.
.
.

"Jadi lo muridnya Ali?" Tanya Andra
yang diangguki oleh Prilly.

"Iya! Kakak sendiri siapanya Pak Ali?"

"Gue saudaranya!"

"Kandung?"

"Bukan!" Sahut Andra menatap Prilly yang menurutnya lumayan cantik dan manis.

Andra tersenyum lantas mendekatkan
wajahnya pada Prilly.

"Awsh!"Andra meringis manakala merasakan rambutnya dijambak
dari belakang.

"Ali lepasin bego!" Ujar Andra
saat tau ternyata Ali yang menarik rambutnya.

"Mau apa lo tadi?"

"Gila! Kulit kepala gue ikut rontok nanti! Lepasin Li" Pekik Andra
hingga dengan terpaksa Ali melepasnya.

"Diapain?" Tanya Ali khawatir
menatap seluruh tubuh Prilly.

"Gak di apa apain kok Pak" Sahut Prilly
membuat Ali tersenyum lega.

"Gak boleh ada yang ngapa ngapain dia
kecuali gue" Ujar Ali pada Andra
hingga Andra mendengus sebal.

"Pelit!"

"Mau mati Lo?"

"Ck! Saudara gak tau diri ya gitu pelit" Dumel Andra lantas berlalu sambil terus mengusap kepalanya yang lumayan nyeri akibat jambakan si Devil.

"Pak Ali aku kapan boleh pulang?" Tanya Prilly membuat Ali menatapnya.

"Kenapa?"

"Aku takut! Disini lebih serem"

Ali mencium tangan Prilly berkali kali
lantas menatap gadis itu.

Entah kenapa?
Rasanya berpisah sehari saja dengan Prilly membuat Ali tersiksa.

Ali ingin membawa gadis ini tapi ia takut dia akan celaka.

"Aku pastiin kamu akan baik baik aja
disini" Ujar Ali membuat Prilly diam.

Ali menjanjikan saja sudah membuat Prilly merasa tenang.

Prilly hanya ingin Ali melindunginya bukan menyakitinya.

"Setelah semuanya selesai kita pulang" Ujar Ali lembut.

Ali si ganas nisa lemah didepan gadis ini. Si pemarah bisa menjadi lembut.

Dan Ali yang dulunya membenci wanita kini berubah menjadi menyayangi.

Ali tidak ingin lagi Prilly terluka
Ali hanya ingin menjaga
Tak perduli berapa banyak musuh
asalkan Ali bersamanya.

TBC.

Black Devil ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang